"Last House" karya Jessica Shattuck adalah sebuah epik sejarah yang memikat yang menjelajahi dinamika keluarga di tengah perubahan sosial. Mengikuti jejak sejarah Amerika selama hampir delapan puluh tahun, novel ini menggali tema warisan dan perubahan, yang berlangsung sepanjang beberapa generasi.
Dengan cerita yang kaya dan karakter yang kompleks, buku ini menjadi pilihan yang tepat untuk para penggemar saga keluarga yang memikat dan fiksi sejarah.
Cerita ini dimulai pada tahun 1953, ketika Nick Taylor, seorang veteran Perang Dunia II yang menjadi pengacara perusahaan, memandang minyak sebagai kunci masa depan.
Setiap hari, ia berangkat dengan kereta menuju kota untuk bekerja dan kembali ke rumah yang damai di pinggiran kota bersama istrinya, Bet, seorang mantan pembongkar kode yang kini menjadi ibu rumah tangga, serta dua anak mereka, Katherine dan Harry.
Meskipun Nick berasal dari latar belakang yang sederhana, namun berkat pekerjaannya untuk American Oil, ia dapat memberikan segala kenyamanan bagi keluarganya, termasuk Last House, sebuah tempat persembunyian di pedesaan yang terpencil. Terletak di pegunungan Vermont, keluarga Taylor bebas dari tekanan kehidupan modern.
Bet tidak perlu khawatir tentang bom H-bomb Rusia yang menghantui mimpinya, dan anak-anaknya bebas bermain di hutan. Last House adalah tempat yang dapat bertahan meskipun akhir dunia tiba.
Tahun 1968, dan Amerika berada di ambang perubahan. Para pendemo memenuhi jalan-jalan untuk menantang segalanya mulai dari Perang Vietnam hingga rasisme pasca penembakan MLK, hingga ketergantungan negara pada Big Oil.
Ketika Katherine mulai menjelajahi kehidupan dewasa, ia terjebak dalam arus waktu dan berjuang untuk menyatukan idealismenya dengan masa kecil yang stabil dan berkecukupan yang diberikan oleh orangtuanya dari generasi Terbesar.
Namun, ketika Gerakan berubah ke arah yang lebih radikal, setiap anggota keluarga Taylor akan dipaksa untuk menghadapi konsekuensi dari pilihan yang mereka buat untuk tujuan yang mereka yakini.
Dengan latar belakang sejarah bangsa kita, novel ini menggali secara mendalam pertanyaan tentang warisan dan apa yang kita berikan satu sama lain. Menggambarkan dengan efek dramatis tentang beratnya waktu, ambivalensi kemajuan, dan kesombongan imperium.
Jessica Shattuck, penulis yang telah mendapat banyak penghargaan, berhasil menghadirkan cerita yang mendalam dan menggugah. Dengan gaya penceritaan yang menarik dan karakter-karakter yang kuat, dia membawa pembaca dalam perjalanan emosional melalui sejarah Amerika yang bersemangat.
Novel ini menawarkan banyak aspek untuk dieksplorasi. Dari deskripsi yang hidup tentang kehidupan sehari-hari di pinggiran kota 1950-an hingga pergulatan batin karakter dalam menghadapi perubahan sosial dan politik tahun 1960-an, pembaca akan terjebak dalam alur cerita yang menarik.
Satu hal yang menjadi sorotan dalam "Last House" adalah penggambaran karakter yang mendalam. Setiap anggota keluarga Taylor dan tokoh-tokoh pendukungnya memiliki keunikan dan kompleksitasnya sendiri.
Mereka tidak hanya dihadirkan sebagai tokoh-tokoh dalam cerita, tetapi juga sebagai manusia yang memiliki kelemahan dan pertanyaan tentang masa depan mereka sendiri.
Ditambah lagi, latar belakang sejarah yang cermat dan terperinci menambah kedalaman cerita. Pembaca akan merasakan atmosfer yang kuat dari setiap periode waktu yang digambarkan, mulai dari keheningan pedesaan Vermont hingga kekacauan protes sosial di jalanan Amerika.
Meskipun "Last House" adalah sebuah novel, namun cerita ini memberikan pandangan yang dalam tentang kehidupan dan keadaan sosial yang relevan dengan masa kini.
Melalui narasi yang kuat dan karakter-karakter yang autentik, pembaca dapat merenungkan tentang masa lalu kita dan bagaimana hal itu memengaruhi kita hari ini.
Dengan semua elemen yang disajikan, "Last House" bukan hanya sekedar novel sejarah biasa. Ini adalah sebuah karya yang menggugah dan memikat, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, keluarga, dan perubahan yang terus berlangsung di sekitar kita.
Baca Juga
-
Kasus Nona Elliott: Misteri, Intrik, dan Petualangan dalam Setiap Halaman
-
Ulasan Novel Aku Ini Manusia Biasa: Kisah Ketenangan di Pelukan Masjid
-
Home Sweet Loan: Perjuangan Milenial Mencari Hunian di Tengah Keterbatasan
-
Ulasan Novel Sadajiwa: Memasuki Dunia Mistis Melalui Gamelan
-
Review Buku The Magic Karya Rhonda Byrne: Mengungkap Kekuatan Kata-Kata
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Ugly Love, Permainan Hati yang Berujung Luka
-
Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi, Novel Fantasi dengan Petualangan Epik
-
Mengungkap Sisi Lain Jakarta dalam Novel Cerita-Cerita Jakarta
-
Ulasan Novel Semasa, Mencari Arti Rumah dalam Kisah Keluarga Kecil
-
Refleksi Kehidupan Perempuan dalam Kumpulan Cerita Pendek 'Mimi Lemon'
Ulasan
-
Ulasan Novel Semasa, Mencari Arti Rumah dalam Kisah Keluarga Kecil
-
Review Aku Tahu Kapan Kamu Mati: Desa Bunuh Diri, Sekuel yang Lebih Ngeri
-
Ulasan Film 'Green Book': Bersatunya Dua Perbedaan dalam Satu Mobil
-
Mengungkap Sisi Lain Jakarta dalam Novel Cerita-Cerita Jakarta
-
Ulasan Film The Lobster: Dunia Distopia yang Tak Ramah untuk Para Jomblo
Terkini
-
7 Drama Korea Tayang Desember 2024, Ada Squid Game Season 2!
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
-
Sinopsis Drama Korea Who Is She, Dibintangi Kim Hae Sook dan Jung Ji So
-
Polemik KPU Menghadapi Tekanan Menjaga Netralitas dan Kepercayaan Publik
-
Coffee Shop Menjamur di Era Sekarang, Apakah Peluang bagi Para Pengusaha?