Buku Jangan Biarkan Anak Menjadi Teroris ini mengkaji fenomena teroris atau pelaku peledakan bom dari sudut pandang ilmu kedokteran, khususnya neurobehaviour dalam disiplin ilmu penyakit saraf (neurologi). Lewat buku ini, dr. Arman Yurisaldi S., M.S., Sp.S., memberikan panduan pola pikir untuk turut memberikan sumbangsih dalam penanggulangan terorisme dan radikalisme.
Terorisme adalah tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi dengan tujuan untuk menimbulkan ketakutan, kerusakan, atau intimidasi terhadap masyarakat atau pemerintah. Tindakan ini biasanya dimotivasi oleh alasan politik, ideologi, agama, atau tujuan sosial tertentu.
Sedangkan radikalisme adalah paham atau sikap yang menginginkan perubahan atau pembaruan secara mendasar dan menyeluruh terhadap suatu sistem sosial, politik, ekonomi, atau budaya. Biasanya, radikalisme ditandai dengan cara-cara yang ekstrem dan tidak jarang menentang norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Melalui buku ini penulis mengupas dengan analisis kedokteran saraf modern, mengenai agresivitas yang mendasari aktivitas para pelaku teror, disertai uraian dari sudut pandang ilmu saraf modern yang berguna untuk menghambat, mencegah, serta menghentikan penyebaran paham-paham radikal yang berujung pada perusakan dan penghancuran umat manusia.
Perilaku menyerang orang lain dan merusak lingkungan telah dipelajari dalam ilmu saraf. Kajian ini masuk dalam kelompok ilmu neurobehaviour atau dikenal dengan fungsi luhur. Untuk berperilaku baik, teratur, terukur, dan menaati norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, diperlukan keutuhan fungsi jaras (kabel) di dalam otak yang bekerja saat seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
Kekacauan pada zat kimia otak (neurotransmitter), kekacauan dalam pengangkutan zat kimia dari ujung saraf menuju ujung saraf yang lain (transmisi) dapat menimbulkan kekacauan dalam perilaku. Fungsi-fungsi ini sangat kompleks dan ekspresinya dipengaruhi oleh gen-gen dengan mekanisme yang rumit. Walaupun demikian, perkembangan ilmu saraf di tingkat biomolekuler sudah dapat mendeteksi hal ini.
Sikap dan tingkah laku seseorang merupakan hasil interaksi antara gen dengan ekspresinya pada zat-zat kimiawi di otak dan juga hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Untuk dapat menyimpan dan menerima norma-norma luhur dalam masyarakat yang akan diintegrasikan dalam bagian otak yang disebut daerah prefrontal, diperlukan aneka fungsi yang harus bekerja dengan baik.
Daerah prefrontal ini adalah pusat pengambilan keputusan dalam bertindak setelah terlebih dahulu mempertimbangkan aneka norma yang telah disimpan dalam memori otak. Terganggunya zat kimia dopamine atau serotonin (dengan varian yang kompleks) di dalam otak dapat menimbulan aneka kekacauan dan bahkan berujung pada tindakan-tindakan ekstrim yang fatal. (Halaman 14).
Kerusakan pada area ini menyebabkan suatu bentuk gangguan kepribadian yang ditandai dengan sikap melanggar norma sosial, impulsif, mudah tersinggung dan agresif, berbuat kerusakan, tak bertanggung jawab, suka melakukan tindak kriminal, dan gemar menipu. Sebagian besar peneliti menunjukkan bukti adanya dasar gangguan neurokimiawi dalam otak pada pelaku tindakan antisosial. (Halaman 19).
Semoga tindakan terorisme dan radikalisme ini terus hilang sampai ke akar-akarnya, sehingga hidup kita senantiasa damai dan tenang. Kita beri support agar orangtua dapat dengan mudah mendidik putra-putrinya sesuai bakat dan minat masing-masing, hingga sampai pada cita-cita, yaitu menjadi anak yang mampu menebar manfaat bagi bangsa, agama, maupun masyarakat di sekitarnya.
Identitas Buku
Judul: Jangan Biarkan Anak Menjadi Teroris
Penulis: dr. Arman Yurisaldi S., M.S., Sp.S.
Penerbit: Titano, Yogyakarta
Cetakan: I, Juli 2011
Tebal: 131 Halaman
ISBN: 978-979-1464-25-3
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Review Buku Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang
-
Ulasan Buku Catatan Kecil Seorang Guru: Suka dan Duka Menjadi Seorang Guru
-
Perang dan Cinta dalam Novel Tempat Paling Sunyi Karya Arafat Nur
-
Perihal Nama dan Pengalaman Memasak Biji Salak dalam Buku Komunikasi Jenaka
-
Tips Salat Khusyuk dan Adab Bersedekah dalam Buku Kumpulan Ceramah Ramadhan
Ulasan
-
Rumah Tangga: Mengintip Kehangatan dan Kejujuran di Balik Pintu Keluarga
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
Terkini
-
Refleksi Satu Tahun Komunikasi Publik Pemerintahan Presiden Prabowo
-
Kreator Frieren: Beyond Journeys End Hiatus Lagi karena Masalah Kesehatan
-
Fakta Ironis Patrick Kluivert, Tak Mampu Dapatkan 1 Poin Pun saat Bertanding di Luar Kandang!
-
Ditolak Lagi: Mental Load di Tengah Persaingan Kerja
-
4 OOTD Mawar Eva, Pesona Anggun Pemain Film Sampai Titik Terakhirmu!