Buku yang berjudul "Menjadi Penulis: Itu Tidak Sulit, Tapi Rumit" karya Puthut EA memberikan informasi bahwa Mas Puthut adalah seorang penulis yang telah 21 tahun berkecimpung di dunia kepenulisan.
Saat ini, beliau dikenal sebagai Kepala Suku Mojok, sebuah media online ringan dengan slogan "Sedikit Nakal, Banyak Akal" yang berisi tentang isu sosial, budaya, dan politik yang dikemas dengan diksi jenaka serta menyegarkan.
Buku ini sendiri pertama kali diterbitkan oleh Buku Mojok pada bulan April tahun 2020 dan dicetak ulang pada bulan September tahun 2021 dengan tebal 196 halaman.
Menurut saya, desain buku ini elegan dan minimalis, didominasi oleh warna hitam dengan aksen warna emas serta putih pada bagian judul dan sinopsisnya.
Pada sampul bagian belakang, terdapat keterangan bahwa buku ini termasuk dalam jenis self-improvement dan dapat dibaca oleh mereka yang berusia di atas 15 tahun.
Selain karena ditulis oleh seorang penulis kawakan, alasan saya tertarik untuk membaca buku ini adalah karena judulnya yang agak nyeleneh, tidak seperti buku sejenis pada umumnya yang memotivasi.
Buku ini justru mematahkan motivasi itu dengan tambahan kata "rumit" di belakangnya. Realitas tentang kerumitan-kerumitan ini dijelaskan oleh Mas Puthut di halaman 9, bahwa untuk menjadi penulis itu tidak semudah yang dibayangkan.
Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menulis, seperti teknik, penguasaan konten, sensor estetika, serta pemahaman soal politik.
Dalam buku ini terdapat 46 tema yang berisi tips dan trik untuk menjadi penulis berdasarkan pengalaman beliau.
Diawali dengan tema tentang pilihan, yang isinya soal renungan pilihan hidup untuk menjadi seorang penulis. Naskah ini pernah dibacakan oleh Mas Puthut saat pidato dalam penganugerahan Pengalembana Kampung Buku Jogja 2017
Ditutup dengan tema "Penulis Juga Butuh Modal", isinya soal renungan Mas Puthut yang berkeinginan untuk istirahat dari aktivitas menulis.
Sama seperti orang pada umumnya, Mas Puthut juga merasa lelah dengan rutinitasnya sebagai seorang penulis, maka dari itu beliau memilih untuk jeda sejenak.
Meskipun begitu, Mas Puthut tidak akan berhenti menerbitkan buku karena beliau memiliki banyak cadangan naskah yang siap untuk dicetak.
Tema-tema tersebut dibahas secara ringkas dan dituliskan dengan bahasa yang ringan sehingga mudah untuk dipahami. Selain itu, terdapat ilustrasi dan juga kutipan di bagian akhir tema yang akan membuat pembaca betah saat menyelami isi buku ini.
Salah satu kutipan yang menarik bagi saya ada di halaman 161, bunyinya seperti ini: "Hadapi saja layar tulis Anda, jangan tinggalkan, tatap dan baca lagi. Biarkan 10 menit berlalu, 20 menit, 30 menit, biasanya tidak sampai 1 jam Anda akan menemukan jalan keluar. Makin sering menghadapi itu, durasi kebuntuan makin pendek. Percayalah."
Kutipan ini relevan dengan kondisi saya saat ini karena kebetulan saya sedang mengerjakan skripsi dan seringkali merasa buntu untuk menulis.
Secara keseluruhan, buku ini cocok dibaca oleh mereka yang ingin menjadi penulis atau tertarik dengan dunia kepenulisan.
Baca Juga
-
Review Aku Tahu Kapan Kamu Mati: Desa Bunuh Diri, Sekuel yang Lebih Ngeri
-
Review Film Retribution, Ketegangan Teror Bom di Jok Mobil
-
Review Film Heretic, Hugh Grant Jadi Penguji Keyakinan dan Agama
-
Review Film Totally Killer: Mencari Pembunuh Berantai Ke Masa Lalu
-
Review Film 'Satu Hari dengan Ibu' yang Sarat Makna, Kini Tersedia di Vidio
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
Ulasan Buku Bob Sadino Karya Edy Zaqeus: Mereka Bilang Saya Gila!
Ulasan
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan