Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Ade Feri
Novel Pulang (goodreads.com)

Sebagai salah satu novel klasik Indonesia, Pulang telah mendapat penghargaan Hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional tahun 1958. Bentuk penghargaan tersebut membuktikan bahwa Toha Mohtar telah melahirkan mahakarya sastra dan berhasil menjadinya sebagai salah satu sastra terbaik yang dimiliki Indonesia.

Novel Pulang mengisahkan seorang pemuda pribumi bernama Tamin yang pulang ke kampung halamannya setelah tujuh tahun menjadi tentara Heiho Jepang. Rumah Tamin sendiri diceritakan berada di perkampungan di Gunung Wilis.

Kembalinya Tamin disambut gembira oleh seluruh anggota keluarga. Mereka lantas menceritakan nasib kawan-kawan Tamin yang meninggal karena ikut berperang melawan penjajah. Selain itu, Tamin juga menemukan fakta bahwa sawah keluarga telah digadaikan karena kondisi ekonomi yang sulit. 

Tamin pun bekerja keras untuk menebus sawah keluarganya. Setelah mendapat kembali sawah tersebut, Tamin memutuskan menjadi petani dan bekerja giat mengelola lahan keluarga yang telah dimilikinya lagi.

Suatu hari, warga desa bermusyawarah membahas perbaikan makam kawan Tamin yang gugur dalam peperangan sebagai bentuk penghormatan karena telah berjuang untuk bangsa. Tamin pun turut hadir dalam pertemuan tersebut. Selanjutnya, warga desa mulai bercerita pengalaman mereka saat bergerilya melawan penjajah. Lantas, mereka pun menanyakan kepada Tamin untuk menceritakan pengalamannya saat menjadi serdadu Heido.

Pada momen ini, Tamin pun menyadari bahwa perjuangannya saat di Heiho dulu ternyata berperang melawan bangsanya sendiri. Oleh sebab dirinya malu dan takut, Tamin akhirnya berbohong dan menceritakan kisah palsu kepada warga desa. 

Sayangnya, pilihan Tamin saat itu sangat keliru. Layaknya ungkapan "tak ada kebohongan yang memberi ketenangan hati", begitulah agaknya nasib Tamin setelahnya. Hari-harinya selalu diliputi rasa cemas dan takut akan kebohongan yang telah dibuatnya sendiri. Maka, pada suatu hari Tamin memutuskan untuk pergi dari kampungnya.

Sepeninggal Tamin dari kampung halaman, pada suatu hari ia bertemu dengan seorang warga desa dan diberi kabar bahwa ayah Tamin telah meninggal dunia. Ia juga menyarankan agar Tamin pulang ke rumah dan tidak perlu mengkhawatirkan pandangan warga desa tentang kebenaran kisahnya dulu. Meski sempat ragu karena takut kebohongannya diketahui, Tamin akhirnya kembali ke rumah dan berkumpul lagi dengan keluarga yang tersisa.

Novel "Pulang"memotret tentang konflik batin yang dialami seseorang dengan sangat apik. Pergolakan batin yang dialami Tamin mencerminkan bahwa manusia memiliki moral dan pandangan hidup yang mereka anggap baik. Sayangnya, terkadang manusia juga enggan jujur dengan kondisi diri yang sebenarnya karena takut mendapat tanggapan yang tidak diinginkan dari orang lain. 

Dari segi penceritaan, Toha Mohtar memang sangat lihai merangkai kata-kata hingga pembaca dapat menangkap secara jelas keresahan batin tokoh utama. Dibandingkan rasa kesal, pembaca justru akan merasa iba serta memahami alasan kebohongan dan kondisi Tamin.

Di sisi lain, pada masa pendudukan Jepang, banyak orang pribumi yang bergabung dengan serdadu perang sebagai tentara pembantu Jepang. Melalui novel "Pulang", kita seperti dibawa untuk memahami bahwa di balik gagahnya perjuangan, ternyata menyisakan duka yang mendalam.

Identitas buku

Judul: Pulang

Penulis: Toha Mohtar

Penerbit: Dunia Pustaka Jaya

Cetakan pertama: Januari 1957

Tebal buku: 120 halaman

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Ade Feri