Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Akramunnisa Amir
Sampul Buku Toko Merah (Goodreads)

'Toko Merah' adalah sebuah novel grafis yang ditulis oleh Dian Kusuma Wardhani. Novel grafis ini menceritakan tentang kisah perjalanan Toko Merah yang berada di kawasan Pecinan Berat saat awal dibangun hingga beralih fungsi menjadi sebuah kafe.

Kisah tersebut dikemas dalam bentuk cerita bergambar yang ramah bagi anak. Jika seandainya bangunan-bangunan di sebuah kota itu bisa berbicara, maka mereka barangkali akan mengungkapkan hal yang sama dengan toko-toko yang berjejer di kawasan tersebut.

Pada mulanya, Toko Merah merasa bangga dengan dirinya sendiri sebab ia adalah satu-satunya toko dengan bangunan baru yang mampu menarik pelanggan. Tuan Tjang, sang pemilik toko juga terlihat sangat beruntung karena memiliki Toko Merah.

Namun seiring berjalannya waktu, Toko Merah mulai usang. Ia pun ditinggalkan oleh pelanggannya. Lalu pada akhirnya ia bernasib sama dengan toko-toko tetangga yang eksistensinya perlahan redup karena termakan usia.

Pada puncaknya, Tuan Tjang memutuskan untuk pindah ke luar kota dan hendak menjual Toko Merah. Selain sedih karena ditinggalkan oleh majikan, Toko Merah juga merasa insecure karena ternyata tidak ada orang yang tertarik untuk membelinya.

Hingga setelah sekian lama, datanglah seorang pemuda bernama Zain yang membeli Toko Merah. Alih-alih mempertahankan identitas Toko Merah sebagai sebuah "toko", Zain malah mengubahnya menjadi sebuah kafe.

Maka Toko Merah pun kini berganti identitas menjadi Kafe Merah. Pergantian identitas itu pun membuahkan hasil. Kafe Merah kembali merebut perhatian pelanggan. Dan pada akhirnya, Tuan Tjang yang suatu hari mengunjungi Kafe Merah merasa sangat bangga dengan perubahan yang baik tersebut.

Dari kisah ini, di antara hal menarik yang mampu saya tangkap adalah anjuran agar menghindari perasaan sombong dan tinggi hati saat kita sedang berada di puncak kejayaan. Selain itu, buku ini juga mengajarkan tentang pentingnya inovasi dan kreativitas agar kita mampu beradaptasi dalam setiap keadaan.

Sebagai buku yang disasar untuk segmen anak, memang premis yang diangkat cukup menarik. Personifikasi sebuah bangunan menjadi karakter yang hidup dalam cerita cukup mampu membangkitkan imajinasi.

Terlebih saat saya mulai mencari tahu bahwa Toko Merah ini memang benar-benar ada dan saat ini menjadi sebuah bagian dari cagar budaya. Fakta tersebut membuat topik yang ada dalam buku ini bisa dieksplor lebih dalam sebagai bagian dari pembelajaran untuk anak-anak.

Hanya saja di bagian penutup, saya merasa ending-nya terburu-buru sehingga tidak meninggalkan kesan yang mendalam.

Padahal jika seandainya kisah tentang Toko Merah ini ditutup dengan mencantumkan pesan moral secara gamblang, atau mungkin menjelaskan detail perjalanan Toko Merah untuk bertransformasi menjadi sebuah kafe yang sukses, ceritanya mungkin akan lebih inspiratif untuk anak-anak.

Tapi terlepas dari hal tersebut, buku ini lumayan menarik. Kafe Merah adalah sebuah bacaan singkat yang memuat nilai edukasi yang dikemas dalam cerita bergambar yang menarik.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Akramunnisa Amir