Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Film Divergent (IMDb)

"Divergent" yang dirilis pada tahun 2014, adalah adaptasi dari novel fiksi ilmiah distopia karya Veronica Roth. Film ini, yang disutradarai oleh Neil Burger, menggambarkan dunia futuristik di mana masyarakat dibagi menjadi lima faksi berdasarkan kepribadian: Abnegation, Amity, Candor, Dauntless, dan Erudite. Dengan latar belakang yang apik dan premis yang menarik, dan setting dunia masa depan yang terfragmentasi dan karakter-karakter yang kompleks, "Divergent" telah menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan dengan porsi yang seimbang antara aksi, drama, romansa dan pesan-pesan terdalamnya. 

Film Divergent mengikuti kisah Beatrice Prior atau yang sering dipanggil Tris (diperankan Shailene Woodley), sosok gadis muda dari Faksi Abnegation yang menemukan bahwa dirinya adalah Divergent—seseorang yang nggak cocok hanya dengan satu faksi. Hal ini menempatkan dirinya dalam bahaya karena Divergent dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah. Tris memutuskan untuk bergabung dengan Dauntless, faksi pemberani, di mana dia bertemu dengan Tobias Eaton alias Four (Theo James), sosok instruktur Faksi Dauntless yang karismatik dan penuh misteri.

Ulasan: 

Pengalaman yang seru dan haru saat diriku nonton Film Divergent. Pada masanya, baik novel maupun filmnya itu sangat populer. Namun, biasanya, adaptasi novel menjadi film cenderung mengecewakan, tapi agaknya nggak begitu dengan Divergent. Barangkali karena bintang-bintang mudanya yang tampil prima, scoring musiknya yang pas di setiap scene, visual cakepnya, dan akting dua bintang utama serta chemistry-nya yang masuk banget, itu membuat beberapa perbedaan antara novel dan film cukup bisa ditolerir. 

Karakter Tris digambarkan dengan baik oleh Shailene Woodley, penampilannya kuat dan mampu menyampaikan emosi yang pas ke penonton. Transformasinya dari sosok gadis (lemah lembut) menjadi pejuang pemberani dan tangguh, merupakan daya tarik utama film ini. Theo James juga memberikan performa yang apik sebagai Four, kompleksitas karakternya bikin penonton non pembaca novelnya penasaran dengan latar belakang dirinya yang semisterius itu. 

Aku juga suka desain dunia dari "Divergent". Dunia masa depan yang terpecah menjadi faksi-faksi berbeda digambarkan dengan detail dan meyakinkan, ya, setiap kubu punya ciri khas dan fungsinya. Lebih-lebih untuk Faksi Dauntless, dengan gaya hidup ekstrem dan keras, memberikan latar belakang yang penuh aksi dan adrenalin. Ya, bisa diibaratkan Faksi Dauntless adalah pihak keamanan wilayah setempat (kepolisian). 

Kamu juga harus tahu, "Divergent" mengeksplorasi banyak pesan, terkait ‘siapa diri kita’, keberanian, dan kebebasan menentukan pilihan hidup. Maka dari itu, jelas film ini menyoroti pentingnya menemukan jati diri dan berani melawan sistem yang nggak adil. Pesan tentang ‘keberagaman ialah kekuatan, bukan kelemahan’, tersampaikan dengan baik melalui perjalanan Tris.

Meskipun film ini memiliki hal-hal positif, "Divergent" sebenarnya nggak sesempurna itu kok. Aku merasa fokus pelatihan Tris menjadi Dauntless itu porsinya terlalu banyak, sehingga fokus konflik utama nggak terlalu mendapat penekanan, dan baru benar-benar diangkat di paruh ketiga. Ditambah dengan perbedaan antara novel dan film, yang bagi fans setia novelnya, tentu sangat mengganggu keseruannya. 

Namun, bagiku "Divergent" sudah menghibur dengan visual yang mengesankan dan penampilan kuat dari para pemainnya. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, tapi film ini berhasil menyampaikan pesan-pesan penting dan membangun dunia yang menarik untuk diikuti. Skor dariku: 7,5/10 dan jika kamu lagi mencari film-film bergenre sci-fi, ini bisa jadi daftar tontonmu. Selamat nonton ya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha