Bagaimana jika perjalanan impian ke luar negeri justru berubah menjadi mimpi buruk di bandara? 'Upon Entry' menghadirkan pengalaman yang mendebarkan lewat thriller psikologis yang minim lokasi tetapi maksimal dalam ketegangan.
Dengan hampir seluruh adegan berlangsung di satu ruangan tanpa jendela, film ini sukses menciptakan suasana mencekam yang membuat kita ikut merasa terkunci bersama para karakter.
Film ini mengisahkan Diego dan Elena, pasangan yang baru saja mendapatkan visa melalui Green Card Lottery dan siap memulai hidup baru di Amerika Serikat. Namun, saat tiba di bandara New York, mereka justru ditahan tanpa kejelasan.
Alih-alih diberikan sambutan, mereka malah diinterogasi secara intens oleh petugas imigrasi yang mempertanyakan berbagai aspek kehidupan pribadi mereka.
Seiring berjalannya waktu, interogasi ini tidak hanya mengungkap rahasia-rahasia yang mengejutkan, tetapi juga menguji ketahanan hubungan mereka.
Sebagian besar film berfokus pada percakapan dan permainan psikologis antara pasangan ini dengan dua petugas imigrasi yang interogatif.
Pertanyaan yang diajukan awalnya terdengar wajar, tetapi semakin lama semakin masuk ke ranah pribadi, bahkan menyentuh hal-hal yang tak seharusnya ditanyakan oleh pihak berwenang.
Kita dibuat bertanya-tanya: apakah Diego dan Elena benar-benar menyembunyikan sesuatu, atau mereka hanya korban dari sistem yang tidak adil?
Ketegangan dalam film ini begitu nyata hingga terasa menyesakkan, terutama bagi yang memiliki klaustrofobia.
Bayangkan duduk di ruang sempit tanpa tahu kapan bisa keluar, dikelilingi pertanyaan yang semakin tajam, dan diperlakukan seolah bersalah tanpa bukti jelas. Jika memilih diam, ancaman pun siap dilayangkan.
Kehebatan 'Upon Entry' bukan hanya dari skenarionya yang kuat, tetapi juga dari performa para aktornya. Alberto Ammann dan Bruna Cusi tampil luar biasa sebagai pasangan yang harus menghadapi tekanan luar biasa. Ekspresi mereka yang dipenuhi kecemasan, kebingungan, dan ketakutan menular ke kita.
Sementara itu, Laura Gomez sebagai interogator utama menghadirkan sosok yang menakutkan, penuh wibawa, namun tetap terasa manusiawi.
Penampilannya begitu mengintimidasi, hingga membuat kita berharap tidak pernah bertemu sosok seperti dia di dunia nyata.
Selain mengkritisi penyalahgunaan kekuasaan dalam sistem imigrasi, 'Upon Entry' juga menawarkan refleksi tentang pentingnya komunikasi dalam hubungan.
Rahasia-rahasia yang selama ini tersembunyi mulai terkuak satu per satu, membuat pasangan ini mulai meragukan satu sama lain.
Ini menjadi pengingat bahwa membangun hubungan yang sehat tidak hanya soal cinta, tetapi juga kejujuran dan keterbukaan.
Meskipun hampir seluruh film hanya berisi percakapan di satu ruangan, tensi yang diciptakan begitu efektif hingga tidak terasa membosankan. Justru, semakin lama interogasi berlangsung, semakin sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari rasa penasaran tentang bagaimana akhir dari situasi ini.
Apakah mereka akan berhasil keluar dari ruang interogasi? Atau justru terjebak dalam permainan psikologis yang lebih dalam?
Satu hal yang membuat 'Upon Entry' semakin menarik adalah bagaimana film ini tetap netral dalam menyampaikan narasinya.
Meskipun jelas berpihak pada korban ketidakadilan, film ini juga memberikan sudut pandang yang lebih kompleks. Salah satu interogator ternyata berasal dari keluarga imigran, sementara Diego sendiri memiliki masa lalu yang tidak sepenuhnya bersih.
Nuansa abu-abu dalam karakter dan situasi tersebut membuat film terasa lebih realistis dan tidak hitam-putih.
Ending film ini pun meninggalkan kesan yang mendalam. Alih-alih memberikan jawaban yang jelas, film ini memilih untuk mengakhiri dengan ambiguitas yang mengundang diskusi.
Ini membuat 'Upon Entry' terus membekas dalam benak kita, bahkan setelah layar telah gelap. Dengan skenario yang cerdas, akting yang luar biasa, serta eksekusi yang kuat, 'Upon Entry' adalah thriller psikologis yang layak untuk ditonton.
Bagi yang menyukai film dengan intensitas tinggi seperti 'Prisoners' atau 'The Guilty' , film ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Dan satu hal yang pasti: setelah menonton film ini, kamu mungkin akan berpikir dua kali sebelum melewati proses imigrasi di bandara.
Nah, itulah review film 'Upon Entry' dari saya, apakah kamu tertarik untuk menontonnya juga?
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Stray Kids Donasi Rp9 Miliar untuk Korban Kebakaran Hutan di Korea Selatan
-
Yumi's Cells Season 3 Resmi Diproduksi, Kim Go Eun Siap Kembali?
-
Review The Residence: Serial Whodunit Seru dengan Sentuhan Komedi
-
Choo Young Woo Digaet Bintangi Drama Korea Garapan Sutradara Crash Landing on You
-
Beomgyu TXT Sampaikan Pesan Berani Hadapi Rasa Takut Lewat Mixtape Panic
Artikel Terkait
-
Remake Film Mendadak Dangdut: Apa yang Berubah?
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
-
5 Pilihan Film Netflix yang Tayang April 2025, dari Horor hingga Sci-Fi!
-
Review Jumbo: Cara Menghadapi Kehilangan dan Belajar Mendengarkan Orang Lain
-
Film Muslihat: Tipu Daya Iblis di Panti Asuhan, Siapa yang Akan Tersesat?
Ulasan
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
-
Review Novel A Scandal in Scarlet: Acara Lelang yang Berujung Tragedi Mengerikan
-
Review Jumbo: Cara Menghadapi Kehilangan dan Belajar Mendengarkan Orang Lain
Terkini
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?
-
Resmi! Spider-Man: Brand New Day Rilis 2026, Siapa Saja yang akan Muncul?
-
4 Facial Wash dengan Kandungan Probiotik, Jaga Keseimbangan Skin Barrier!
-
Kai EXO Siap Sambut Musim Panas di Teaser Video Musik Lagu 'Adult Swim'
-
Real Madrid Babak Belur Demi Final Copa del Rey, Carlo Ancelotti Buka Suara