Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhamad Ali
Novel Home Sweet Loan karya Almira Bastari (Doc/Muhamad Ali)

Almira Bastari kembali memikat para pembacanya melalui novel terbarunya yang berjudul Home Sweet Loan, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2022.

Almira, yang sebelumnya sukses dengan novel Ganjil Genap, sekali lagi menghadirkan cerita berlatar belakang kehidupan urban Jakarta dengan genre metropop. Namun, kali ini, ia menulis dengan nada yang lebih serius dan mendalam, menyoroti perjuangan kaum menengah dalam menggapai impian mereka.

Home Sweet Loan membawa kita ke kehidupan empat sahabat yang bekerja di perusahaan yang sama meski nasib mereka berbeda.

Di usia 31 tahun, mereka semua berburu rumah impian yang setidaknya berdekatan dengan Jakarta. Tokoh utama, Kaluna, adalah seorang pegawai Bagian Umum yang pendapatannya tidak pernah mencapai dua digit.

Dengan semangat dan tekad yang kuat, Kaluna menjalani pekerjaan sampingan sebagai model bibir, bermimpi bisa membeli rumah sendiri agar bisa keluar dari rumah yang ditempati tiga kepala keluarga sekaligus.

Namun, perjuangan Kaluna tidaklah mudah. Kekasihnya terus merongrongnya untuk mengadakan pesta pernikahan mewah, sementara hutang keluarganya semakin menambah beban di pundaknya. Kondisi ini membuat Kaluna merasa bahwa menjadi rakyat jelata saja sudah cukup membuat kepalanya pening luar biasa.

Selain Kaluna, Almira Bastari juga memperkenalkan tiga karakter lainnya dengan latar belakang dan masalah yang tidak kalah menarik. Tanisha, seorang ibu satu anak, menjalani pernikahan jarak jauh (Long Distance Marriage).

Ia berharap bisa menemukan rumah yang murah di dekat MRT agar mertuanya bisa tinggal bersamanya. Keinginannya sederhana namun penuh tantangan, mencerminkan banyak realitas keluarga muda di kota besar.

Kamamiya, yang bercita-cita menjadi selebgram, memiliki ambisi untuk mendapatkan apartemen cantik yang bisa dipamerkan di media sosial.

Harapannya adalah untuk meningkatkan status sosialnya dan menarik perhatian pria kaya yang bisa menjadi pasangan hidupnya. Kamamiya menggambarkan sisi lain dari tekanan sosial yang sering dihadapi kaum milenial.

Danan, anak tunggal tanpa beban keuangan, mulai berpikir lebih jauh tentang masa depan. Setelah lama menikmati gaya hidup hedonis, Danan memutuskan untuk membeli aset sebagai langkah awal menuju pensiun yang nyaman.

Perubahan pandangan hidup Danan menunjukkan evolusi karakter yang menarik, dari seorang pemuda yang cuek menjadi lebih bertanggung jawab dan visioner.

Home Sweet Loan bukan sekadar cerita tentang perjuangan mencari rumah. Novel ini berhasil menggali emosi dan konflik batin dari setiap karakter.

Almira Bastari menunjukkan kepiawaiannya dalam menulis dengan membangun hubungan yang kuat antara pembaca dan karakter-karakternya.

Setiap masalah yang dihadapi oleh Kaluna, Tanisha, Kamamiya, dan Danan terasa sangat nyata dan dekat dengan kehidupan banyak orang.

Kisah ini juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan, seperti tekanan untuk memenuhi standar sosial yang tinggi, masalah hutang, dan sulitnya mencari hunian yang layak di kota besar dengan keterbatasan finansial.

Almira mampu menyampaikan pesan-pesan ini dengan cara yang tidak menggurui, namun justru membuka mata pembaca terhadap realita yang ada di sekitar mereka.

Home Sweet Loan adalah cerminan nyata dari kehidupan kaum milenial yang berjuang di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Almira Bastari menyuguhkan cerita yang menghibur sekaligus memberikan banyak pelajaran berharga.

Setiap karakter yang dihadirkannya memberikan perspektif berbeda tentang arti kesuksesan dan kebahagiaan, serta bagaimana mereka berjuang untuk meraihnya.

Bagi para penggemar Almira Bastari dan pembaca yang mencari bacaan yang kaya akan emosi dan relevansi sosial, Home Sweet Loan adalah pilihan yang tepat.

Novel ini tidak hanya menawarkan cerita yang menarik, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan memahami lebih dalam tentang perjuangan hidup di kota besar.

Home Sweet Loan adalah bukti bahwa Almira Bastari terus berkembang sebagai penulis yang mampu menangkap esensi kehidupan urban dengan segala kompleksitasnya.

Muhamad Ali