Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Gita Fetty Utami
Laba-laba dan Jaring Kesayangannya (dok. Pribadi/Gita FU)

Persahabatan nan tulus adalah persahabatan yang melampaui perbedaan fisik, tidak pamrih, dan bersedia mengorbankan tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawa sekalipun. Persahabatan semacam itu hanya bisa terlahir dari pribadi berjiwa besar.

Itulah pesan kuat yang saya tangkap dari novel anak klasik Charlotte’s Web, karya  E.B. White. Edisi bahasa Indonesia-nya diterbitkan oleh Penerbit Kakatua (September 2020) dengan judul  Laba-laba dan Jaring Kesayangannya, diterjemah oleh Dina Begum.

Semua bermula dari suatu pagi musim semi, di peternakan Pak Arable. Seekor anak babi kerdil lahir dan nyaris hendak dicabut nyawanya karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Namun Fern, bocah perempuan berusia delapan tahun, berhasil mencegah niat ayahnya.

Karena tersentuh oleh tuntutan putrinya, Pak Arable memberi kesempatan hidup pada si anak babi. Ia membiarkan Fern merawat bayi tersebut hingga cukup kuat.

Fern menamai babi itu Wilbur. Sejak itu, terjalin ikatan kasih sayang antara Fern dan Wilbur. Gadis kecil tersebut telaten memberi makan Wilbur, sampai tiba masa ayahnya menjual si babi kepada Pak Zuckerman, paman Fern. Setelah Wilbur dipindahkan ke peternakan Homer Zuckerman, Fern hampir setiap hari  rutin berkunjung. 

Kehidupan Wilbur yang mengikuti ritme makan-tidur-mengendus-menggali-makan-tidur lama kelamaan membuat kesepian, meskipun ada Fern yang setia. Apalagi hewan peternakan lain tak sudi berteman, dan bermain dengannya. Di saat seperti itulah seekor laba-laba kelabu besar menawarkan persahabatan. Laba-laba itu bernama Charlotte.

 Pada mulanya, Wilbur sempat menganggap Charlotte kejam dan mengerikan. Kesan salah itu muncul hanya karena si babi mendengar sendiri, bagaimana cara sang laba-laba menjerat serangga untuk dimangsa. Tetapi laba-laba yang cerdik, serta bijak tersebut tidak tersinggung. Karena ia menyukai pembawaan Wilbur yang ramah, dan rendah hati.

Seiring berjalannya waktu Wilbur semakin gemuk dan makmur. Suatu hari ia dikejutkan oleh berita dari seekor domba tua. Rupanya Pak Zuckerman berniat menyembelih Wilbur sebagai santapan lezat di musim dingin. Di titik inilah persahabatannya dengan Charlotte menjadi teruji.

Sang laba-laba mengerahkan segenap pikiran serta kemampuan, demi mencari cara menyelamatkan hidup Wilbur. Charlotte tak sendirian, ia memperoleh bantuan tak terduga dari hewan peternakan  yang lain, termasuk seekor tikus rakus bernama Templeton. Berhasilkah usaha Charlotte?

Sepanjang membaca novel anak setebal 156 halaman ini, saya merasakan kesederhanaan yang indah dari sang penulis. Sebab ia begitu piawai menunjukkan nilai-nilai kehidupan, dbalut keceriaan khas anak-anak, yang mana pada akhirnya membuat pembaca menarik napas panjang menyadari pesan yang dikandung keseluruhan kisah. 

Rupanya apa yang saya rasakan senada dengan pendapat Evan Swensen di laman Medium miliknya, mengenai E.B. White. Ia mengungkapkan bahwa dalam kesusasteraan Amerika, hanya sedikit pengarang yang mampu menggoreskan kesederhanaan sekaligus kedalaman makna pada karyanya. E. B. White, yang lahir pada 1899 dan meninggal pada 1 Oktober 1985, termasuk di antara yang sedikit tersebut.

Selamat membaca salah satu karya klasik ini, sobat Yoursay. Saya jamin, tidak akan menyesal.

Gita Fetty Utami