Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Fathorrozi 🖊️
Buku Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Buku Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk ini, mengajak pembaca untuk menjauhi sifat serakah dan berlebih-lebihan. Banyak fakta yang membuktikan bahwa sifat serakah merupakan sumber segala pertikaian. Begitu pun sikap berlebih-lebihan, juga menimbulkan ketimpangan sosial.

Apa yang terjadi pada nyamuk gemuk setelah kekenyangan mengisap darah? Ia terdiam lemas kelelahan. Jangankan terbang, untuk berjalan saja sudah tidak kuat lagi. Ia termakan sifat serakahnya. Melalui nyamuk, kita disadarkan untuk membebaskan diri dari sifat serakah atau tamak dan suka berlebih-lebihan.

Andai nyamuk tidak melampiaskan nafsu serakahnya, semisal dengan mengisap darah secukupnya saja, besar kemungkinan ia masih bisa terbang dan menyelamatkan diri. Tetapi, keserakahan telah meninabobokkannya, sehingga perutnya kepenuhan. Ia pun menjadi tidak berdaya.

Nyamuk memang serakah. Tetapi, yang ia makan hanya seukuran perutnya saja. Sementara kita selaku manusia, meski perut sudah penuh kekenyangan, namun tetap tak mau menghentikan hasrat untuk memakan yang lebih banyak lagi. Lewat kisah nyamuk ini, hendaknya kita mengambil pelajaran untuk tidak rakus, tidak serakah, dan hanya memakan yang menjadi hak kita.

Sungguh beruntung bagi sang nyamuk. Sebab, ia hanya berurusan dengan dunia. Sedangkan manusia? Selain dengan dunia, kita memiliki urusan dengan akhirat. Jika nyamuk serakah mati, maka mati pulalah semua dosa yang pernah diperbuatnya. Namun, jika manusia mati, maka abadilah semua amal perbuatannya. (Halaman 258).

Buku ini terdiri dari lima bagian. Pada bagian pertama, menghimpun kisah-kisah yang mengajak kita untuk mencerna ulang tentang klaim manusia bahwa dirinya makhluk sempurna. Maka, bagian pertama ini diberi tajuk Kita Ini Manusia Sempurna, Tapi Tidak Berarti Tanpa Cela.

Bagian kedua, berisi kisah-kisah yang menyadarkan kita tentang segala hal yang perlu dilakukan dalam menjalani hidup. Bagian ini pun diberi anak judul Kita Tidak Memiliki Segalanya, Tapi Tidak Berarti Tidak Punya Apa-Apa.

Bagian ketiga, bertajuk Kita Terikat Aturan, Tapi Tidak Berarti Diperbudak. Bagian ini mengajak pembaca untuk mematuhi aturan tanpa kehilangan kebebasan.

Pada bagian keempat, memuat kisah-kisah yang membuka kesadaran kita bahwa di dalam takdir yang telah digariskan, terdapat kesempatan untuk berikhtiar. Bagian ini diberi tajuk Kita Tunduk kepada Takdir, Tapi Tidak Berarti Tanpa Daya.

Sedangkan di bagian terakhir, berisi kisah-kisah yang mampu memuhasabah kita bahwa meski bukan makhluk yang selamanya benar, bukan berarti tak punya kesempatan untuk menjaga kemurnian jiwa. Bagian kelima ini berjudul Kita Bukan Makhluk Suci, Tapi Tidak Berarti Selalu Berdebu.

Pendek kata, kisah keserakahan nyamuk ini hanyalah salah satu dari 50 cerita lain yang menginspirasi, menyentuh hati, sekaligus mencerahkan hidup kita. Ada pula cerita si lumba-lumba, gajah, laron, kura-kura, kukang, dan si ular berbisa. Semua kisah di dalam buku tulisan Dadang Kadarusman ini, mampu membuka hati kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Selamat membaca!

Identitas Buku

Judul: Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk

Penulis: Dadang Kadarusman

Penerbit: Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup)

Cetakan: II, 2011

Tebal: 268 Halaman

ISBN: 978-979-013-101-9

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Fathorrozi 🖊️