Setiap orang berlomba-lomba mengejar kebahagiaan dan setiap dari kita punya versi bahagia masing-masing.
Ada yang menganggap bahwa sumber kebahagiaan adalah harta melimpah, karier yang cemerlang, hingga terpenuhinya segala kebutuhan.
Kalau dipikir-pikir, hal-hal demikian adalah definisi kebahagiaan yang masih menyangkut materi dan kesuksesan duniawi.
Tapi apa memang benar jika bahagia itu hanya bisa diciptakan ketika tolok ukurnya adalah materi?
Nah, hal itulah yang dibahas oleh Dr. AB. Susanto, dalam bukunya yang berjudul 'Happiness Revolution.'
Buku ini berangkat dari sebuah premis bahwa saat ini definisi kebahagiaan itu mulai berevolusi.
Misalnya dulu kita memandang makna kebahagiaan hanya sekadar kelimpahan harta atau kesuksesan dalam meraih pekerjaan.
Namun sekarang makna kebahagiaan itu mulai bergeser pada sebuah kondisi jiwa yang mendatangkan ketenangan dan ketenteraman batin.
Dalam salah satu bagian dari buku ini, Dr. AB. Susanto bahkan membahas mengenai happiness index, atau indeks kebahagiaan.
Penulis meriset berbagai indeks kebahagiaan dari beberapa negara.
Ternyata, kekayaan finansial maupun kemakmuran ekonomi tidak menjadi penentu kebahagiaan dari sebuah negara.
Walaupun pendapat per kapita dinilai tinggi, namun hal tersebut tidak berkorelasi langsung dengan kebahagiaan masyarakatnya.
Ada banyak sudut pandang mengenai kebahagiaan yang digali oleh penulis di dalam buku ini.
Dari keseluruhan pembahasan, saya mendapati kesimpulan bahwa kebahagiaan itu akan lebih mudah kita raih ketika kita menjadi seseorang yang bisa menebar kasih sayang ke sesama manusia.
Entah itu lewat relasi yang baik dengan rekan-rekan dan teman sejawat, hingga hubungan yang hangat bersama keluarga terdekat.
Kebahagiaan juga dapat tercipta ketika kita bisa membangun keseimbangan dalam hidup, mulai dari keluarga, pekerjaan, hingga hubungan bermasyarakat.
Adapun harta maupun kekayaan, baiknya digunakan hanya sebagai sarana dalam mengejar kebahagiaan yang sesungguhnya.
Misalnya dalam rangka mewujudkan nilai-nilai kebaikan dan peduli akan sesama.
Secara umum, buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh para pegiat sosial, hingga masyarakat secara umum.
Namun, karena buku ini ditulis oleh seorang akademisi senior, maka saya rasa tulisan dari Dr. AB. Susanto ini kesannya sedikit menggurui.
Tapi terlepas dari hal tersebut, buku Happiness Revolution ini memberi banyak gagasan berharga mengenai makna kebahagiaan dan bagaimana seharusnya kita bersikap seimbang dalam menjalani kehidupan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku The Smileless Princess, Putri yang Dikutuk Tidak Bisa Tersenyum
-
Ulasan Buku Stress? So What?! Cara Mengubah Tekanan Menjadi Kekuatan
-
Ulasan Buku Millennial Finance, Literasi Finansial untuk Kaum Milenial
-
Ulasan Buku The Tale of Two Dolls: Boneka Anjing dan Putri yang Angkuh
-
Ulasan Buku A Man Who Kept Stars ini His Eyes, Kisah Pemuda Bermata Bintang
Artikel Terkait
-
Perjalanan Mencari Kebahagiaan Sejati di Buku The Monk Who Sold His Ferrari
-
Ulasan Buku A untuk Amanda: Sebuah Perjalanan Menuju Penerimaan Diri
-
Ungkap Fakta Ilmiah di Balik Kebiasaan dari Buku 'Good Habits Bad Habits'
-
Review Buku 'Muhammadku Sayangku 5': Kondisi Nabi yang Bikin Umar Menangis
-
Perbaiki Mindset Keuangan yang Mendatangkan Berkah di Buku Money Therapy
Ulasan
-
Ulasan Buku The Smileless Princess, Putri yang Dikutuk Tidak Bisa Tersenyum
-
Ulasan Film Tinggal Meninggal: Sindiran Kocak untuk Hidup Modern!
-
Review Film Nobody 2: Sekuel Aksi yang Lebih Gila dari Film Pertama!
-
Ulasan Buku Stress? So What?! Cara Mengubah Tekanan Menjadi Kekuatan
-
Introvert, Validasi, dan Kematian, Resep Gila Diramu Film Tinggal Meninggal
Terkini
-
Sinopsis Drama China The Perfect Suspect, Dibintangi Ou Hao dan Wang Herun
-
Sinopsis Drama China Keluarga This Thriving Land, Dibintangi Yang Mi dan Ou Hao
-
Futsal, Navigasi Otak, dan Jalan Menuju Merdeka
-
Seni Perang Lawan Sampah Makanan: Selamatkan Sisa Nasi, Lawan Inflasi
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Demon Slayer!