Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ranti Riani Jhonnatan
Cover buku The Year I Flew Away (Goodreads)

Tak bisa disangkal meskipun edukasi mengenai perundungan sudah semakin meluas, perundungan masih saja merajalela. Entah itu di kalangan anak sekolah, dalam lingkup pekerjaan, bahkan mirisnya tindakan ini juga bukannya tak mungkin ditemukan di rumah sendiri.

The Year I Flew Away berkisah tentang Gabrielle, anak perempuan berusia sepuluh tahun yang datang dari Haiti ke Brooklyn sambil membawa harapan akan perubahan untuk hidupnya beserta keluarganya. Namun, pemikirannya yang indah akan kepindahannya tersebut tidak terjadi seperti yang diharapkannya. Perbedaan warna kulit, kentalnya aksen dan keterbatasannya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris menjadi beberapa penyebab dirinya menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

Ditulis oleh Marie Arnold, penulis yang lahir di Port-au-Prince, Haiti, buku middle grade ini mengandung unsur magis. Gabrielle berhadapan dengan seorang penyihir yang bernama Lady Lydia. Lady Lydia bak angin segar yang datang untuk mengurai permasalahan yang dimiliki Gabrielle, namun apakah keputusan Gabrielle untuk membuat perjanjian dengan seorang penyihir akan membawa hal yang menguntungkan?

Begitu Gabrielle bersekolah di Brooklyn, ia langsung mendapatkan sikap tidak ramah dari anak-anak yang lain. Hal tersebut tentu saja membuatnya sedih dan marah hingga akhirnya membuatnya mempertimbangkan penawaran dari Lady Lydia. Gabrielle berpikir jika ia bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik dan aksennya hilang ia akan diterima, ia pikir dengan menjadi seperti orang Amerika akan membuatnya mendapat tempat di tengah teman-temannya.

Kisah Gabrielle membuat saya frustasi terlebih ketika dirinya mulai kehilangan hal-hal krusial pada dirinya sebagai bayaran atas permintaan-permintaannya. Pada mulanya, Gabrielle mencoba untuk tenang meskipun dalam dirinya juga gelisah. Setelah membuat komitmen dengan dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menggunakan kesempatannya lagi, ia dihadapkan dengan situasi yang membuatnya kembali menggunakan kesempatan tersebut. Berkeinginan agar permintaannya dapat menyelesaikan masalahnya, namun yang terjadi malah sebaliknya. Keadaan semakin kacau dan terlampau di luar dugaannya. Ia kehilangan terlalu banyak bagian dari dirinya.

Lewat goresan yang ditorehkan oleh Marie Arnold, saya dapat merasakan suasana Haiti dan melihatnya dengan sudut yang berbeda, bukan Haiti yang ditampilkan di media-media. Pada momen Gabrielle mengeluarkan segenap perasaannya tentang Haiti, saya merasa sangat terharu hingga mata saya berkaca-kaca.

Meskipun tempat kelahirannya dipandang rendah label oleh teman-temannya dan orang dari lingkup kerja paman serta bibinya, pada akhirnya Gabrielle mengeluarkan perkataan yang membuat saya ikut merasa bangga. Bagaimana dirinya memandang kesulitan yang dialaminya beserta keluarga dan teman-temannya di Haiti, bagaimana dirinya mengapresiasi kedua orangtuanya atas usaha keras yang mereka kerahkan untuk anak mereka tersayang, semuanya benar-benar menghangatkan hati.

Mengikuti perjalanan Gabrielle dalam beradaptasi dengan tempat tinggal barunya itu artinya ikut serta dalam perjalanannya menerima siapa dirinya sebenarnya, mengenali keunikan dirinya dan bagaimana berharganya ia. The Year I Flew Away memiliki tatanan kalimat dalam bahasa Inggris yang termasuk cukup mudah untuk dipahami. Jika kamu ingin membiasakan diri dengan bahasa Inggris lewat membaca buku, buku ini bisa dipertimbangkan.

Ranti Riani Jhonnatan