Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Habibah Husain
Buku H.O.S. Tjokroaminoto (Doc.Pribadi/Habibah)

Buku H.O.S. Tjokroaminoto: Dari Santri Menjadi Guru Tokoh Bangsa merupakan karya perdana Mikael Marasabessy di bidang penulisan sejarah.

Sebagai penulis yang baru menapaki dunia literasi sejarah, Mikael menunjukkan keberanian dan kepedulian dalam mengangkat kembali sosok penting dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Buku ini mengangkat sosok Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, salah satu tokoh kunci dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Namun, yang membedakannya dari buku-buku sejarah lain adalah sudut pandang yang digunakan penulis—yakni menggali dan menampilkan Tjokroaminoto sebagai pribadi muslim yang kokoh memegang prinsip Islam sebagai dasar perjuangan.

Buku ini membawa pembaca menyusuri perjalanan Tjokro dari masa kecilnya sebagai santri di Pesantren Tegalsari Ponorogo, hingga menjadi pemimpin besar Sarekat Islam yang disegani kawan dan lawan.

Penulis menelusuri pula pemikiran-pemikiran Islam progresif yang diusung oleh Tjokroaminoto, perjuangannya melawan kolonialisme dan feodalisme, serta warisannya dalam dunia pendidikan, dakwah, dan ekonomi syariah.

Tema utama buku ini adalah integrasi antara nilai-nilai keislaman, perjuangan kemerdekaan, dan keadilan sosial.

Buku ini juga menyoroti bagaimana Sarekat Islam—di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto—menjadi pionir pergerakan nasional yang bersifat inklusif, anti-feodalisme, dan mendobrak sekat-sekat primordialisme.

Nilai-nilai tersebut menjadi landasan perjuangan dan warisan ideologis yang terus relevan hingga hari ini.

Sebagai pembaca, saya merasakan bahwa gaya penulisan buku ini cenderung serius dan padat, dengan nuansa akademik yang cukup kental.

Banyak bagian dipenuhi oleh uraian konseptual dan penjabaran ide-ide besar, terutama ketika penulis mengulas gagasan Tjokroaminoto tentang Islamisasi ilmu pengetahuan, ekonomi syariah, serta sikap politik Sarekat Islam.

Tjokroaminoto bukan hanya ditampilkan sebagai tokoh sejarah, tetapi juga sebagai manusia yang mengalami proses spiritual dan intelektual yang dinamis.

Ia digambarkan sebagai pribadi yang keras hati sejak kecil, namun justru karakter itu yang membentuk keteguhan sikap dan prinsip hidupnya.

Dari seorang anak bangsawan yang menimba ilmu di pesantren, ia tumbuh menjadi tokoh pergerakan yang berani melepaskan kenyamanan duniawi demi memperjuangkan keadilan sosial dan kemerdekaan bangsa.

Julukan-julukan seperti “Guru Para Tokoh Bangsa” dan “Raja Jawa Tanpa Mahkota” tidak lahir begitu saja, tetapi merupakan buah dari dedikasi dan visi besar yang ia miliki.

Kehadiran tokoh-tokoh lain seperti para ulama, kiai, dan aktivis Sarekat Islam turut memperkaya narasi, meskipun tidak semua dikembangkan secara mendalam.

Salah satu kekuatan utama buku ini adalah kedalaman riset dan keberanian penulis mengambil sudut pandang yang jarang diangkat, yaitu Tjokroaminoto sebagai santri dan tokoh Islam pembaru.

Buku ini tidak hanya mengulang-ulang fakta sejarah yang sudah umum diketahui, tetapi juga membongkar lapisan-lapisan pemikiran dan keyakinan yang melandasi tindakan-tindakan politik Tjokroaminoto.

Referensi yang digunakan pun cukup lengkap, mulai dari tulisan-tulisan asli Tjokroaminoto hingga catatan para tokoh yang pernah bersinggungan dengannya. 

Bagi pembaca yang menyukai tulisan reflektif berbasis riset, buku ini menawarkan kepuasan intelektual.

Meskipun buku ini sangat kuat dari sisi isi, gaya penulisan yang kaku dan padat bisa menjadi hambatan bagi pembaca umum.

Elemen visual seperti foto dan kutipan langsung cukup membantu memperkaya konteks, meski beberapa bagian terasa berat karena minim jeda naratif.

Narasi akan lebih komunikatif jika disusun dengan alur biografis yang lebih ringan. Mengingat luasnya cakupan tema—dari biografi hingga pemikiran politik—pembagian ke dalam beberapa volume bisa memberi ruang eksplorasi yang lebih mendalam dan nyaman bagi pembaca.

Sebagai pembaca, meski membutuhkan waktu yang lebih luang karena isi bacaannya cukup berat, saya merasa bahwa buku ini adalah bacaan yang sangat berharga bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam sosok H.O.S. Tjokroaminoto—bukan hanya sebagai tokoh politik, tetapi juga sebagai pemikir Islam dan pendidik bangsa.

Buku ini tidak hanya memperkaya pengetahuan sejarah, tetapi juga memberi inspirasi moral dan spiritual.

Saya merekomendasikan buku ini untuk mahasiswa, aktivis, guru sejarah, dan siapa saja yang tertarik pada tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam Indonesia.

Meski perlu usaha lebih dalam untuk membacanya, buku ini layak menjadi bagian dari koleksi bacaan serius yang membangun wawasan dan karakter.

Identitas Buku

Judul Buku: H.O.S. Tjokroaminoto: Dari Santri Menjadi Guru Tokoh Bangsa

Penulis: Mikael Marasabessy

Penerbit dan Tahun Terbit: Pustaka Al-Kautsar, Cetakan Pertama, November 2020

Halaman: 213 halaman

Habibah Husain