Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Athar Farha
Foto Pemeran Film Siksa Kubur, Reza Rahadian dan Muzakki Ramdhan (Instagram.com/@jokoanwar)

Dalam Film Siksa Kubur garapan Joko Anwar, dengan Fradina Mufti dan Reza Rahadian sebagai bintangnya. Film Tersebut mengisahkan karakter Sita dan Adil, yang semenjak ada kasus bom bunuh diri, hidup mereka benar-benar berubah. Satu di antara sosok paling malang, ialah Adil. 

‘Adil’ Nggak Pernah Dapat Kehidupan yang Adil 

Adil memang nggak sepeka adiknya, Sita. Malangnya, dia mengalami momen traumatis. Saat di pesantren, Adil kecil dipaksa untuk ‘memuaskan hasrat seorang lelaki dewasa si pemberi sumbangan dana rutin pesantren’. Filmnya memang nggak memberikan gambaran secara langsung, tapi scene ketika Adil berteriak dan dipaksa untuk tetap di dalam, juga satu scene singkat (di pertengahan film) memperlihatkan ‘wajah lelaki dewasa penuh nafsu’, adegan itu seharusnya sudah bisa bikin penonton paham: Adil sudah diperkosa!

Alih-alih menyebutnya ‘Adil dilecehkan’, scene itu lebih pas disebut pemerkosaan seorang lelaki dewasa terhadap anak laki-laki kecil. Aku paham, kasus seperti dialami Adil dalam film "Siksa Kubur" adalah contoh sangat sensitif. Apa yang terjadi pada Adil adalah bentuk kekerasan seksual serius dan memilukan. Terlepas dari apakah orang-orang menyebutnya sebagai pelecehan atau pemerkosaan. 

Penting untuk memahami bahwa kekerasan seksual nggak hanya terjadi pada perempuan, tetapi juga pada laki-laki dan anak-anak. Kasus Adil adalah contoh menyedihkan dari bagaimana anak-anak dapat menjadi korban dalam lingkungan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan perawatan. Dan pemerkosaan maupun pelecehan adalah pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan nggak boleh diremehkan atau dilalaikan. 

Maka, dalam konteks film "Siksa Kubur," penggambaran kekerasan seksual terhadap Adil adalah pengingat akan realitas mengerikan, bahwa kekerasan seksual dapat terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan yang katanya paling aman. Maka jelas, Adil mengalami penderitaan mendalam dan mungkin nggak pernah merasa hidupnya adil sejak kecil.

‘Adil’ Nggak Pernah Mampu Menggapai Hidup yang Adil

Momen Adil dewasa. Ada scene memperlihatkan tangan Adil berlendir menjadi titik awal menarik untuk mengeksplorasi detail lain dari filmnya. Lendir pada tangannya bisa diasosiasikan dengan kecemasan, ketegangan, atau rasa jijik terhadap diri sendiri, bahkan sebagai simbolis dosanya. 

Dan apakah kamu ingat, ada gerakan tangan Adil yang aneh saat memandikan mayat? Scene itu tampaknya ingin ngasih tahu ke penonton kalau Adil itu memiliki obsesi yang nggak sehat terhadap mayat. Ini bisa menjadi dampak dari trauma masa lalunya. Dan diperkuat juga dengan permintaan cerai dari istrinya, dengan alasan: Adil lebih suka bermain dengan mayat. 

Nah hal demikian menyoroti konsekuensi interpersonal dari perilaku Adil yang bermasalah. Ini menunjukkan bahwa perilaku Adil nggak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga merusak hubungan dengan orang-orang terdekatnya. Istri Adil mungkin merasa terabaikan, takut, atau bahkan merasa jijik oleh perilaku Adil yang nggak normal. 

Sebagai penonton, melihat perjalanan karakter seperti Adil dapat memberikan kita kesempatan untuk merenungkan dampak mendalam dari kekerasan dan trauma, serta pentingnya memberikan dukungan dan perlindungan kepada mereka yang terkena dampaknya. Dengan memahami dan mengakui penderitaan mereka, kita dapat berkontribusi untuk menciptakan lingkungan lebih aman dan adil bagi semua individu.

Dan menyikapi isi dari "Siksa Kubur" memang membutuhkan keseimbangan antara apresiasi dari kita sebagai penonton dan kesadaran akan dampak emosionalnya pada diri sendiri maupun penonton lain. Film Siksa Kubur masih tayang di bioskop, ya. Siapkan mental untuk nonton film ini, dan gunakan. pengalaman menonton filmnya sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh dengan lebih baik. 

Athar Farha