Buku yang ditulis oleh P.M Laksono dkk ini merupakan telaah kritis atas pendidikan yang diperoleh dari pengamatan data empiris maupun tertulis. Sebagaimana buku bunga rampai yang ada, pembahasan diawali dengan sebuah pengantar yang ditulis oleh P.M Laksono, begitu pula pada epilognya.
Selanjutnya, isi buku ini merupakan kumpulan tulisan artikel para antropolog yang kurang lebih menaruh minat pada bidang pendidikan. Secara garis besar, prolog berisi mengenai posisi pendidikan dalam wacana kebudayaan. Di bagian ini dibedah, apa dan bagaimana pendidikan yang dipelopori tokoh pendidikan bangsa ini, Ki Hadjar Dewantara yang sangat filosofis dan mendalam.
Selanjutnya apa dan bagaimana kebudayaan itu berwujud, sehingga bagaimana pendidikan dapat erat berkaitan dengan kebudayaan. Pada bagian prolog dijelaskan konsep-konsep penting kebudayaan yang selalu dibahas mendalam dalam ilmu antropologi.
Karya ini begitu membuat saya tergelitik sejak dari judul yang ditampilkan. Hal ini lantaran gambar halaman sampul tidak selaras dengan kalimat “Aneh: biasanya tidak apa-apa”.
Bukan tanpa alasan, dalam uraian prolog yang disampaikan oleh Laksono, membahas tentang “keanehan” mahasiswa yang berdemo pada tanggal 2 Mei, yakni pada hari Pendidikan. Keanehan ini ternyata tidak sekedar kata hiasan dan kiasan di halaman sampul buku. Saya menemukan kata aneh/keanehan dalam tulisan bunga rampai ini. Artinya memang benar, bahwa pendidikan Indonesia sedang dirundung keanehan.
Dari tulisan-tulisan yang dipaparkan disini, salah satunya membicarakan posisi pendidikan seperti halnya perguruan Taman siswa yang berkarakter kini tengah terdegradasi dengan sekolah yang lebih “modern”. Lebih lanjut, secara garis besar tulisan-tulisan ini hendak memaparkan persoalan pendidikan nasional, dengan segala formalitasnya. Pendidikan yang dikritisi karena terkesan menceraikan si subyek, (dalam hal ini siswa/murid) dengan komunitas, lingkungan dan keluarga. Selain itu, adanya masalah krisis akulturasi meski nasionalisme Indonesia mulai dirajut.
Buku ini tidak hanya mengeksplorasi konsep-konsep teoritis dalam antropologi pendidikan, tetapi juga menyajikan contoh-contoh konkrit dari berbagai konteks budaya. Pembaca akan dibawa dalam perjalanan yang memperluas pemahaman tentang bagaimana pendidikan diinterpretasikan, diimplementasikan, dan dijalankan di berbagai masyarakat.
Akhir kata, buku ini tidak hanya dibaca oleh mahasiswa jurusan antropologi maupun kependidikan, melainkan juga bagi siapa pun yang tertarik memahami lebih dalam hubungan antara pendidikan dan budaya melalui perspektif antropologi.
Baca Juga
-
Tren Foto AI: Antara Hak Orang Lain dan Risiko Privasi yang Mengintai
-
Soimah dan Ospek Pacar Anak: Realita Tersembunyi Drama Mertua-Menantu
-
Surga Terakhir di Bumi yang Hilang: Ketika Raja Ampat Dikepung Tambang
-
Pengangguran Terdidik di Indonesia: Potret Buram Pendidikan dan Lapangan Kerja
-
Semangkuk Mie Instan di Kosan: Cerita Persaudaraan yang Tak Terlupakan
Artikel Terkait
-
Adu Pendidikan Sintya Marisca vs Irish Bella, Ramai Dijodohkan dengan Abidzar Al Ghifari
-
Cara Lapor Penyalahgunaan KIPK 2024, Marak Temuan Mahasiswa Hedon Penerima Bantuan Kartu Indonesia Pintar Kuliah
-
EWINDO Gelar Edukasi Mudahnya Bercocok Tanam Bagi Generasi Masa Depan Bangsa
-
Puluhan Mahasiswa Peserta Aksi Hardiknas di Makassar Diamankan Polisi, Ada yang Ditangkap di Kampus
-
Perbandingan Pendidikan Ghea Indrawari vs Aurel Hermansyah, Usai Anang Sindir Usia dan Status Pernikahan
Ulasan
-
Review Film The Thursday Murder Club: Aksi Detektif Lansia Mengupas Kasus
-
Review Film Maryam: Teror dan Cinta Gaib yang Mengikat Jiwa!
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
Terkini
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Single Mom Sukses, Ria Ricis Hadiahi Diri dengan Mobil Baru
-
Emban Jabatan Menpora, Erick Thohir Harusnya Bisa Bawa PSSI Jauh Lebih Mengerikan!
-
Terungkap! Budidaya Tiram Bukan Biang Kerok Emisi, Malah Jadi Solusi Krisis Iklim?
-
Daily Fit Check! 4 Outfit ala Daniela KATSEYE, Bikin Gaya Auto Kece