Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy
Ilustrasi buku 'Selesai dengan DIri Sendiri' (iPusnas)

Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, biasanya akan mampu menghalau beragam perasaan-perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya, rasa gelisah, takut, galau, mudah marah, atau perasaan sulit menerima kondisi atau takdir yang telah ditetapkan Tuhan kepadanya.

Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri juga dapat dimaknai dengan orang yang telah bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Dia telah legawa menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga dia tak risau bila mendengar orang-orang membicarakan keburukan, kekurangan, atau aibnya.

Menurut Ahmad Rifa’i Rif’an, penulis bukuSelesai dengan Diri Sendiri’ (Quanta, Jakarta) orang yang selesai dengan dirinya sendiri adalah orang yang sudah memiliki batas cukup bagi kebutuhan pribadinya. Maka, fokus hidupnya tinggal memberikan sebanyak mungkin manfaat bagi sesama.

Pada tahap yang lebih tinggi, orang yang selesai dengan diri sendiri memiliki kehidupan yang sangat merdeka. Kedamaian hatinya tidak lagi didikte oleh keadaan di luar diri, baik dia kaya atau miskin, lapang atau sempit, mudah atau sulit, dihina maupun dipuji, dijauhi atau didekati sesama, hatinya tetap damai. Kondisi apa pun yang sedang dihadapi, hatinya tetap tenang (hlm. 4).

Orang yang sudah selesai dengan diri sendiri biasanya hidupnya lebih tenang dan santai. Bukan berarti dia tak memiliki persoalan, akan tetapi segala persoalan yang ada mampu disikapinya dengan tenang dan pikiran terbuka, sehingga jalan keluar terbaik pun akan mudah didapatkannya.

Bagi orang yang selesai dengan diri sendiri, keterbatasan tidak lantas menjadi dalih kemalasan untuknya berkembang. Dia tidak menutupi kekurangan diri. Dia menerima dengan rida. Kekurangan yang bisa diperbaiki, dia upayakan semaksimal mungkin untuk diubah. Kekurangan yang tidak bisa diubah, apalagi yang tidak memengaruhi kualitas diri dan masa depannya, diterimanya dan ditampilkan apa adanya (hlm. 9).

Orang-orang yang berusaha menjadi orang lain agar dianggap keren misalnya, adalah salah satu tanda bahwa mereka belum bisa selesai dengan dirinya sendiri. Mereka akan sulit mendapatkan ketenangan hidup karena yang dicari adalah pujian dan pengakuan dari orang lain.

Menjadi diri sendiri dan berusaha berdamai atau selesai diri sendiri memang butuh proses, dan harus terus kita upayakan dan latih mulai dari sekarang. Semoga kehadiran buku karya Ahmad Rifa’i Rif’an ini dapat menjadi penyemangat bagi para pembaca dalam menemukan jati diri sehingga akhirnya mampu berdamai dengan diri sendiri.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Sam Edy