Bermutu dan lucu, itulah kesan pertama saya ketika menuntaskan baca buku bertajuk Pesantren Dongeng ini. Sangat pas jika buku terbitan Zaman 2011 ini memiliki jargon "Menikmati Kisah, Mendulang Hikmah dan Melipur Hati". Sebab, membaca kisah-kisahnya akan terasa nikmat, sarat pelajaran hidup, serta menghibur. Tanpa merasa digurui, pembaca akan mudah mengambil hikmah dari setiap kisah.
Tokoh utama dalam buku ini adalah seorang kiai bersama tiga santrinya yang bernama Sarimin, Madrais, dan Pardi. Ketiga santri tersebut biasanya menyebut laki-laki tua yang hidup sendirian di kampung Bulusari itu dengan sebutan Kiai Sholeh.
Disebut Pesantren Dongeng, sebab setiap selesai menunaikan salat berjamaah yang dilanjutkan dengan wiridan sebentar di musala sederhana di sebelah rumahnya itu, Kiai Sholeh tidak mengajarkan kitab kuning kepada ketiga santrinya, namun menanamkan nilai kebajikan melalui mendongeng.
Tetapi, dongeng-dongeng yang disampaikan oleh Kiai Sholeh kepada ketiga santrinya tersebut tidaklah sama dengan dongeng-dongeng kebanyakan. Nyaris dongeng-dongeng Kiai Sholeh belum pernah didengar maupun diketahui di buku-buku dongeng manapun.
Tak serupa dengan dongeng biasa, setiap kali mendongeng, Kiai Sholeh tak lupa mengulas makna dan pesan dari dongeng yang baru dituturkannya. Terkadang pesan-pesannya diselipi ayat al-Quran atau kutipan hadis. Dongeng-dongeng itu mengisahkan berbagai hal yang melekat dalam keseharian kita.
Di antara dongeng memukau di dalam buku terbitan Mizan ini yang erat kaitannya dengan pelajaran hidup adalah Pilihan yang Tepat, Sang Panglima, dan Dua Anak Petani.
Dongeng bertajuk Pilihan yang Tepat mengisahkan mengenai Kerajaan Pasir Putih yang dipimpin oleh Raja Gunawarna yang terkenal adil dan bijaksana. Dalam mengurusi kerajaan, sehari-hari Raja Gunawarna dibantu oleh tiga menteri, yaitu Menteri Keamanan, Menteri Sandang, dan Menteri Pangan.
Pada suatu kesempatan saat kerajaan mengadakan pesta, Raja Gunawarna ingin memberi penghargaan kepada ketiga menterinya yang sudah bertahun-tahun mengabdi dan bekerja keras untuk kerajaan.
Penghargaan yang dimaksud berupa pengajuan satu permohonan yang akan dikabulkan oleh raja. Singkat kisah, Menteri Keamanan ingin punya rumah besar yang megah. Menteri Sandang ingin memiliki kebun anggur yang luas. Sementara Menteri Pangan ingin diberikan waktu libur satu hari dalam seminggu.
Semula, Menteri Pangan dicemooh karena hanya mengajukan permintaan remeh itu. Namun, pada akhirnya Menteri Pangan itulah yang leluasa bersenang-senang dengan keluarganya di rumah mewah sambil menikmati anggur yang langsung memetik dari kebunnya.
Sedangkan Menteri Keamanan tak ada waktu setelah memiliki rumah mewah. Begitu pun dengan Menteri Pangan, ia tak cukup waktu untuk memetik buah anggur di kebun luasnya.
Dongeng ini masih relevan dengan kondisi zaman sekarang. Banyak orang sibuk mengejar impian sampai-sampai tidak punya waktu untuk menikmati yang sudah mereka miliki.
Banyak orang berjuang mencari kekayaan hingga tidak sempat menikmati kekayaan yang mereka dapat. Pepatah mengatakan, "mengharap hujan di langit, air di tempayan ditumpahkan."
Usai mendongeng, Kiai Sholeh tak lupa menyitir hadis Nabi yang berhubungan dengan dongeng tersebut.
"Siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mensyukuri yang banyak."
Dongeng-dongeng yang disampaikan Kiai Sholeh seringkali tak cepat selesai, karena celetukan santri, terlebih si Sarimin. Kerap juga celetukan Sarimin mengundang tawa dan geleng-geleng kepala.
Intinya, dongeng-dongeng yang ditulis oleh Awang Surya ini bukan sekadar cerita bisa. Selain lucu, dongeng-dongeng yang tersaji juga sangat bermutu.
Identitas Buku
Judul: Pesantren Dongeng
Penulis: Awang Surya
Penerbit: Zaman
Cetakan: I, 2011
Tebal: 224 halaman
ISBN: 978-979-024-270-8
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Ice Breaker Karya Irfan Suryana, Belajar Lebih Rileks
-
Tamara Geraldine Nyaris Bunuh Diri, Bersyukur Berkali-kali Diselamatkan Tuhan
-
Ulasan Buku What's So Wrong About Your Life, Self Healing yang Nampol Abis!
-
Divonis Mandul, Tamara Geraldine Bisa Punya 4 Anak dari Ibu yang Berbeda
-
Goresan Bait-bait Sajak dari Pena Para Guru dalam Buku 'Ngidam Puisi'
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
4 Mix and Match Blazer Anti-Boring ala Noh Sang Hyun, Gaya Makin Macho!
-
Rektor UI Harumkan Indonesia: Penghargaan Tohoku University Lengkapi Lompatan UI di Peringkat Dunia
-
Suporter SMAN 3 Cibinong Panaskan Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Aksi Seru dan Komedi Berpadu, Prime Video Bagikan Trailer Film Playdate
-
Hamil Lagi, Lesti Kejora dan Rizky Billar Siap Sambut Kehadiran Anak Ketiga