Kalau kamu lagi bosan sama film horor Indonesia yang cuma mengandalkan kisah viral dari TikTok atau podcast, ‘Sebelum 7 Hari’ mungkin bisa jadi angin segar buatmu. Film garapan Awi Suryadi ini sebenarnya adaptasi dari film pendek berjudul sama yang rilis tahun 2020, pas pandemi. Bedanya, film panjang ini nggak cuma mengandalkan suasana yang intim dan personal seperti versi pendeknya, tapi lebih ke horor yang dibuat untuk memuaskan dahaga penonton bioskop.
Film pendeknya dulu sempat viral, tapi bukan sekadar viral abal-abal. Itu film memang bagus—bahkan sempat jadi official selection di beberapa festival. Kalau penasaran, kamu masih bisa nonton gratis di YouTube, di channel Pijaru. Nah, pertanyaannya, apakah versi panjangnya yang durasinya hampir dua jam ini bisa mempertahankan kualitas? Kepoin impresi dariku ya!
Sinopsis Film Sebelum 7 Hari
Ceritanya masih mirip-mirip, sih. Film ini mengikuti Tari (Agla Artalidia), sosok ibu yang ngajak dua anaknya, Bian (Anantya Kirana) dan Hanif (Sultan Hamonangan) buat pulang kampung ke rumah nenek mereka yang lagi sakit parah. Di sana, mereka ketemu Kadar (Haydar Salishz) kakaknya Tari. Namun, ada sesuatu yang aneh sama sang nenek. Bukannya kelihatan tua, dia malah terlihat awet muda bahkan ‘seperti’ lebih muda dari Tari. Dari situ, keluarga ini mulai mengalami kejadian-kejadian ganjil yang berkaitan sama rahasia mistis di rumah nenek mereka.
Perluasan kisahnya jauh lebih menarik dari versi pendeknya sih. Asli!
Review Film Sebelum 7 Hari
Kalau versi pendeknya lebih fokus ke kepercayaan spiritual—tentang arwah yang belum pergi sebelum tujuh hari setelah meninggal—versi panjang yang diproduksi MD Pictures jauh lebih kompleks. Awi membawa cerita ini ke ranah klenik Jawa, dengan elemen mistis yang lebih dalam dan kuat.
Namun, seperti halnya sebuah adaptasi, terlebih bila materi sumbernya begitu tipis, maka jelas, kreativitas menghidupkan film ini jauh lebih kompleks dan makin banyak tantangannya.
Jujur saja, beberapa bagian ceritanya terasa agak ganjil, kayak karakter yang seolah-olah punya short-term memory loss. Bayangin, baru saja diganggu hantu, tapi giliran orang lain mengalami hal serupa, mereka malah bersikap skeptis. Bikin gemes, kan? Rada-rada aneh memang! Ditambah dengan … entah mengapa, beberapa film-filmnya Awi, bagian konklusi itu selalu saja terlalu mudah. Yang dilawan iblis tapi si iblis segampang itu kalahnya. Hmmm …
Biarpun begitu, satu hal yang bikin film ini tetap menarik adalah cara Awi mengemas terornya. Nggak semua horor di sini hadir dengan cara yang berisik atau maksa. Ada banyak jumpscare, tapi volumenya masih aman buat telinga. Yang paling aku suka justru, ketika muncul jumpscare yang nggak melibatkan hantu.
Dari segi visual, film ini keren banget. Gerakan kameranya dinamis—kayak muter-muter dari bawah ke atas—atau trik visual pas dua anak tiba-tiba nempel di langit-langit rumah, bikin film ini terasa lebih mahal. Prostetik dan efek lainnya juga rapi, nggak kelihatan murahan sama sekali. Dan kejutan nggak disangka-sangka adalah ketika semua pemain tampil luar biasa!
Worth It Buat Ditonton di Bioskop
Buat kamu yang mengharapkan horor intim kayak versi pendeknya, mungkin bakal merasa ‘Sebelum 7 Hari’ versi panjang ini agak beda. Namun, kalau yang kamu cari adalah pengalaman horor yang seru, dengan cerita yang tetap punya elemen mistis, film ini layak dicoba.
Skor: 3,3/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film Io Capitano: Tiap Langkah yang Terluka Saat Mengadu Nasib
-
Review Film Holly: Tenang di Permukaan tapi Gelisah di Dalam
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Konflik Agraria yang Menggetarkan dalam Film Seribu Bayang Purnama
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual
Artikel Terkait
-
Puluhan Tahun Berlalu, Produksi Sekuel Labyrinth Akhirnya Dapat Lampu Hijau
-
Saat Syuting, Adzana Ashel Jatuh Alami Kaki Retak hingga Duduk di Kursi Roda
-
18 Tahun Vakum Main Film Horor, Widi Mulia Comeback Lewat Iblis Dalam Kandungan 2
-
Rahasia di Balik Keindahan Samsara: Garin Nugroho Ungkap Kisah Pembuatan Film Musikal Tanpa Dialog
-
Coto vs Konro, Film Tentang Makanan yang Sarat dengan Nilai Kekeluargaan
Ulasan
-
Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis
-
Petualangan Dua Sahabat di Laut Papua Nugini dalam Buku The Shark Caller
-
Ulasan Novel di Balik Jendela: Rahasia Trauma yang Tersembunyi dalam Isolasi
-
Curug Pangeran, Di Balik Keindahan Alam Ada Sebuah Mitos yang Beredar
-
Review Film Io Capitano: Tiap Langkah yang Terluka Saat Mengadu Nasib
Terkini
-
Jennie BLACKPINK Tembus Daftar Album Terbaik Rolling Stone 2025
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
6 Drama China yang Dibintangi Pan Meiye, Beragam Peran
-
4 Ide OOTD Stylish ala Shin Soo Hyun untuk Gaya Nyaman Saat City Trip!
-
Tom Felton Perankan Draco Malfoy Lagi Lewat Harry Potter versi Broadway