Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Sampul buku Big Magic (Dokumen Pribadi/Akramunnisa Amir)

Di era pesatnya kemajuan AI (artificial intelligence) hari ini, sebenarnya kita amat dimudahkan dalam beberapa aspek kehidupan. Salah satunya saat ingin membuat sebuah karya.

Adanya AI memungkinkan kita untuk mendapatkan lebih banyak inspirasi, ide, hingga panduan detail untuk mengembangkan sebuah konsep.

Namun sayangnya, seiring fakta bahwa AI nyaris bisa merenggut peran otak manusia untuk berpikir, kita kehilangan orisinalitas dan keunikan yang  bersifat khas. Oleh karena itu, tampaknya kreativitas menjadi sebuah hal yang amat penting untuk dimiliki.

Terkait dengan hal tersebut, ada sebuah buku yang cukup menarik karya Elizabeth Gilbert berjudul 'Big Magic', yang membahas tentang cara menciptakan kreativitas. Tidak hanya dalam sebuah karya, melainkan juga dalam membentuk kehidupan kreatif secara umum.

Buku yang pernah meraih predikat New York Times Bestseller ini membahas tentang faktor-faktor penting yang dapat memicu kehidupan kreatif bagi seseorang.

Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah keberanian, keajaiban, izin, kepercayaan, dan keilahian. Sekilas, faktor-faktor yang disebutkan oleh Elizabeth Gilbert memang bukan hal yang baru. Bahwa jika ingin menjadi kreatif, terkadang kita memang membutuhkan hal-hal tersebut.

Namun, yang membuat buku ini menarik bagi saya adalah cara penulis menarasikan konsep umum tersebut menjadi pembahasan yang out of the box. Ia membuat pembaca ikut berpikir dan kemudian takjub dengan contoh-contoh yang kelihatannya seperti sebuah keajaiban.

Misalnya sebuah konsep tentang ide yang diibaratkan sebagai seorang makhluk hidup yang mendatangi seseorang. Ia datang menemui kita saat hendak tidur, saat makan, atau mungkin ketika berada di kamar mandi.

Hal yang perlu kita lakukan adalah menyambut si ide ini dengan baik. Jika tidak diperlakukan demikian, ide akan mendatangi orang lain yang lebih menghargainya.

Mungkin saat ini, konsep tersebut sudah pernah kita dengarkan. Namun, bertahun-tahun yang lalu saat pertama kali membaca buku ini, konsep di atas seolah menjadi ilham yang memotivasi saya untuk menyambut, mencatat, mengolah, atau melakukan feed back apa pun dalam rangka menyambut baik kedatangan sebuah ide. Sebab, kedatangannya boleh jadi adalah sebuah momentum yang tidak akan pernah terulang.

Ide yang datangnya seringkali tidak disangka-sangka itulah yang nantinya berpotensi menjadi sebuah gagasan maupun inspirasi yang melahirkan karya yang otentik.

Selain pembahasan tentang ide di atas, masih banyak hal-hal menarik lain yang dibahas oleh Elizabeth Gilbert dalam buku ini.

Jadi, bagi yang saat ini ingin meningkatkan kreativitas dalam bidang apa pun, saya sangat merekomendasikan buku ini sebagai bacaan yang sangat menginspirasi!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Akramunnisa Amir