Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ramadhona Adi Saputra
Ilustrasi buku "Ready Player Two" (Gramedia Digital)

Teknologi makin hari makin canggih, dan hidup kita tidak bisa lepas dari itu. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, teknologi selalu ada di sekitar kita—mulai dari smartphone, internet, hingga perangkat pintar di rumah. Teknologi memudahkan kita berkomunikasi, bekerja, belajar, bahkan belanja tanpa harus keluar rumah. Di satu sisi, perkembangan ini bikin hidup lebih praktis, tapi di sisi lain, ada juga tantangan yang datang, seperti kecanduan gadget atau masalah privasi. Meski begitu, teknologi tetap jadi bagian penting dari kehidupan modern, dan bagaimana kita menggunakannya bakal menentukan apakah itu jadi hal yang positif atau negatif.

'Ready Player Two' adalah sekuel dari novel 'Ready Player One' yang sangat populer karya Ernest Cline. Dirilis pada akhir 2020, buku ini melanjutkan petualangan Wade Watts dalam dunia virtual OASIS. Jika di buku pertama Wade berjuang untuk menyelesaikan pencarian Egg Hunt dan mengambil alih kendali OASIS, di buku kedua ini, ia dihadapkan pada tantangan yang lebih besar dan bahaya yang lebih nyata.

Sinopsis Cerita Buku 'Ready Player Two' karya Ernest Cline

Setelah kemenangan Wade di 'Ready Player One', ia kini menjadi pemimpin dari OASIS, bersama dengan teman-temannya: Art3mis (Samantha), Aech, dan Shoto. Namun, tak lama setelah menguasai OASIS, Wade menemukan teknologi baru yang ditinggalkan oleh pencipta OASIS, James Halliday. Teknologi tersebut adalah ONI (OASIS Neural Interface), sebuah alat yang memungkinkan pengguna untuk sepenuhnya tenggelam dalam dunia virtual, merasakan segala hal seperti nyata.

Namun, di balik teknologi revolusioner ini, ada tantangan baru ada sebuah pencarian rahasia yang harus diselesaikan Wade dan kawan-kawannya. Mereka harus menemukan tujuh pecahan jiwa yang terkait dengan Halliday, sebelum teknologi ini menyebabkan kehancuran besar. Sementara itu, mereka juga harus menghadapi ancaman dari musuh lama dan baru, yang bertekad untuk mengambil alih kontrol OASIS demi tujuan yang lebih gelap.

Ulasan Buku 'Ready Player Two' karya Ernest Cline

'Ready Player Two' adalah kelanjutan yang penuh aksi, tetapi sayangnya, tidak berhasil mencapai standar yang ditetapkan oleh buku pertama. Salah satu kekuatan utama dari 'Ready Player One' adalah nostalgia budaya pop tahun 80-an dan petualangan epiknya. Namun, di sekuel ini, formula yang sama terasa sedikit dipaksakan. Banyak referensi budaya pop yang terkadang terkesan berlebihan dan tidak selalu mendukung narasi utama.

Wade Watts, yang sebelumnya menjadi tokoh protagonis yang cerdik dan mudah disukai, dalam buku ini lebih sering digambarkan sebagai karakter yang sedikit egois dan tidak berkembang. Banyak pembaca merasa bahwa perjalanannya kali ini kurang emosional dibandingkan buku pertama, meskipun taruhannya lebih tinggi.

Namun, 'Ready Player Two' masih berhasil menghadirkan beberapa momen mendebarkan, terutama dalam babak-babak akhir. Bagi penggemar setia 'Ready Player One', ada rasa kepuasan tersendiri dalam kembali ke dunia OASIS dan melihat bagaimana cerita Wade berkembang. Selain itu, tema-tema besar seperti teknologi dan etika, serta dampaknya terhadap kehidupan manusia, tetap menjadi bagian penting dari cerita ini.

Meskipun 'Ready Player Two' tidak menerima pujian sebesar buku pertama, novel ini tetap berhasil menjadi 'New York Times Bestseller'. Namun, hingga saat ini, belum ada nominasi penghargaan besar yang diterima oleh buku ini. Penggemar berat 'Ready Player One' mungkin akan tetap mengapresiasi kelanjutan cerita Wade, meskipun beberapa kritik menganggap buku ini kurang memuaskan.

'Ready Player Two' adalah kelanjutan dari petualangan di dunia virtual OASIS, yang tetap menawarkan aksi, referensi budaya pop, dan teknologi futuristik. Meskipun tidak sekuat pendahulunya, novel ini tetap menarik bagi mereka yang ingin tahu kelanjutan nasib Wade Watts dan kawan-kawan. Namun, bagi yang berharap menemukan kesan mendalam dan inovasi seperti di buku pertama, mungkin akan sedikit kecewa.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Ramadhona Adi Saputra