Ada satu hal yang selalu bikin betah duduk nonton drama olahraga, misalnya sensasi deg-degan sebelum pertandingan, rasa puas saat sang tokoh utama menang, dan tentu saja cerita perjuangan yang membakar semangat. Namun, Film Tatami yang tayang perdana di Festival Film Venesia ke-80 pada 5 September 2023 dan kini tersedia di KlikFilm, ngasih sesuatu yang berbeda lho.
Film ini mengaduk-aduk emosi bukan hanya karena laga judonya, tapi karena pertarungan terbesar yang terjadi di luar arena, di wilayah politik dan ideologi yang jauh lebih kejam dari sebatas duel fisik.
Disutradarai Guy Nattiv dan Zar Amir Ebrahimi, film ini merupakan hasil produksi lintas batas yang unik. Guy Nattiv merupakan sineas asal Israel, sementara Zar Amir Ebrahimi adalah aktris sekaligus pembuat film asal Iran yang kini tinggal di Prancis. Keduanya bekerja sama di bawah rumah produksi WestEnd Films dan New Native Pictures, dengan naskah garapan Elham Erfani dan Guy Nattiv sendiri.
Para bintangnya: Arienne Mandi (sebagai Leila Hosseini), termasuk Sutradara Zar Amir Ebrahimi (yang memerankan Maryam Ghanbari), lalu Ash Goldeh (Nader Hosseini). Selain mereka ada pula Jaime Ray Newman, Nadine Marshall, dan Lir Katz.
Tampak menarik bukan? Yuk, kepoin lebih lanjut tentang kisahnya!
Sinopsis Film Tatami
Kisah Film Tatami dimulai dengan perjalanan tim judo putri Iran menuju Tbilisi, Georgia, untuk bertanding di ajang internasional.
Di antara mereka, bintang utamanya adalah Leila Hosseini, judoka berbakat yang sejak awal berniat merebut medali emas. Di rumah, Leila punya suami yang mendukung penuh, Nader, serta dua anak yang jadi sumber semangatnya. Dia juga ditemani pelatih sekaligus sahabat lamanya, Maryam Ghanbari, sosok yang dia kagumi sejak kecil.
Namun, begitu pertandingan berlangsung, kabar buruk datang dari Teheran. Pemerintah Iran menekan federasi dan pelatih untuk memastikan Leila nggak bertanding melawan atlet asal Israel. Caranya? Menyuruh Leila berpura-pura cidera demi kepentingan negara.
Maryam pun berada di posisi sulit, menerima telepon-telepon bernada ancaman, sambil mencoba melindungi muridnya yang bersikeras ingin bertanding demi kehormatan pribadi.
Tekanan politik ini mengubah makna “tatami” (matras tempat bertarung) jadi arena perang politik internasional, ideologi, dan pergulatan batin para karakter.
Sangat kompleks, deh!
Review Film Tatami
Jujur, saat pertama kali tahu film ini memakai format hitam-putih, aku sempat mengira ini akan jadi tontonan berat yang terjebak gaya visual klasik. Eh, ternyata, keputusan sinematografer, Todd Martin, hustru membuat setiap adegan terasa padat emosi (mirip nuansa boxing noir di Raging Bull) hanya saja kali ini sudut pandangnya perempuan yang melawan tekanan sistem patriarki dan teokrasi.
Bagiku, daya pikat Film Tatami ada pada ketegangannya yang terus menggelinding. Pertandingan demi pertandingan membuat jantungku ikut berpacu, tapi di sela-selanya, percakapan dan telepon intimidasi dari pejabat Iran membawa ketegangan yang berbeda (lebih sunyi tapi jauh lebih menakutkan). Di sinilah film ini berhasil memadukan adrenalin olahraga dan ancaman politik Jadi satu kesatuan.
Memang, ada sedikit repetisi di paruh kedua. Pertandingan yang mirip-mirip dan tekanan yang datang berkali-kali kadang membuatku ingin berteriak, “Ayo, cepat tentukan pilihan!” Selain itu, beberapa flashback kehidupan rumah tangga Leila baru muncul menjelang klimaks, yang menurutku agak telat. Namun, kelemahan itu nggak merusak keseluruhan pengalaman nonton kok.
Yang paling membekas tentu saja pesan moralnya, yang mana olahraga seharusnya jadi ajang unjuk prestasi, bukan alat negara untuk mempertontonkan kekuatan politik. Dan ironisnya, film ini lahir dari kolaborasi dua sineas yang negaranya bahkan nggak bisa berdiri di arena olahraga yang sama. Itu saja sudah jadi pernyataan politik yang kuat.
Tatami jelas sebuah drama olahraga yang memadukan tensi pertandingan dengan konflik politik. Dan menurutku, ini masih relevan bukan hanya untuk penggemar judo atau olahraga, tapi untuk siapa pun yang pernah terjepit antara mimpi pribadi dan tekanan pihak yang lebih berkuasa.
Karena pada akhirnya, seperti Leila, kita semua punya ‘tatami’ masing-masing, tempat kita berdiri dan memutuskan, apakah akan tunduk, atau tetap bertarung.
Bila Sobat Yoursay kian nggak terbendung keinginan nontonnya, langsung deh cek KlikFilm. Selamat nonton, ya.
Baca Juga
-
Review Film She Rides Shotgun: Kejutan Emosional dalam Pelarian Brutal
-
Nonton Special Show Film La Tahzan: Panasnya Majikan Kepincut Babysitter
-
Pentingnya Menjaga Mental dan Saling Menguatkan dalam Menanti Buah Hati
-
Review Film Sound of Falling: Horor Empat Zaman di Rumah Tua
-
Yang Penting Rilis, Mentalitas di Balik Produksi Animasi Lokal
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Party of Liars: Pesta Ulang Tahun yang Berubah Menjadi Tragedi
-
Review Film Weapons: Horor Psikologis yang Bikin Bulu Kuduk Berdiri!
-
Ulasan Buku Survive Menghadapi Quarter Life Crisis: Ilmiah dan Relevan!
-
Ulasan Buku Minderella, Kisah tentang Cinderella yang Suka Minder
-
Review Novel Sinila: Keindahan Dieng, Tragedi Ngeri, dan Egoisme Manusia
Terkini
-
Meskipun Mendominasi, McLaren Percaya Masih Bisa Dikalahkan oleh Tim Lain
-
Drama "Law And The City" Tutup Episode Terakhir dengan Rating Tertinggi
-
BOYNEXTDOOR Ungkap Nostalgia Cinta dan Kerumitan Hati di Lagu 'ABCDLOVE'
-
Hari Hutan Indonesia: Seruan dari 1,4 Juta Suara untuk Hutan
-
Tayang 2027, The Batman 2 Konfirmasi Mulai Syuting pada 2026