Apakah kamu adalah fresh graduate yang berniat untuk melanjutkan studi karena sulit mendapatkan pekerjaan yang lebih layak? Atau mungkin seseorang yang beranggapan kalau menabung itu adalah pilihan terbaik untuk menyimpan uang? Kalau iya, buruan stop deh pemikiran kayak gitu!
Lah, emangnya kenapa sih? Bukannya hal tersebut adalah sesuatu yang wajar, kan? Kalau kamu penasaran dengan alasannya, buku berjudul 'Second Chance' karya Robert T. Kiyosaki ini punya jawaban yang mind-blowing terkait hal-hal di atas.
Menurut penulis yang pernah menjadi sosok fenomenal dengan buku best-seller berjudul Rich Dad Poor Dad ini, sudah saatnya kita tuh memperbaiki mindset tentang pendidikan dan keuangan.
Kalau ditelaah, alasan paling banyak dari orang-orang yang ingin sekolah setinggi-tingginya adalah karena ingin memperoleh pekerjaan dengan gaji yang tinggi.
Padahal, itu sebenarnya hanya membentuk seseorang untuk memiliki mental "karyawan". Yakni mereka yang terus menerus menjadi budak korporat dan sapi perah bagi pemerintah, pihak bank, serta kelompok masyarakat kelas atas yang menjadi pemegang modal.
Menurut Robert Kiyosaki, mindset yang harus ditanamkan jika kita ingin terus belajar dalam jenjang pendidikan formal maupun non-formal adalah meningkatkan literasi finansial. Sesuatu yang sebenarnya amat jarang diajarkan di sekolah-sekolah.
Dalam buku Second Chance ini, Robert Kiyosaki berusaha memahamkan pembaca, bahwa entah dalam titik manapun kita sekarang, selalu ada kesempatan kedua untuk memperbaiki pemahaman mengenai literasi finansial untuk kehidupan ekonomi yang lebih baik.
Untuk itu, ada tiga hal pokok dalam konsep keuangan yang perlu dipelajari. Yakni pendekatan tiga perspektif waktu terkait masa lalu, masa kini, dan masa depan. Semuanya dibahas secara detail lewat buku ini.
Hal itulah yang menjadi inti pembahasan dalam buku Second Chance. Ketika kita bisa menelaah konsep keuangan dalam setiap perspektif waktu tersebut, kita akan mampu lebih bijak dalam memperbaiki kondisi keuangan.
Jadi, nggak ujug-ujug pengin lanjut S2 supaya dapat pekerjaan dengan gaji dua digit, atau iseng mencoba peruntungan lewat berbagai jenis investasi yang sebenarnya belum dipahami.
Kalau kamu merasa berada dalam persimpangan tersebut dan butuh belajar tentang literasi finansial, Second Chance ini bisa menjadi salah satu referensi yang mampu membuka wawasan terkait cara memandang konsep keuangan dengan lebih bijak.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Be Calm Be Happy, Rahasia Bersikap Tenang dalam Segala Kondisi
-
Pengetahuan Masyarakat tentang Keuangan Syariah Perlu Ditingkatkan, Hanya 52,17% yang Paham
-
Sah, Kemenkeu Terbitkan Aturan Insentif Kendaraan Listrik dan Hybrid
-
Tok! Sri Mulyani Berikan Insentif PPN untuk Rumah Tapak dan Rusun di Tahun 2025
-
Buku Learn to Sleep Well: Tidur yang Berkualitas untuk Hidup yang Sehat
Ulasan
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
Terkini
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru
-
Married to the Idea: Relevankah Pernikahan untuk Generasi Sekarang?
-
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!