Novel 'Love From A to Z' karya S.K. Ali adalah sebuah kisah cinta yang unik dan menyentuh, dibalut dengan tema keimanan, perjuangan, dan keberanian.
Adam, seorang pemuda tenang dan reflektif yang mualaf sejak usia sebelas tahun, adalah seorang pengrajin yang terampil serta penyintas sklerosis ganda, penyakit yang juga dialami oleh mendiang ibunya.
Sementara itu, Zayneb, seorang gadis muslim penuh semangat dan berani, tak ragu untuk mengungkapkan isi hatinya, bahkan di tengah tantangan sosial dan budaya.
Pertemuan mereka yang kebetulan di bandara menjadi awal dari hubungan yang didasarkan pada ketertarikan mendalam terhadap kepribadian satu sama lain.
Meskipun mereka memiliki kepribadian yang berbeda, Adam dan Zayneb saling melengkapi dan menemukan kesamaan dalam perjuangan mereka menghadapi dunia yang sering kali tidak ramah terhadap identitas mereka sebagai muslim.
Ali menggambarkan Adam sebagai sosok yang memiliki ketenangan luar biasa dan pandai dalam merangkai benda-benda tak berharga menjadi karya seni yang penuh makna.
Sisi melankolis dan reflektif Adam menambah dimensi emosional cerita ini, menjadikannya tokoh yang mudah disayangi pembaca. Sementara itu, Zayneb adalah simbol energi dan keberanian.
Berbeda dari Adam, dia tidak takut untuk memperjuangkan apa yang menurutnya benar, terutama saat menghadapi ketidakadilan atau prasangka negatif.
Zayneb mengalami diskriminasi sebagai gadis muslim yang berhijab, namun justru membuatnya semakin tegar.
Kepribadiannya yang berapi-api sering kali menimbulkan ketegangan dengan dunia sekitarnya, tetapi justru inilah yang membuatnya begitu menarik di mata Adam.
Novel 'Love From A to Z' bukan hanya kisah cinta biasa, tetapi sebuah eksplorasi mendalam tentang identitas, perjuangan, dan keberanian dalam menghadapi berbagai isu sosial.
Melalui tokoh utama, Adam dan Zayneb, novel ini membawa pembaca pada perjalanan emosional yang melibatkan cinta, iman, dan tantangan hidup sebagai muslim di dunia yang penuh prasangka.
Di balik hubungan Adam dan Zayneb yang terjalin indah, Ali menyentuh isu-isu besar yang kerap dialami oleh kaum minoritas muslim, seperti Islamofobia, diskriminasi, dan ketidakadilan.
Zayneb adalah gadis muslim yang berhijab dan sering menjadi sasaran prasangka di lingkungan sekitarnya, termasuk di sekolah.
Ali menggambarkan bagaimana Zayneb berjuang menghadapi situasi yang sulit ini, memperlihatkan ketegaran seorang muslim yang melawan ketidakadilan dan membela hak asasi manusia.
Adam, di sisi lain, adalah pemuda yang harus menghadapi tantangan berbeda. Di usia muda, ia didiagnosis dengan sklerosis ganda, penyakit yang pernah diderita oleh ibunya hingga akhir hayatnya.
Meskipun penyakit ini menyulitkan, Adam menghadapi kondisi tersebut dengan ketenangan dan kedewasaan.
Karyanya sebagai pengrajin memberi makna pada hidupnya, dan melalui seni, ia menemukan cara untuk tetap kuat, menerima, dan menyatu dengan tantangan hidupnya.
Kegigihan Adam dalam melawan penyakitnya mengajarkan pembaca tentang pentingnya ketenangan, penerimaan, dan kekuatan batin.
Novel ini juga membuka mata pembaca tentang dampak Islamofobia yang sering kali diabaikan, terutama pada remaja muslim yang hidup di negara-negara dengan budaya mayoritas nonmuslim.
Ali menyajikan bagaimana diskriminasi, meskipun tampak sepele, dapat memiliki efek mendalam pada kepercayaan diri dan mental kaum muda muslim.
Hubungan Adam dan Zayneb, yang didasari saling menghormati dan memahami, menjadi pelipur bagi mereka, memperkuat pesan bahwa cinta yang sejati mampu bertahan di tengah ketidakpastian dan kekerasan dunia.
Selain membawa pesan cinta dan kesetiaan, novel ini adalah seruan untuk melawan prasangka dan membela hak asasi manusia.
Bagi Adam dan Zayneb, cinta bukan sekadar romansa, melainkan sebuah dukungan yang memperkuat dan mendorong mereka untuk berani melawan tantangan dunia.
Buku ini juga mengajarkan tentang keindahan dalam perbedaan dan bagaimana dua individu dengan latar belakang dan karakter yang kontras dapat saling mendukung dan memperkuat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
-
Novel Ada Zombie di Sekolah: Ketika Pesta Olahraga Berubah Jadi Mimpi Buruk
-
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
Artikel Terkait
-
Review Novel 7 Sayap Kematian, Teror dan Mimpi Buruk di Balik Tenda Kemping
-
Ahmad Basarah Mendadak Sambangi Kediaman Megawati, Ada Apa?
-
Ulasan Novel 'Love From Mecca to Medina', Ketika Cinta Diuji di Tanah Suci
-
Ulasan Novel Wajah Abu-Abu: Kisah Gadis Perias Jenazah yang Ditentang Keluarganya
-
Ulasan Novel Welcome to the Hyunam Dong Bookshop, Kisah Inspiratif dari Toko Buku Kecil
Ulasan
-
Kitab Cinta Yusuf Zulaikha: Lebih dari Sekadar Kisah Cinta Legendaris
-
Seram! Sinopsis Film 'Abadi Nan Jaya': Ramuan Awet Muda Jadi Teror Zombie
-
Tukar Nyawa Demi Konten, Sinopsis Film Horor Korea 'Ghost Train' Seram!
-
Review Film The Toxic Avenger: Remake yang Penuh Tawa dan Kritik Sosial!
-
Review Film Tumbal Darah: Teror Persalinan yang Menggugat Batas Kemanusiaan
Terkini
-
Mulai Era Baru! ILLIT akan Comeback dengan Album Baru NOT CUTE ANYMORE
-
Magic Is Back! Film 'Wicked: For Good' Siap Menyihir Penggemar!
-
Sinopsis Drama China Sword and Beloved, Dibintangi Cheng Yi dan Li Yi Tong
-
Akhiri Sengketa, Sandra Dewi Cabut Gugatan dan Lepas Tas Hermes
-
Ikut Kocok Doorprize, Momen Gibran Hadiri Acara Mancing Mania di Bekasi