Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Tangkap Layar dari Reel Film Heartbreak Motel (Instagram/ visinemaid)

Heartbreak Motel bisa dianggap sebagai film yang menggabungkan elemen drama dan psikologi untuk mengeksplorasi tema-tema di dalamnya; terkait trauma masa kecil, hubungan toxic, dan ‘bahwa bahagia itu pilihan’. Film ini disutradarai Angga Dwimas Sasongko di bawah naungan Visinema, dengan bintang-bintang ternama: Laura Basuki sebagai Ava Alesandra, Reza Rahadian sebagai Reza Malik, Chicco Jerikho sebagai Raga Assa, dan masih banyak peran pendukung lainnya. 

Aku cukup tergelitik dengan Ava dalam Heartbreak Motel. Menurutku, Ava adalah contoh nyata, bagaimana masa lalu dan hubungan yang buruk dapat memengaruhi hidup, kebahagiaan, dan kesehatan mental. 

Begini, jika kamu belum tahu banyak terkait sosok Ava, kukasih tahu ya. Dalam film, Ava adalah sosok aktris papan atas, tapi merasa terasing dalam gemerlap dunia selebritas. Belum lagi, Ava harus menghadapi berbagai tantangan emosional; berkaitan erat dengan masa kecil yang penuh kekerasan dan toxic relationship-nya bersama Reza Malik. 

Terkait masa kecil Ava. Sangat jelas diperlihatkan, Ava kecil nggak mendapatkan perlakuan baik dari bapaknya. Itu ditandai dengan kekerasan yang diterima (baik secara fisik ataupun batin). Hal demikian merupakan latar belakang yang meninggalkan bekas luka emosional begitu dalam. Sampai-sampai dalam salah satu scene, Ava bertanya, "Boleh, kan ya, benci sama bapak sendiri?" 

Kamu harus paham, pertanyaan itu mencerminkan konflik internal yang dialaminya. Konflik yang tumbuh atas kebenciannya pada figur bapak, atas kekerasan, yang pada akhirnya ‘secara emosi’ menjadi beban berat. Ingatan buruk masa kecilnya memengaruhi cara Ava memandang dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain, termasuk dalam hal mencari kebahagiaan.

Lanjut ke toxic relationship. Hubungan nggak sehat yang dijalani Ava dengan Reza Malik berdampak sangat buruk. Selain dampaknya, kenangan buruk dan beban emosional Ava pun bertambah. Hubungan nggak sehat itu, nggak hanya merusak kepercayaan diri Ava, tapi juga menyulitkan Ava untuk menemukan kebahagiaan sejati. Dapat kuyakini, hubungan toxic-nya, telah menjadi penghalang besar bagi Ava untuk menyadari, bahwa sebenarnya ada kebahagiaan yang seharusnya bisa digapai dan rasakan. 

Namun, seiring durasi bergulir, Ava pada akhirnya belajar: “Bahwa meskipun masa lalu dan hubungan yang buruk membuatnya begitu terpuruk, tapi dia memiliki kekuatan untuk memilih”. Begitulah. Memilih berani untuk bahagia atau nggak. 

Dalam “Heartbreak Motel”, jelas kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Kebahagiaan memerlukan usaha dan keberanian untuk memilih jalan yang benar. Ava mengajarkan bahwa meskipun masa lalu dan hubungan buruk bisa menjadi penghalang besar, kita memiliki kekuatan untuk membuat pilihan yang membawa kita lebih dekat pada kebahagiaan.

Bila kamu belum nonton film ini, sayang banget sih. Namun, bukan berarti kamu nggak bisa nonton ya. Semoga film ini bisa tayang streaming lebih cepat, tapi jika di bioskop terdekatmu masih menayangkan film ini, tontonlah sebelum turun layar. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha