Film The Garfield Movie tayang sejak 23 Mei 2024 di berbagai bioskop Indonesia. Film ini disutradarai oleh Mark Dindal, diproduksi oleh Columbia Pictures bersama dengan Sony Pictures sebagai distributor. Mark Dindal mencoba menghadirkan kucing oranye, yang terkenal dari komik strip karya Jim Davis, ke layar lebar. Namun, meskipun upayanya cukup keras, sayangnya film ini tersesat dari inti, yang membuat Garfield kehilangan daya tarik.
Kamu harus tahu bahwa karakter Garfield sudah muncul di beberapa film, di antaranya: "Garfield: The Movie" (2004), "Garfield: A Tail of Two Kitties" (2006). Belum lagi dalam trilogi: "Garfield Gets Real" (2007), "Garfield Fun Fest" (2008), dan "Garfield's Pet Force" (2009). Garfield juga telah menghiasi layar televisi sejak tahun 1982 dengan series terkenalnya: "Here Comes Garfield", selain itu ada "Garfield Gets a Life" (1991). Benar-benar semenarik itu ya.
"The Garfield Movie" versi 2024, mengisahkan petualangan Garfield (disuarakan oleh Chris Pratt), kucing oranye pemalas yang benci hari Senin dan pecinta lasagna. Dalam film ini, Garfield bertemu kembali dengan ayahnya yang telah lama hilang, Vic (Samuel L. Jackson), seekor kucing jalanan yang berantakan. Kok bisa ketemu lagi?
Kisah singkatnya begini, suatu ketika Garfield dan Odie (suaranya diisi oleh Harvey Guillen), anjing peliharaan Jon Arbuckle (Nicholas Hoult), diculik oleh dua anjing dan dibuang di mal yang terbengkalai. Di sana, mereka pun bertemu Vic dan merencanakan balas dendam dengan membawa Vic ke Lactose Farms. Di sana, mereka bertemu Otto (Ving Rhames), banteng yang merupakan mantan maskot peternakan. Pokoknya selama petualangan seru mereka, kebenaran perihal perpisahan Garfield dengan Vic pun terungkap.
Ulasan:
Film ini dimulai cukup menjanjikan, dengan pembukaan yang bikin semangat, yang memperkenalkan Garfield bayi dan petualangan awalnya. Dengan suara Chris Pratt, Garfield awalnya menggemaskan dan menangkap sebagian dari sikap sinis dan acuh nggak acuh yang jadi ciri khasnya. Namun, seiring dengan perkembangan plot, narasinya jadi tampak lesu dan kehilangan sentuhan dari sifat-sifat Garfield yang selama ini dikenal.
Pemilik Garfield, Jon Arbuckle (diisi suaranya oleh Nicholas Hoult), dan anjing setianya si Odie, kendatipun mereka tampil, tapi sayangnya, interaksi mereka sering terasa dipaksakan dan kurang humor. Entah mengapa keakraban yang terlihat dalam film nggak senatural komiknya. Pengenalan karakter-karakter baru dan subplot, itu cukup seru kok biarpun pesona Garfield jadi agak meredup ya.
Salah satu kelemahan besar dari film ini adalah terkait suara. Chris Pratt, yang dikenal dengan penampilan kecenya di film-film lain, nggak tahu kenapa, suaranya seperti kurang memiliki daya tarik yang khas, sehingga membuat Garfield terasa seperti kucing animasi generik daripada tokoh ikonis yang dicintai penggemarnya selama bertahun-tahun. Maksudku, Garfield itu gemuk dan terkenal dengan suaranya yang agak berat, kan? Kamu bisa tonton untuk membuktikannya sendiri.
Nicholas Hoult dan Harvey Guillen sebagai Jon dan Odie juga agak gagal dalam perkembangan karakter. Ya, interaksi mereka dengan Garfield kurang hangat gitu, dan timing komedinya juga kadang pas kadang bikin mesem doang.
Secara visual, "The Garfield Movie" menawarkan animasi yang menarik hati, dengan warna-warna ceria dan karakter yang didesain dengan baik. Namun demikian, estetika visualnya nggak mengimbangi kekurangan narasi dan pengembangan karakter yang lemah. Sayang banget ya.
Meskipun upayanya untuk menghidupkan kembali Garfield dalam format film terbilang cukup niat, tapi hasil akhirnya agak mengecewakan karena kehilangan apa yang membuat Garfield begitu istimewa. Biarpun begitu, ada banyak penonton, terutama anak-anak, yang menyukai film ini. Pada dasarnya film ini berhasil menghibur dengan segala kekurangan yang ada.
Skor dariku: 6/10. Intinya ini hanya soal selera dan subjektif, dan ulasan film merupakan bagian kecilnya. Kamu harus nonton sendiri karena bisa jadi kamu bakal sangat menyukainya. Selamat nonton ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
-
Sinopsis Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Kisah Haru Terinspirasi dari Lagu
Artikel Terkait
-
Kembali Kolaborasi dengan Netflix, Zack Snyder Siap Garap Film Action
-
Ulasan Film The Lady In The Van, Wanita Misterius di Balik Van Tua
-
Teror Hiu Belum Berakhir, Netflix Kembangkan Sekuel Film Under Paris
-
7 Penampilan Terbaru Amanda Manopo, Manglingi di Film Terbaru
-
Kisah Nia Kurnia Sari Gadis Penjual Gorengan Diduga Bakal Difilmkan, Gelagat Sang Ibu Disorot
Ulasan
-
Ulasan Novel Bintang Karya Tere Liye: Petualangan Raib dan Ali di Klan Bintang
-
Ulasan Novel 'Nebula', Persahabatan yang Diuji Egoisme dan Pengkhianatan
-
Ulasan Novel Penaka: Kisah Istri Menghadapi Suami yang Kecanduan Game
-
Ulasan Novel The Privileged Ones: Dinamika Remaja dan Kelas Sosial
-
Review Film Hotel Pula, Ketika Trauma Perang Memengaruhi Kehidupan Seseorang
Terkini
-
3 Produk Eksfoliasi dari Cleora Beauty untuk Kulit Sensitif hingga Jerawat
-
Akal Sehat dalam Kecerdasan Buatan: Apa yang Dapat Belajar dari Manusia?
-
Perasaan Campur Aduk Kevin Diks setelah Debut Bersama Timnas Indonesia
-
Kembali Kolaborasi dengan Netflix, Zack Snyder Siap Garap Film Action
-
5 Ide Mix and Match Denim ala Mim Rattanawadee untuk Tampilan yang Trendi