'Diary Introvert, Catatan dari Balik Dunia yang Hening' adalah sebuah buku non-fiksi yang ditulis oleh Hardy Zhu. Buku yang pertama kali terbit pada tahun 2019 ini menceritakan pengalaman hidup penulis sebagai seorang introvert beserta quotes pengingat untuk pembaca agar tetap bersikap positif dalam menjalani hidup sebagai seorang introvert.
Saat kita menjalani kehidupan di lingkungan sosial, tak jarang orang-orang seolah memaksakan kita untuk mengikuti kecenderungan yang ada dalam masyarakat tersebut. Kita dituntut untuk bisa bersosialisasi dengan baik, ramah kepada semua orang, dapat beradaptasi dan membaur dalam lingkungan yang heterogen.
Sekilas hal-hal di atas memang sesuatu yang bersifat positif. Namun bagi sebagian orang, khususnya mereka yang memiliki sifat introvert, menjalani kehidupan yang seperti itu menimbulkan tantangan tersendiri.
Kepribadian yang cenderung tertutup dan lebih suka menghabiskan waktu seorang diri membuat para introvert tidak nyaman jika harus berinteraksi dengan banyak orang.
Ketidaknyamanan selama menjadi orang introvert tersebut kemudian diceritakan oleh penulis dalam buku ini.
Sebagai sesama orang introvert, saya merasa relate dengan semua pengalaman yang dibagikan oleh penulis. Dan barangkali, hal tersebut juga dirasakan oleh orang-orang introvert lain di luar sana.
Tapi bagaimanapun, menjadi seorang introvert bukan berarti membuat kita terjebak dalam keterbatasan. Saat merasa lemah dalam suatu bidang, kita punya kelebihan lain yang bisa dikembangkan. Sebagaimana penulis yang berhasil menggali kelebihan yang ada pada dirinya.
Buku ini juga menyertakan kolom untuk menulis bagi para pembaca yang punya pengalaman serupa. Mungkin karena dari awal, konsep bukunya adalah sebuah 'diary' sehingga hampir setengah dari buku ini berisi bagian-bagian untuk pembaca agar menuliskan hal-hal yang juga pernah dirasakan dan dialami, serta harapan-harapannya sebagai orang introvert.
Hanya saja, secara pribadi saya menilai bahwa apa yang dipaparkan oleh penulis masih terkesan dangkal dan butuh dieksplor lebih tajam. Isinya lumayan memotivasi, namun saat membacanya saya merasa biasa-biasa saja.
Tapi dari segi konsepnya sebagai buku tentang catatan harian, buku ini akan menarik bagi pembaca introvert yang suka melakukan journaling. Dengan adanya berbagai pengalaman yang dibagikan penulis, pembaca mungkin akan merasa dipahami dan bisa memvalidasi setiap pengalaman tak mengenakkan dalam perspektif yang lebih baik.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Unconditional Love: Ketika Dua Orang Patah Hati Dipertemukan
-
Novel Fenomenal Penuh Pelajaran Hidup: Ulasan Buku Surat Kecil Untuk Tuhan
-
Novel Trending Topic: Kisah Cinta Seorang Artis dengan Seorang Psikolog
-
Review Buku Wicked: Terinspirasi dari Film Wizard of OZ yang Populer
-
Janji Setia Setan kepada Tuhan dalam Buku 'Akulah Setan Anda Siapa?'
Ulasan
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
Terkini
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru
-
Married to the Idea: Relevankah Pernikahan untuk Generasi Sekarang?
-
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!