Bagaimana jika seseorang yang dicintai ternyata hidup dalam alur waktu yang berlawanan? Setiap hari yang dijalani bersama adalah awal bagi satu pihak, tetapi akhir bagi pihak lain.
Konsep ini bukan sekadar khayalan, melainkan inti dari novel "My Tomorrow, Your Yesterday" karya Takafumi Nanatsuki, yang menawarkan perspektif unik tentang cinta, takdir, dan perpisahan yang tak terelakkan.
Novel ini berkisah tentang Takatoshi Minamiyama, seorang mahasiswa seni berusia 20 tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Emi Fukuju, seorang perempuan yang ia temui di kereta.
Hubungan mereka berkembang dengan cepat, tetapi seiring waktu, Takatoshi menyadari keanehan dalam sikap Emi. Ia tampak selalu tahu apa yang akan terjadi dan sering kali menangis pada momen-momen tertentu, seolah menyadari sesuatu yang tidak diketahui Takatoshi.
Rahasia besar akhirnya terungkap: waktu bagi Emi berjalan mundur. Setiap hari yang dialami Takatoshi sebagai masa depan justru merupakan masa lalu bagi Emi.
Ini berarti bahwa hubungan mereka hanya memiliki satu momen singkat ketika usia mereka sama, dan setelahnya, mereka akan semakin menjauh dalam aliran waktu yang bertolak belakang.
Konsep ini bukan hanya sekadar elemen fiksi ilmiah, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana manusia menghadapi keterbatasan waktu dalam hubungan.
Setiap interaksi yang terlihat biasa bagi Takatoshi sebenarnya adalah kenangan terakhir bagi Emi. Setiap pertemuan yang dianggap awal oleh Takatoshi justru merupakan perpisahan bagi Emi.
Novel ini menyoroti tema kesedihan yang tidak bisa dihindari dalam sebuah hubungan. Tidak seperti kisah cinta konvensional di mana karakter berjuang melawan rintangan untuk bersama, "My Tomorrow, Your Yesterday" menggambarkan hubungan yang secara alami ditakdirkan untuk berakhir.
Tidak ada cara untuk melawan waktu, dan tidak ada pilihan lain selain menerima kenyataan bahwa kebersamaan mereka akan berkurang seiring berjalannya hari.
Meskipun memiliki elemen fantasi, buku ini menyentuh realitas hubungan manusia di dunia nyata. Banyak hubungan dihadapkan pada keterbatasan waktu, baik karena perbedaan tujuan hidup, jarak, atau bahkan kematian. Novel ini menuntun kita untuk menghargai setiap momen yang dimiliki, karena dalam hidup, perpisahan sering kali tidak bisa dihindari.
Dalam konteks sosial yang lebih luas, tema waktu yang berjalan mundur juga bisa diinterpretasikan sebagai metafora bagi nostalgia dan cara manusia mengingat masa lalu. Orang sering kali terjebak dalam kenangan dan berharap dapat kembali ke momen tertentu, meskipun kehidupan terus bergerak maju.
"My Tomorrow, Your Yesterday" adalah novel yang tidak hanya mengangkat kisah cinta yang unik, tetapi juga menghadirkan refleksi mendalam tentang waktu dan hubungan manusia.
Sang penulis dengan gaya penceritaan yang emosional dan konsep yang orisinal, menawarkan perspektif yang berbeda tentang bagaimana manusia menghadapi keterbatasan dalam cinta dalam novel ini.
Ini bukan sekadar kisah romantis biasa, melainkan perjalanan emosional yang mengajarkan arti menghargai setiap momen sebelum semuanya berlalu.
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Ketika Pekerjaan Sulit Dicari, tapi Janji Politik Mudah Diberi
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Cillian Murphy Diincar Kembali Main dalam Film Ketiga 28 Years Later
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak