Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Fathorrozi 🖊️
Buku Cerita Anak Seribu Pulau (iPusnas)

Dalam buku Cerita Anak Seribu Pulau ini, bertebaran cerita rakyat Nusantara yang disajikan. Mulai asal-usul nama daerah, seperti Asal-usul Nama Banyuwangi, Asal-usul Nama Palembang, Asal-usul Salatiga, Asal-usul Nama Yogyakarta hingga sesuatu yang erat kaitannya dengan daerah tersebut, misalnya Banta Barensyah (Aceh), Kisah Danau Toba (Sumatera Utara), Putri Hijau (Medan), Danau Maninjau (Sumatera Barat), Legenda Danau Si Lancang (Riau), Nyai Dasima (Jakarta), Si Pitung (Jakarta), dan lain sebagainya.

Sajian cerita-cerita dalam buku ini layak dibaca oleh anak-anak seusia siswa sekolah dasar. Meski setiap lembarnya tidak ada gambar ilustrasi, namun penuturan cerita-cerita rakyat Nusantara ini begitu menarik, ringan dan mudah dipahami oleh pembaca dari kalangan anak-anak.

Penyampaian ceritanya runut, informatif dan mendalam. Salah satu ceritanya bertajuk Nyai Dasima dan Si Pitung yang berasal dari Jakarta. Saat menyelesaikan bacaan dua cerita ini, banyak pengetahuan baru yang saya peroleh. Saya jadi tahu bagaimana kisah akhir hayat dari Nyai Dasima juga Si Pitung.

Cerita Nyai Dasima merupakan sebuah kisah yang sangat terkenal dari Betawi. Kisah ini berawal dari kehidupan saudagar Edward William dan istrinya yang bernama Bonnet William. Mereka adalah saudagar dari Inggris, yang pada masa VOC mengelola perkebunan teh di daerah Curug.

Kebahagiaan Tuan William dan Nyonya Bonnet semakin indah dengan hadirnya seorang gadis cantik bernama Dasima. Dasima bekerja sebagai seorang pembantu pada keluarga saudagar kaya tersebut.

Pada suatu hari Bonnet sakit. Dasima yang mengabdikan diri sebagai seorang pembantu pun segera merawatnya. Dikisahkan, sakit yang diderita Bonet semakin parah. Sebelum Bonnet meninggal dunia, ia meminta agar suaminya menikahi Dasima. Tak lama kemudian, Bonnet meninggal dunia dan William pun memenuhi permintaan sang istri untuk menikahi Dasima. Pernikahan William dan Dasima ini membuahkan seorang anak bernama Nancy.

Pada suatu ketika, mereka pindah ke Batavia. Disebutkan, seorang kusir dokar yang bernama Samiun yang selalu mengantar dan menjemput Nancy ke sekolah atau sekedar jalan-jalan, menjadi begitu dekat dengan Dasima, walaupun Samiun telah memiliki seorang istri bernama Hayati.

Pada suatu malam, William dan Dasima bertengkar hebat hingga di malam itu Dasima minta diceraikan. William keberatan, tetapi Dasima selalu memaksa. Akhirnya William mengabulkan permintaan Dasima dengan syarat Nancy diserahkan kepada William.

Semenjak perceraian tersebut, Dasima pindah ke rumah Samiun. la hidup bersama Samiun, Hayati, dan Wak Soleha, ibu Samiun. Samiun semakin dekat dengan Dasima. Keduanya ditumbuhi benih-benih cinta. Kemudian Samiun menikahi Dasima meski tanpa restu Wak Soleha.

Sejak menikah dengan Samiun, kehidupan Dasima semakin menderita. Wak Soleha tak pernah menganggap Dasima sebagai seorang menantu, tapi tetap sebagai pembantu. Setiap hari Dasima mendapatkan siksaan lahir batin dari Wak Soleha juga Hayati. Mereka bermaksud agar Dasima menderita dan tidak betah tinggal di rumah tersebut.

Pada suatu hari, Dasima mengadu kepada Samiun atas sikap Wak Soleha dan Hayati. Karena luapan emosi yang tak terbendung, Dasima tak sengaja menjelek-jelekkan Wak Soleha dan Hayati. Namun, Samiun tak terima. Ia dan Dasima bertengkar hebat.

Lalu beberapa hari kemudian, Samiun, Wak Soleha dan Hayati bersepakat ingin membunuh Dasima. Mereka meminta bantuan peran kepada Puase untuk membunuhnya. Mereka bertiga berencana mengajak Dasima jalan-jalan. Saat itulah Puase datang untuk membunuh Dasima.

Di tengah perjalanan dengan mengendarai dokar, mereka dihadang di tengah jalan oleh Puase. Ia lalu berhasil membunuh Dasima dan membuang mayatnya ke sebuah sungai. William dan Nancy menemukan jenazah Dasima di pinggir sungai tersebut. Nancy yang melihat jasad ibunya tak berdaya seperti itu, hanya bisa menangis histeris.

Sedangkan akhir hidup Si Pitung juga tak kalah tragis. Pada masa penjajahan Belanda, Si Pitung merasa prihatin saat menyaksikan penderitaan yang dialami rakyat kecil. Mereka disiksa, rumah dan ladang mereka juga selalu dijaga oleh para centeng berwajah bengis dan kejam.

Pada saat seperti itulah, naluri kemanusiaan Si Pitung muncul. Bersama kedua temannya, Rais dan Ji'i, Si Pitung berniat merampok para tuan tanah dan membagikan hasil rampokannya kepada rakyat miskin.

Konon, kesuksesan Si Pitung dan kawan-kawannya dikarenakan mereka memiliki ilmu silat yang tinggi dan juga memiliki tubuh yang kebal akan peluru. Suatu hari, Belanda mengetahui kedekatan Si Pitung dengan keluarga Haji Naipin. Oleh karena itu, mereka menyandera keluarga Haji Naipin untuk dimintai keterangan. Setelah melakukan beberapa kekerasan, akhirnya pihak Belanda bisa memperoleh keterangan tentang keberadaan Si Pitung dan rahasia kekebalan tubuhnya.

Tak lama kemudian keberadaan Si Pitung diketahui. Orang-orang Belanda melemparinya dengan telur busuk. Kemudian menembakinya hingga ia meninggal dunia.

Inilah cerita akhir hayat tokoh asal daerah Jakarta: Nyai Dasima dan Si Pitung. Keduanya meninggal dunia dengan tragis, dibunuh oleh tangan-tangan bengis dan tidak punya rasa kemanusiaan.

Identitas Buku

Judul: Cerita Anak Seribu Pulau

Penulis: Danu Agni

Penerbit: Buku Pintar

Cetakan: I, 2013

Tebal: 216 Halaman

ISBN: 978-602-7881-23-5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Fathorrozi 🖊️