Buku Khulafaur Rasyidin karya Abdul Wali Kusno mengulas secara mendalam sejarah awal peradaban Islam, khususnya periode setelah wafatnya Rasulullah SAW dan bagaimana empat sahabat utama—Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib—menggantikan posisi beliau sebagai khalifah.
Para sahabat ini dikenal dengan gelar Khulafaur Rasyidin yang berarti "pengganti yang mendapatkan petunjuk menuju jalan yang lurus." Buku ini menyoroti nilai-nilai moral dalam kepemimpinan, seperti keadilan dan musyawarah, yang diterapkan oleh para khalifah dalam memimpin umat Islam pada masa itu.
Penulis menggunakan gaya bahasa yang formal dan baku untuk memberikan kesan kredibilitas dan keseriusan, sehingga informasi yang disampaikan mengenai peristiwa besar, tokoh penting, dan tantangan yang dihadapi oleh para khalifah menjadi jelas dan mudah dipahami.
Keunggulan buku ini terletak pada pembahasan mendalam tentang kepemimpinan yang adil dan bijaksana yang diterapkan oleh para khalifah, tidak hanya dalam aspek politik dan peperangan, tetapi juga dalam penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial dan pemerintahan.
Buku Khulafaur Rasyidin relevan dengan kondisi sosial-politik masa kini karena mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan yang adil, musyawarah, dan pemerintahan inklusif, yang dapat menjadi inspirasi untuk menghadapi tantangan zaman ini.
Namun, buku ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kurangnya pembahasan mendalam tentang aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu, buku ini tidak membahas secara lebih luas konflik internal antara pendukung Ali dan Muawiyah, yang tidak digali dengan rinci. Hal ini membuat buku ini lebih banyak memberikan gambaran idealistik daripada menyentuh tantangan nyata yang dihadapi para khalifah.
Selain itu, buku ini menggali pentingnya kebersamaan dan dialog dalam menghadapi perbedaan ideologi, serta dampak prinsip-prinsip Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang sesuai hingga saat ini.
Salah satu kutipan berkesan dari pidato Abu Bakar As-Siddiq, "Jika saya bertindak benar, bantulah saya. Namun jika saya bertindak salah, luruskanlah saya. Kejujuran adalah kepercayaan, dan kebohongan adalah pengkhianatan," (halaman 67). Hal ini menunjukkan prinsip kepemimpinan yang mendalam tentang kejujuran, pengawasan terhadap pemimpin, dan keterbukaan terhadap kritik.
Buku ini sangat cocok bagi pembaca yang tertarik dengan sejarah Islam, kepemimpinan, dan prinsip musyawarah, serta mereka yang tertarik pada spiritualitas dan pengelolaan pemerintahan.
Secara keseluruhan, buku Khulafaur Rasyidin memberikan wawasan yang sangat bermanfaat tentang kepemimpinan yang bijaksana dan adil, serta dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.
Identitas Buku
Judul Buku: Khulafaur Rasyidin
Penulis: Abdul Wali Kusno
Penerbit: C-Klik Media
Tahun Terbit: 2020 (Cetakan Pertama)
Jumlah Halaman: XIX + 181
ISBN: 978-623-7333-77-7
Baca Juga
-
Mengurai Masalah Islam Kontemporer Lewat Buku Karya Tohir Bawazir
-
Historiografi Perempuan NU: Dari Laku Perjuangan ke Lembar Sejarah Umat
-
Menghidupkan Kembali Gagasan Tjokroaminoto dalam Buku Mikael Marasabessy
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
Artikel Terkait
Ulasan
-
Lebih dari Sekadar Sensasi: 5 Film Romansa Dewasa dengan Cerita Mendalam
-
Review Buku Walau Jomblo Tetap Produktif: Menjadi Single Berkualitas dan Berprestasi
-
Kontroversial dan Bikin Naik Darah! Film Ozora Sukses Mengaduk Emosi
-
Ulasan Buku "What i Ate in One Year", Kuliner Dunia Yang Menakjubkan
-
Review Film Now You See Me: Now You Don't, Kritik Tajam ke Dunia Korup
Terkini
-
Warisan Hijau Baba Akong: Lelaki yang Menanam Harapan di Tengah Puing Abrasi
-
Jedar Spill Karakter Anaknya, El Barack Ternyata Punya Rate Card Sendiri!
-
4 Perangkat HP Murah Bawa Chipset MediaTek Helio G99, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
Komunitas Boardgame Yogyakarta Bangun Ruang Interaksi di Tengah Era Gadget
-
SEA Games 2025 dan Skuat Mewah Indonesia yang Tersia-Siakan Potensi Terbaiknya