Jika hari ini adalah hari terakhir di bumi, maka bagaimana kamu akan menyikapinya? Pertanyaan itulah yang menjadi pembahasan utama dari buku berjudul 'Ini Hari Terakhir di Bumi,' karya Dionisius Dexon.
Buku ini berisi tulisan-tulisan pendek yang menjadi hasil renungan dari penulis tentang hal-hal mendasar yang menjadi keresahan dalam pikirannya.
Di antaranya adalah tentang diri yang lelah, cinta yang bertepuk sebelah tangan, kesedihan dan kesepian, hingga cara membahagiakan diri sendiri.
Jika seandainya kita diberitahu bahwa hari ini adalah kesempatan hidup terakhir, tentu kita akan menjalani dengan sebaik-baiknya.
Tidak ada lagi ruang bagi kekecewaan, amarah, menyalahkan diri sendiri, atau terperangkap dalam masa lalu dan khawatir akan masa depan.
Ada satu pertanyaan menarik yang pernah diajukan oleh penulis kepada seseorang yang dikenalnya lewat media sosial.
"Jika seandainya kamu bisa melihat masa depan, apa yang ingin kamu lihat?"
Lalu orang itu menjawab,
"Aku tidak ingin melihat apa-apa. Jika aku tahu masa depanku seperti apa, aku pasti akan malas memperjuangkan hal-hal yang ada dalam hidupku saat ini. Aku tidak mau tahu soal masa depan. Aku ingin hidup di masa kini."
Jawaban ini seolah menjadi intisari dari apa yang penulis paparkan dalam buku ini.
Memang sebaiknya kita tidak perlu khawatir dengan masa depan, bukan? Tugas kita hanyalah hidup pada hari ini dengan mengerahkan segala hal terbaik yang bisa kita berikan.
Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai penentu kebahagiaan. Hiduplah hari ini dengan setiap hari memeluk diri sendiri serta tahu cara berbahagia.
"Diam-diam kamu paham: mendengarkan adalah pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan telinga, tapi juga hati. Kamu pun paham, kamu tak bisa memaksa orang lain mempekerjakan hatinya untukmu." (halaman 104)
Meskipun buku ini diawali dengan premis mengenai hari terakhir di dunia, tapi secara umum buku ini berisi segala hal tentang bagaimana kita fokus pada hal-hal baik yang kita miliki. Apa pun itu.
Jika hari ini kamu sedang bersedih dan tidak semangat menjalani hari, buku 'Ini Hari Terakhir di Bumi' bisa menjadi alternatif bacaan yang semoga bisa menginspirasimu!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi: Petualangan Menyelami Sejarah Indonesia
-
Review Buku Tere Liye #AboutLove, Belajar Memahami Cinta dari Buku
-
Unspeakable Love, Novel Bergenre Teen Spirit yang Mengusik Hati
-
Merengkuh Hidup Damai dalam Buku 'Hidup Ini Asyik, Jangan Dibikin Pelik'
-
Review Rahasia Kejeniusan Para Ulama Salaf: Mengetahui Proses Belajar Ulama
Ulasan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
-
Ulasan Novel Take Me for Granted: Menemukan Rasa Bahagia di Antara Luka
Terkini
-
Resmi Menikah! Selena Gomez dan Benny Blanco Gelar Pesta Bertabur Bintang
-
Sekolah Membunuh Rasa, Lalu Apa Kabar Kreativitas Kita?
-
Real atau AI? Foto Pratama Arhan dan Putri Azzralea Ramai Dibahas Warganet
-
Ayah Nissa Sabyan Buka Suara Soal Isu Kehamilan, Ini Faktanya!
-
Anti Kusam! 4 Brightening Sunscreen Niacinamide Harga Rp50 Ribuan