Jujur saja, waktu pertama kali dengar kalau Plankton bakal punya film sendiri, agak skeptis sih. Maksudnya, dia kan cuma si mikroba kecil yang hobi gagal mencuri resep Krabby Patty, kan? Namun, setelah nonton ‘Plankton the Movie’, ternyata film ini lebih dari sekadar cerita konyol tentang usaha gagal Plankton.
Film ini justru membahas sesuatu yang lebih dalam: Drama rumah tangga antara Plankton dan Karen, istrinya yang berbentuk komputer. Ditambah dengan bumbu musikal dan humor khas SpongeBob, film ini jadi pengalaman yang unik dan, surprisingly, cukup relate!
Film Plankton the Movie disutradarai Dave Needham, yang sebelumnya pernah bikin ‘The Loud House Movie’. Para pengisi suara veteran tetap balik, kayak Tom Kenny (SpongeBob), Bill Fagerbakke (Patrick), Rodger Bumpass (Squidward), dan tentu saja Mr. Lawrence sebagai Plankton.
Sinopsis Plankton the Movie
Jadi, ceritanya Plankton mulai ngerasa kalau bisnisnya di Chum Bucket nggak maju-maju. Nah, Karen (Jill Talley) kemudian "mengambil alih" dan mengubah restoran itu jadi lebih modern.
Awalnya sukses, tapi lama-lama hubungan mereka makin renggang. Puncaknya, Karen membuang chip empati yang Plankton kasih ke dia, lalu tiba-tiba berubah jadi raksasa teknologi yang berniat menguasai Bikini Bottom dan bahkan dunia manusia!
Hal yang nggak disangka-sangka, justru SpongeBob yang akhirnya turun tangan buat membantu Plankton memperbaiki hubungannya sama Karen.
Dengan pendekatan yang mirip terapi pernikahan, mereka berusaha "membujuk" Karen biar sadar sebelum semuanya terlambat. Oh ya, ada banyak adegan musikal juga di sini, yang jujur saja absurd tapi seru banget.
Kupas Plankton yang Jadi Bintang Utama
Biasanya, Plankton cuma jadi karakter antagonis yang selalu gagal dan menyebalkan. Namun, di film ini dia dapat porsi yang lebih dalam.
Kita nggak cuma lihat dia sebagai penjahat kecil yang mau nyuri resep rahasia, tapi juga sebagai suami yang (anehnya) perhatian sama Karen. Ada sisi emosional yang bikin dia lebih manusiawi.
Langkah bikin film dari sudut pandang Plankton ini awalnya terdengar berisiko. Aku sempat ragu, "Emang menarik, ya?" Eh ternyata, film ini tetap kocak dengan nuansa SpongeBob yang kita kenal, plus nambah lapisan baru buat karakter Plankton.
Kalau biasanya kita lihat dia selalu ngotot soal bisnisnya, kali ini kita juga lihat dia berjuang mempertahankan hubungan rumah tangganya.
Di balik semua kekocakan film ini, aku merasa ada sindiran halus soal modernisasi bisnis dan teknologi. Karen yang mengubah Chum Bucket jadi restoran modern menggambarkan bagaimana bisnis kecil seringkali harus beradaptasi dengan tren baru, dan nggak semua orang siap buat itu, termasuk Plankton.
Ada juga bagian yang cukup nyentil, yaitu ketika Karen membuang chip empatinya dan berubah jadi AI yang overpower. Aku jadi kepikiran soal perkembangan teknologi sekarang, yang mana AI makin canggih.
Dari segi animasi, film ini juga eksperimen banget. Ada beberapa adegan yang pakai gaya animasi klasik ala Steamboat Willie, ada yang penuh warna psychedelic khas tahun 70-an. Pokoknya, secara visual ini film nggak monoton dan cukup playful.
Wajib banget ditonton nggak sih? Kalau kamu suka SpongeBob, ini film wajib tonton. Bukan cuma karena humornya tetap fresh, tapi juga karena film ini berhasil bikin Plankton jadi lebih dari sekadar penjahat gagal. Ceritanya nggak berat, tapi tetap punya makna, terutama soal hubungan, perubahan, dan teknologi.
Skor: 4/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Vulcanizadora: Film Indie ala Meditasi Gelap tentang Hidup
-
Review Film Pavements: Yang Nggak Mau Jadi Dokumenter Musik Biasa
-
Kisah Lucu dan Haru dalam The Day the Earth Blew Up: A Looney Tunes Movie
-
Review Film I'm Beginning to See the Light: Tentang Kehilangan dan Penerimaan
-
Review The Luckiest Man in America: Keberuntungan di Panggung Game Show
Artikel Terkait
-
Ulasan Pinocchio: Bongkar Sisi Gelap Jurnalistik, Relevan di Tahun 2025?
-
Seram Abis! Intip Sinopsis, Pemain, dan Tanggal Tayang Film Tenung!
-
Wajib Tonton! Sinopsis 5 Drakor Pemenang Baeksang Arts Awards 2025
-
Lagi Tayang di Bioskop, Perang Kota Sajikan Cinta Segitiga Berlatar Peperangan di Jakarta
-
Review Film Words of War: Keberanian di Balik Lensa Jurnalis
Ulasan
-
Review Vulcanizadora: Film Indie ala Meditasi Gelap tentang Hidup
-
Ulasan Novel Madam Sri: Perbedaan Usia Tak Menghalangi Perasaan yang Tulus
-
Review Film Pavements: Yang Nggak Mau Jadi Dokumenter Musik Biasa
-
Kisah Lucu dan Haru dalam The Day the Earth Blew Up: A Looney Tunes Movie
-
Tentang Waktu: Kisah Cinta, Sejarah, dan Pilihan dalam Lintasan Waktu
Terkini
-
Makin Dekati Laga vs MU, ASEAN All Stars Berpacu dengan Waktu Guna Upgrade Kualitas
-
Dapat Izin Remake, Produser Film Parasite Siap Garap Agak Laen Versi Korea
-
Day6 'Maybe Tomorrow' Lagu tentang Harapan Akan Hari Esok yang Lebih Baik
-
Ketika Kepuasan Kerja Menjadi Bahan Bakar Loyalitas Organisasi
-
Terungkap! Nagita Slavina Jadi Mak Comblang Luna Maya dan Maxime Bouttier hingga Menikah Hari Ini