Orang-orang yang mudah stress dan depresi terkadang dikategorikan sebagai orang yang kurang iman atau tidak dekat dengan Tuhan.
Tapi, ketika seseorang sudah beriman pun, ada kalanya tidak bisa menghindar dari kekhawatiran dan kecemasan akan masa depan. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi faktor penentu seseorang mengalami depresi maupun rasa putus asa akan hidup?
Hal ini kemudian dibahas oleh Irma Rahayu, yang merupakan seorang soul healer dan founder dari Emotional Healing Indonesia. Dalam buku berjudul 'Soul Healing Therapy,' Irma Rahayu memaparkan kiat-kiat meraih ketenangan melalui pendekatan soul-healing.
Adapun konsep ketenangan yang dibahas oleh penulis cenderung mengambil pendekatan yang islami.
Di dalamnya, buku ini membahas makna dari soul (jiwa), alasan mengapa manusia mudah putus asa, peran otak dan hati terhadap jiwa, penjelasan tentang soul healing therapy hingga cara mendapatkan ketenangan lewat perantara kecintaan pada Allah.
Salah satu poin penting yang dibahas dalam buku ini yakni sikap kita saat menghadapi ujian. Saat kita sedang diuji, rasa takut dan cemas justru membuat manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Misalnya kalau hidup kita mulus terus tanpa ujian, bisa nggak sih kita khusyu dalam berdoa dan meminta pertolongan? Yang ada kita cuma terjebak dalam euforia kebahagiaan yang kadang membuat lalai dan lupa.
Rupanya, ujian jadi momentum kita untuk berbenah dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Hal berkesan lain yang saya dapatkan dari buku ini adalah tentang kegigihan dalam berdoa. Jadi saat berdoa, kita harus yakin bakal terkabul. Kalaupun nggak sesuai ekspektasi, Allah pasti menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik menurut penilaian-Nya.
Yang perlu kita lakukan adalah berdoa dengan gigih dan sungguh-sungguh. Jangan mudah menyerah dan berpaling dari doa saat belum terkabul. Kita juga harus selalu siap dengan konsekuensi dari setiap doa. Dan hal inilah yang kadang membuat orang berguguran sebelum usai memperjuangkan doanya.
Pada intinya, Irma Rahayu mengajak kita untuk mengambil pendekatan Al-Quran sebagai inti ajaran islam untuk terapi soul-healing.
Lewat contoh-contoh konkret dan study kasus dari setiap materi, pembahasan dalam buku ini terasa menyenangkan.
Desain maupun ilustrasi visualnya yang full color juga bikin betah. Cara penyampaian materinya juga terasa amat mengalir. Secara umum, buku ini sangat recommended dibaca bagi kamu yang pengin melakukan self-healing secara islami.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Tiga Periode Islam dalam 'Dinamika Intelektual Islam pada Abad Kegelapan'
-
Ulasan Buku Ini Hari Terakhir di Bumi, agar Hidup Tenang Tanpa Penyesalan
-
Kisah Pilu Ayana Moon Putuskan Mualaf Hingga Jatuh Miskin, Kini Diduga Kritik Open Donasi Daud Kim
-
Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi: Petualangan Menyelami Sejarah Indonesia
-
Review Buku Tere Liye #AboutLove, Belajar Memahami Cinta dari Buku
Ulasan
-
Years Gone By: Ketika Cinta Tumbuh dari Kepura-puraan
-
Ulasan Buku My Olive Tree: Menguak Makna Pohon Zaitun bagi Rakyat Palestina
-
Review Film Death Whisperer 3: Hadir dengan Jumpscare Tanpa Ampun!
-
Ulasan Novel Terusir: Diskriminasi Wanita dari Kacamata Budaya dan Sosial
-
Review Film Tukar Takdir: Kisah Penyintas yang Menyayat Hati!
Terkini
-
Tepuk Sakinah Viral, Tapi Sudahkah Kita Paham Maknanya?
-
Tak Hanya Lolos, Indonesia Bisa Panen Poin Besar Jika Menang di Ronde Empat
-
Saat Medsos Jadi Cermin Kepribadian: Siapa Paling Rentan Stres Digital?
-
Minimalis Tapi On Point! 4 Daily OOTD Classy ala Moon Ga Young
-
Bukan Cuma Drakor, 4 Drama China Tema Time Travel Ini Wajib Masuk Watchlist