Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | aisyah khurin
Novel I Went to See My Father (goodreads.com)

Buku "I Went to See My Father" karya Shin Kyung-Sook adalah sebuah novel emosional yang menyentuh tema keluarga, memori, dan penebusan. Penulis menunjukkan kepiawaiannya dalam menyelami hubungan manusia yang kompleks.

Melalui novel ini, Shin mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara orang tua dan anak, rasa bersalah, serta warisan emosional yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Novel ini mengikuti perjalanan seorang wanita bernama Hon yang kembali ke kampung halamannya untuk mengunjungi ayahnya setelah bertahun-tahun menjauh.

Kunjungan ini menjadi titik awal bagi Hon untuk menggali masa lalu ayahnya, yang selama ini ia anggap sebagai sosok pendiam dan penuh misteri.

Dalam prosesnya, Hon tidak hanya menemukan cerita-cerita tentang perjuangan sang ayah selama masa-masa sulit Korea, tetapi juga menghadapi berbagai perasaan yang selama ini ia pendam, seperti penyesalan, kasih sayang, dan kerinduan.

Salah satu kekuatan utama novel ini adalah narasinya yang memikat. Shin Kyung-Sook dengan ahli menggunakan alur cerita non-linear, menggabungkan kenangan masa lalu dengan pengalaman saat ini.

Melalui kilas balik yang terjalin dengan rapi, pembaca diajak untuk melihat bagaimana sejarah pribadi dan sejarah nasional saling memengaruhi kehidupan tokoh-tokohnya.

Kehidupan ayah Hon, yang ditandai oleh kemiskinan, perang, dan pengorbanan, menjadi cermin dari sejarah Korea Selatan yang penuh dengan tantangan.

Tema utama dalam novel ini adalah hubungan antara orang tua dan anak. Shin menggambarkan bagaimana jarak emosional sering kali terbentuk antara generasi, terutama ketika kesibukan hidup membuat komunikasi menjadi terbatas.

Hon menyadari bahwa ada begitu banyak hal yang tidak ia ketahui tentang ayahnya, dan kunjungannya menjadi perjalanan untuk memahami siapa ayahnya sebenarnya.

Novel ini mengingatkan kita bahwa setiap orang tua memiliki cerita yang layak didengar, dan sering kali, kita baru menyadarinya saat sudah terlambat.

Karakterisasi dalam novel ini sangat kuat, terutama dalam menggambarkan sosok ayah Hon.

Meskipun ia adalah pria yang sederhana dan jarang menunjukkan emosi, cerita-cerita tentang pengorbanannya untuk keluarga membuat pembaca merasa terhubung secara mendalam dengan dirinya.

Di sisi lain, Hon adalah sosok yang relatable bagi pembaca modern, yang sering kali terjebak antara tuntutan hidup dan rasa bersalah karena tidak cukup hadir untuk keluarga.

Melalui karakter-karakter ini, Shin mengungkapkan dinamika keluarga yang penuh nuansa.

Selain tema keluarga, novel ini juga menggali isu-isu yang lebih besar, seperti trauma kolektif, dampak perang, dan perubahan sosial.

Shin menggunakan latar sejarah Korea untuk memberi konteks pada cerita pribadi ayah Hon, menunjukkan bagaimana individu sering kali menjadi korban dari peristiwa-peristiwa besar di luar kendali mereka. 

Gaya penulisan Shin Kyung-Sook dalam novel ini begitu puitis dan penuh emosi. Ia memiliki kemampuan untuk menangkap detail-detail kecil yang membawa kehangatan atau kesedihan mendalam.

Deskripsi tentang kampung halaman, makanan tradisional, atau momen-momen sehari-hari antara Hon dan ayahnya dipenuhi dengan keindahan yang melankolis.

Gaya ini membuat pembaca merasa seolah-olah mereka benar-benar berada di sisi para tokoh, merasakan setiap emosi yang mereka alami.

"I Went to See My Father" adalah sebuah karya yang indah dan reflektif, yang tidak hanya bercerita tentang hubungan ayah dan anak, tetapi juga tentang bagaimana kita memandang masa lalu dan menyembuhkan luka-luka emosional.

Dengan narasi yang kuat, karakterisasi yang mendalam, dan tema-tema universal, buku ini adalah bacaan yang sangat layak untuk siapa saja yang mencari cerita yang menggugah hati dan jiwa.

Identitas Buku

Judul: I Went to See My Father

Penulis: Shin Kyung-Sook

Penerbit: Astra House

Tanggal Terbit: 11 April 2011

Tebal: 304 Halaman

aisyah khurin