Membaca The Stranger karya Albert Camus membuat kita menyadari mengapa beberapa filosofi membantu kita merasa lebih jernih, lebih bahagia, dan lebih efektif daripada sebelumnya, sementara yang lain terasa tidak berguna. Meskipun The Stranger adalah novel pendek, ia memiliki daya tarik yang mendalam, menimbulkan rasa takut eksistensial sekaligus menenangkan.
Melalui kisah seorang pria biasa yang terlibat secara tidak sengaja dalam pembunuhan yang absurd di sebuah pantai di Aljazair, Camus mengeksplorasi apa yang disebutnya "ketelanjangan manusia dihadapkan pada hal yang tidak masuk akal."
Cerita dimulai dengan Meursault, tokoh utama dan narator, yang menghadiri pemakaman ibunya dengan sikap apatis yang mencolok. Ia tampak tidak merasakan emosi dan melanjutkan hidupnya seolah-olah tidak ada yang penting.
Kehidupan Meursault kemudian terjerat dalam konflik dengan tetangga dan pacar tetangganya, yang berujung pada pertengkaran dan akhirnya ia menembak seseorang. Ketika ditanya mengapa, ia tidak bisa memberikan alasan yang jelas.
Selama persidangan, jaksa menggunakan sikap acuh tak acuh Meursault untuk menggambarkannya sebagai seorang sosiopat tanpa moral. Ketika ditanya tentang alasan pembunuhannya, ia hanya menyebutkan bahwa itu terjadi karena matahari menyinari matanya.
Sikap Meursault mulai goyah setelah ia dijatuhi hukuman mati. Saat duduk di sel, menunggu eksekusinya, ia berbicara dengan seorang pendeta dan menyadari kesulitannya:
“Tidak ada yang penting, dan saya tahu alasannya. Sepanjang hidup absurd ini, angin gelap telah bertiup ke arah saya dari masa depan, menghancurkan semua yang ditawarkan saat ini. Apa pentingnya kematian orang lain atau kasih sayang seorang ibu bagi saya? Kita semua ditakdirkan sama.”
Keberadaan itu aneh dan tidak masuk akal, sebagaimana diungkapkan oleh Camus. Kita sering berpura-pura bisa merasionalisasi dunia, tetapi kenyataannya tidak ada yang tahu mengapa kita ada di sini atau ke mana kita akan pergi. Tidak ada yang tahu apakah ada tujuan hidup. Dan jika tidak ada, bagaimana dengan kita? Kita semua akan mati, tanpa jalan keluar.
Seperti Meursault, kita sering berharap dapat menghindari kematian kita sendiri, mengalihkan perhatian dengan kekayaan materi dan kesenangan. Kita membayangkan bahwa sesuatu bisa menyelamatkan kita dari takdir yang tak terhindarkan.
Namun, ketika kita benar-benar merenungkannya, semua usaha untuk meraih kesuksesan, ketenaran, dan kebahagiaan tampak konyol, mengingat bahwa semua itu suatu hari akan hilang.
Mengapa kita berjuang untuk meninggalkan jejak ketika pada akhirnya semua itu akan musnah? Di akhir, semua yang kita lakukan mungkin tampak tidak berarti. Kita berusaha menemukan kebahagiaan di tengah pengetahuan bahwa segalanya bersifat sementara, dan bahwa segala usaha kita tidak akan mengubah skema besar kehidupan.
Kita harus menghadapi kenyataan ini. Meskipun tampak tragis, pilihan ada di tangan kita tentang bagaimana kita akan meresponnya. Kita bisa memilih untuk melupakan dan tetap bahagia. Itulah absurdisme, dan saya menghargainya.
“...Merasakannya begitu dekat, aku menyadari bahwa aku pernah bahagia dan masih bisa bahagia. Yang tersisa hanyalah harapan bahwa saat eksekusiku tiba, kerumunan besar akan menyambutku dengan teriakan kutukan.”
Baca Juga
-
Delman di Tengah Asap Kota: Romantisme yang Menyembunyikan Penderitaan
-
Satu Tahun Prabowo Gibran: Antara Kepuasan Publik dan Kegelisahan Kolektif
-
Menelusuri Jaringan Pasar Gelap Satwa Liar dan Lengahnya Negara
-
Antara Rantai dan Tawa: Potret Luka di Balik Topeng Monyet yang Tak Merdeka
-
Kemenangan Akademisi IPB, Napas Baru Perlindungan Pembela Lingkungan
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel My Darling Dreadful Thing, Cerita Horor di Rumah Tua Beckman
-
Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Reading Slump? 5 Rekomendasi Graphic Book ini Bisa Kembalikan Minat Bacamu
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
Terkini
-
7 Rekomendasi Lipstik Lokal dengan Warna Intens untuk Bold Makeup Look
-
Timnas U-17 Dapat Lebih Banyak Dukungan Suporter daripada Senior, Kok Bisa?
-
10 Tahun 'Reply 1988': Ryu Jun Yeol Sempat Absen, Akhirnya Muncul di Acara Spesial
-
Dua Bulan Aman, Aura Kartu Kuning Justin Hubner Akhirnya Muncul Lagi!
-
Demi Mental Health Anak, Masayu Anastasia dan Lembu Kompak Meski Berpisah