Novel From Pesantren with Laugh karya Irvan Aqila diterbitkan pada tahun 2023 oleh Gramedia Pustaka Utama dengan 232 halaman.
Sinopsis
The Cacingers adalah nama julukan santri-santri kamar Abdurrahman bin Auf di Pondok Pesantren Modern Sabilut Tauhid. Mereka adalah Badar, Oji, Guntur (yang biasa disingkat Bajigur), Ijul, Mahmud, Basri, Anwar, Asep, Yusuf, dan Faisal.
Mereka dijuluki demikian karena memang kesepuluh santri ini memiliki tubuh yang cungkring-cungkring bin kurus-kurus. Uniknya, mereka ditakdirkan untuk berkumpul di satu kamar.
Kehidupan pesantren ternyata tidak selamanya pahit, getir, dan terpenjara. Buktinya, mereka bisa ceria dan bahagia di tengah semua kenangan kehidupan pesantren yang penuh cinta dan canda tawa.
Kisah Persahabatan di Lingkungan Pesantren
Novel From Pesantren with Laugh memiliki tiga tokoh utama yang merupakan santri kelas dua belas di Sabilut Tauhid, yakni Badar, Oji, dan Guntur.
Badar adalah santri yang cerdas dan sering melakukan hal-hal aneh. Dia memiliki tubuh kurus, sedikit lebih tinggi dari Oji dan lebih pendek dari Guntur.
Nama lengkap Oji adalah Fauzi Mustakim. Dia memiliki ciri-ciri fisik tubuh kurus, pendek, rambut kribo, dan kulit gelap. Cara bicaranya menggunakan logat Jawa medok. Dia merupakan santri peraih peringkat kedua di kelas.
Guntur adalah santri dengan tubuh tinggi kurus dan kepala botak. Dia memiliki kebiasaan berpantun ketika berbicara.
Berlatarkan Sebuah Pesantren di Kaki Gunung Ceremai
Cerita berlangsung di sebuah pondok pesantren modern bernama Sabilut Tauhid, di daerah selatan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Di belakang pondok pesantren tersebut ada pemandangan indah berupa Gunung Ceremai.
Pesantren Sabilut Tauhid memiliki total tujuh gedung asrama. Empat gedung asrama laki-laki dan tiga gedung asrama perempuan. Semua gedung terletak di bagian selatan kompleks Sabilut Tauhid. Sedangkan masjid terletak di bagian depan kompleks pesantren.
Gaya Penulisan yang Santai dan Penuh Humor dari Irvan Aqila
Gaya penulisan Irvan Aqila di dalam novel From Pesantren with Laugh santai dan penuh humor. Irvan menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami oleh pembaca, membuat cerita terasa akrab dan dekat dengan keseharian.
Dia sering menyisipkan lelucon, anekdot, dan permainan kata yang khas, menciptakan suasana ringan.
Irvan menggabungkan dialog yang hidup dan narasi yang deskriptif, memudahkan pembaca untuk membayangkan adegan-adegan dalam cerita.
Nilai Persahabatan dalam Novel From Pesantren with Laugh
Tema utama dalam novel From Pesantren with Laugh adalah kehidupan di pesantren dan persahabatan.
Novel ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dari harta benda. Badar, Oji, Guntur, dan teman-temannya, meskipun hidup sederhana di lingkungan pesantren, tetap merasakan kebahagiaan dalam menjalani hidup.
Pesan ini mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki dan tidak terjebak dalam mengejar materi atau kesenangan duniawi.
Novel From Pesantren with Laugh juga menekankan pentingnya memaafkan orang yang berbuat jahat kepada kita. Badar, Oji, dan Guntur mengalami musibah kehilangan sandal dan sepatu saat salat berjamaah di masjid. Setelah si pencuri tertangkap dan mereka bertemu, santri-santri itu langsung memaafkannya.
Alur Menarik dan Tokoh yang Hidup
Novel From Pesantren with Laugh berhasil menghadirkan cerita yang menarik dan tidak membosankan meskipun berlatar belakang kehidupan sehari-hari di pesantren.
Konflik yang disajikan dalam novel ini menarik untuk diikuti, dan selalu ada kejadian-kejadian lucu yang tidak terduga yang membuat cerita semakin hidup.
Salah satu kelebihan lainnya dari novel ini terletak pada tokoh-tokohnya. Mereka terasa begitu hidup, seolah-olah kita bisa bertemu mereka di dunia nyata. Dialog-dialog yang natural dan sifat-sifat para tokoh yang beraneka ragam membuat cerita ini terasa lebih nyata dan relatable.
Kesimpulan
From Pesantren with Laugh adalah novel yang menghibur dan penuh pesan moral. Kisah Badar, Oji, dan Guntur di lingkungan pesantren yang penuh komedi, mengajarkan kita tentang arti kebahagiaan, pentingnya persahabatan, dan nilai memaafkan.
Gaya penulisan Irvan Aqila yang santai dan humoris membuat novel ini mudah dinikmati oleh berbagai kalangan, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui seluk-beluk kehidupan di pesantren.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Dua Muka Daun Pintu: Sebuah Ulasan Novel tentang Kebebasan dan Kemanusiaan
-
Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan: Strategi Praktis Atasi Overthinking
-
Ulasan Novel Rumah di Mango Street, Kisah Gadis Latina Muda Mengejar Mimpi
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Novel 'Pasta Kacang Merah', Kisah Persahabatan Beda Generasi
Artikel Terkait
-
Buku Bimalara Cinta: Pedihnya Kehilangan dan Harus Jadi Pengantin Pengganti
-
Manhwa Don't Be Too Nice, Kata Siapa Jadi Kepercayaan Kaisar itu Gampang?
-
Ulasan Novel Inteligensi Embun Pagi, Pertarungan antara Peretas dan Sarvara
-
Ulasan Novel Gelombang, sang Peretas Mimpi dan Rahasia Alam Bawah Sadarnya
-
Dua Muka Daun Pintu: Sebuah Ulasan Novel tentang Kebebasan dan Kemanusiaan
Ulasan
-
Buku Beauty and The Bad Boy: Terus Didesak Nikah dan Dipepet Brondong Tajir
-
Ulasan Novel 'Rantau 1 Muara', Perjuangan dalam Menemukan Tujuan Hidup
-
Adventure Tanpa Batas, 4 Rekomendasi Playground Dewasa di Jakarta
-
Menyelami Perasaan: Ulasan Lagu Perunggu 'Pastikan Riuh Akhiri Malammu'
-
Stasiun Balung, Jejak Warisan Kolonial yang Pernah Ramai Kini Terbengkalai
Terkini
-
Gibran dan Lapor Mas Wapres: Gagasan Empati atau Pencitraan?
-
Mengikuti Organisasi Kampus: Sekadar Hiburan atau Langkah Menuju Karier?
-
Fenomena Titip Absen dan Dampaknya: Antara Etika dan Solidaritas
-
Tatap Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia Mustahil Amankan Poin dari Jepang?
-
Rilis Poster, Drakor Han Ji Min dan Lee Jun Hyuk Umumkan Tanggal Tayang