Jika ada satu momen yang ingin diingat dan sekaligus dilupakan, barangkali momen saat masa-masa merantau dan tinggal di kosan adalah jawaban saya. Dan jika ada makanan yang mewarnai rasa dan kisah itu, jawabannya, lagi-lagi akan sama dengan ritme kehidupan para penghuni kos atau mahasiswa kebanyakan. Ya, mie instan.
Mungkin terdengar klise. Ya, saya rasa mie instan dan kosan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tapi bukan sekadar mie instan, justru dengan siapa dan bagaimana kita memakan mie instan itu.
Kala itu, sekitar beberapa tahun lalu, saya berkesempatan melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Saat itu pula menjadi pengalaman pertama saya menjadi anak kos. Suatu ketika, saya berencana pindah kos dan belum mendapatkan kos baru.
Sementara itu, di waktu yang bersamaan, adik saya tengah menjalani magang di kampusnya di Malang. Ia masih terhitung belia, masih duduk di semester 4, namun sudah ada mata kuliah yang mengharuskan menjalankan magang.
Bersama temannya, ia memilih salah satu lembaga di Yogyakarta. Dari situ, saya bisa menumpang sementara di kosan adik perempuan saya ini.
Kosan adik saya ini juga menyelipkan kisah yang tidak menyenangkan. Untuk itulah, saya sebut di awal tulisan, momen ini terkadang ingin diingat, namun juga dilupakan. Kosan tersebut berada di daerah yang cukup padat yang agak jauh dari kota Yogyakarta.
Sama seperti kosan pada umumnya, kamarnya memiliki tempat tidur cukup nyaman dan memadai. Tersedia lemari untuk menyimpan pakaian sekaligus meja belajar.
Kamar mandi pun juga tersedia di setiap kamar. Dan di situlah permasalahannya. Kami merasakan bahwa kamar kosan kami sedikit menakutkan kalau bukan disebut ada semacam "penghuni tak kasat mata".
Seolah berusaha tak peduli dan juga aktivitas kami masing-masing serta tidak sering berada di kamar kosan. Tapi di sisi lain, momen yang selalu saya ingat, adalah kegemaran kami, di tengah malam, atau di momen kita dirundung kebingungan "hari ini makan apa ya".
Setiap kali saya di kampus, sebelum tiba di kosan saya juga selalu menanyakan pada adik, apakah dia sudah makan. Selain itu pulang jam berapa. Dengan begitu saya menyesuaikan makanan apa yang bisa saya bawa atau ya sudah nanti kita rencanakan apa yang ingin kita makan di kos.
Malam hari sering menjadi waktu kami paling dekat. Saat di kamar, bersama, bercengkerama dan berbagi cerita kita di hari itu. Pasti salah satu dari kami akan mengucapkan "ya wes makan mie ae" (Ya sudah, makan mie saja).
Ucapan kami dalam logat Jawa Timur. Dan seringnya itu dilontarkan oleh adik saya. Dia selalu semangat mengajak saya makan mie saja daripada bingung mau makan menu apa atau memesan makanan melalui aplikasi ojek online.
Kegemaran selera rasa mie kami hampir sama. Saya suka mie kuah tidak pedas dengan topping telur. Adik saya juga begitu, namun, khususnya dia tidak bisa tidak pedas, sehingga dia selalu menambahkan potongan cabe di atas mie yang sudah matang. Saya hanya bergidik ngeri, membayangkan pedasnya. Adik saya sangat suka sekali makanan-makanan pedas.
Saat makan, pun terkadang kami memiliki kebiasaan sama. Makan sambil menonton. Atau makan sambil scrolling. Tapi, terkadang kami tidak menyertakan gawai dalam aktivitas makan. Kami fokus makan dan mengobrol kegiatan kami sehari tadi.
Obrolannya bisa seputar dosen yang galak, rekan magang menyebalkan, atau bergosip tentang tontonan dan hal-hal yang sedang viral. Kadang kami pun tertawa bersama. Kegiatan makan mie instan bersama inilah, meski terlihat dan terdengar sederhana, namun justru itulah momen yang diingat.
Kebersamaan kami tadi tampaknya berjalan mulus dan harmonis. Namun, seperti pada umumnya hubungan kakak dan adik, kehidupan kami juga diwarnai pertengkaran dan perselisihan.
Beda pendapat, merasa lelah, hingga ego kami masing-masing terkadang juga keras. Pernah kami bertengkar hebat karena beda pendapat. Waktu itu kami belum punya kesibukan hingga mengharuskan hidup bersama di kosan. Tapi kemudian kami bisa akur kembali.
Tak hanya bertengkar, kami pun sejatinya tetap berusaha saling menyayangi dan membantu. Seperti masa sulit yang tak bisa saya lupakan, yang harus dihadapu adik saya. Dia membuka bisnis online kecil kecilan namun berani diam diam melakukan pinjaman online untuk modal.
Tentu kami sekeluarga kaget karena tagihan yang mengejar adik. Waktu itu saya sudah bekerja dan ada sedikit pemasukan uang. Saya bantu dia sedikit demi sedikit untuk melunasinya.
Tentu ada sedikit rasa marah karena tidak berkomunikasi dulu perihal modal. Kami bisa bantu. Namun dia tetap adik saya, selamanya. Dia bahkan berusaha mengganti uang saya. Saya terima saja sebagian.
Kini, kami sudah tinggal di kota yang berbeda. Adik saya bekerja dan mengalami kehidupan kos lagi. Sedangkan saya sudah berumah tangga. Setiap memasak mie dan kadang-kadang saya menerawang ingatan kebersamaan di kosan.
Tentu saja, adik yang selalu mengajak makan mie instan saja daripada beli lauk lainnya. Ya, semangkuk mie instan kuah hangat tak hanya membangkitkan selera makan, tapi juga ingatan akan suatu kenangan.
Sebuah ingatan dan kenangan akan kebersamaan yang pernah dilalui. Waktu terus berjalan tapi kenangan silih berganti, ada kisah dan kasih yang bahkan dibangunkan melalui makanan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Program Pembinaan Siswa "Nakal" ala Dedi Mulyadi: Haruskah Cara Militer?
-
Warisan Ki Hadjar Dewantara dan Pendidikan Hari Ini: Antara Cita-Cita dan Realita
-
Ketika Pelindung Jadi Predator: Darurat Kekerasan Seksual di Indonesia
-
Apalah Arti Ijazah? Refleksi dari Polemik Ijazah Jokowi di Era Disrupsi
-
Gibran hingga Studio Ghibli: Guncangan AI di Dunia Kesenian Visual
Artikel Terkait
-
Budget Nikah Disebut Tembus Miliaran Rupiah, Luna Maya Sajikan Mi Instan Saat After Party
-
Menu Unik di Nikahan Luna Maya Bikin Salfok: Kalau di Kampung Bakal Dibahas 40 Hari 40 Malam
-
Mau Investasi Kosan? Coba Intip Wilayah Potensial Ini
-
Pulang Mudik Berujung Nyesek, Jurnalis Media Online Kehilangan Rp20 Juta di Kosan
-
Tak Lagi Dinafkahi Suami? Iris Wullur Diduga Pindah ke Kosan saat Bikin Video Endorse
Kolom
-
Boros karena FOLU: Waspada Perilaku Konsumtif dari TikTok Shop
-
Pantai Teluk Asmara: Miniatur Raja Ampat yang Sama-Sama Tersakiti
-
Sepiring Nasi Telur di Pagi Hari: Sesuap Ungkapan Bisu Kasih Sayang Ibu
-
Jurusan Kuliah Bukan Tongkat Sulap, Kenapa Harus Dibohongi?
-
Opor Ayam: Masakan Lebaran Pertamaku Sepeninggal Ibu
Terkini
-
Siap Debut Solo Tahun Ini, Haechan NCT Rilis Video Trailer Bertajuk Haechan, 2025
-
Jimin dan Jungkook BTS Rampung Wamil, Bagikan Kisah Lucu kepada ARMY
-
Boyfriend Vibes! 4 OOTD Chic Minimalis ala Nam Joo Hyuk yang Wajib Dicoba
-
Tampil Kece saat Traveling dengan 6 Padu Padan Outfit ala Rebecca Klopper
-
4 Ide OOTD Soft Style ala Lee Jun Hyuk, Bikin Penampilan Makin Memesona