Masih ingat banget, beberapa waktu lalu, bioskop kita kedatangan film buatan AI berjudul M Hotel. Film yang jadi bukti betapa industri hiburan Korea Selatan lagi gandrung banget sama kecerdasan buatan.
Secara pribadi, agak skeptis sama penggunaan AI dalam film. Bukan berarti teknologi itu nggak keren, tapi kadang rasanya malah bikin film kehilangan sentuhan manusiawinya. Makanya, begitu tahu ada film animasi Korea berjudul Exorcism Chronicles: The Beginning yang dibuat murni tanpa campur tangan AI, langsung deh nonton. Apalagi, ini film adaptasi dari novel Toemarok karya Lee Woo-hyeok, yang katanya punya cerita seru banget.
Film yang tayang di bioskop Indonesia sejak 26 Maret 2025 ini digarap sama Kim Dong-Chul, sutradara yang sengaja nggak mau pakai AI demi menjaga orisinalitas. Dan setelah nonton, aku paham kenapa dia ngotot. Karena dari awal sampai akhir, film ini benar-benar terasa sebagai karya manusia yang dikerjakan dengan penuh passion dan imajinasi.
Sekilas tentang Film Exorcism Chronicles: The Beginning
Tokoh utama di film ini adalah Priest Father Park (disuarakan sama Choi Han), seorang mantan dokter yang beralih profesi jadi pendeta. Namun, dia bukan pendeta biasa. Dia punya kekuatan khusus buat melakukan eksorsisme alias pengusiran setan. Dan film ini nggak buang-buang waktu buat langsung menunjukkan kehebatannya.
Di adegan pembuka, kita diajak masuk ke gereja, tempat seorang pendeta lagi kerasukan. Suasana mencekam, ada lilin berkedip-kedip, lantai retak, dan suara mengerikan yang keluar dari tubuh si pendeta. Kemudian, Park muncul. Dia nggak pakai jubah khas pahlawan super, tapi begitu dia mulai membaca doa, tiba-tiba cahaya berbagai warna terpancar dari tubuhnya.
Musuhnya kali ini adalah Astaroth, iblis yang punya desain super keren. Bentuknya kayak malaikat jatuh yang berubah jadi monster ala anime. Gimana dengan kelanjutan kisahnya? Wajib nonton sih!
Impresi Selepas Nonton Film Exorcism Chronicles: The Beginning
Aksi di film ini tuh mirip pertarungan superhero, tapi dengan sentuhan religius. Detail desainnya benar-benar menunjukkan kreativitas tinggi, dan yang bikin bangga, ada talenta Indonesia yang terlibat dalam pembuatannya, yaitu Amabel Emillavta. Nggak heran kalau visual film ini terasa begitu istimewa. Mantap deh!
Kalau dari segi visual, Film Exorcism Chronicles: The Beginning sudah menang banyak. Namun, gimana dengan ceritanya? Nah, di sini masalahnya mulai muncul.
Judulnya saja sudah menunjukkan kalau ini diniatkan sebagai awal dari sebuah franchise. Dan seperti banyak film pertama dalam waralaba, cerita di sini banyak banget menanam benih buat konflik di sekuel-sekuelnya. Masalahnya, saking banyaknya hal yang ingin disampaikan, film ini jadi terasa terlalu padat dan kurang rapi dalam bercerita.
Setelah adegan awal yang penuh aksi itu, Park dimintai tolong sama temannya yang seorang biksu dan anggota ordo rahasia buat menangani kasus supernatural di sebuah kuil. Aku sudah excited, berharap ada investigasi seru dan ritual eksorsisme yang mendebarkan.
Namun kemudian, tiba-tiba muncul Lee Hyun-am (Nam Doh-hyeong), pemuda yang punya kekuatan setelah banyak latihan Tai Chi. Terus ada juga Hyun Seung-hee (Kim Yeonwoo), gadis yang tanpa sengaja menolong Park di salah satu misinya. Dan ordo rahasia itu sendiri? Belum dijelaskan dengan jelas peran dan tujuannya dalam dunia film ini.
Sebagai penonton, aku jadi merasa kayak dilempar ke lautan informasi tanpa ada pegangan yang cukup kuat. Ada banyak elemen keren di sini—eksorsisme, mitologi, pertarungan berbasis lima elemen ala Avatar: The Last Airbender—tapi semuanya terasa saling berebut sorotan. Akibatnya, nggak ada satu pun aspek yang benar-benar tergali dengan maksimal.
Terlepas dari kekacauan narasi, aku tetap nggak bisa bilang kalau Film Exorcism Chronicles: The Beginning adalah film yang buruk. Justru sebaliknya, ini film yang punya potensi luar biasa. Kalau kamu penggemar animasi yang menggabungkan aksi, mitologi, dan elemen supernatural, film ini masih layak buat dinikmati. Visualnya ajaib, pertarungannya spektakuler, dan konsepnya sangat menjanjikan.
Skor: 3/5
Baca Juga
-
Film M3GAN 2.0 dan Ancaman Baru yang Lebih Sangar!
-
Review Anime My Stepmoms Daughter Is My Ex: Ketika Mantan Jadi Saudara Tiri
-
Review Film Broken Rage: Ketika Takeshi Kitano Menolak Bertele-tele
-
Pengabdi Setan Origins: Batara, Darminah, dan Asal Mula Teror
-
Review Pulse: Series Medis Netflix yang Tegang, Seksi, dan Penuh Letupan
Artikel Terkait
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Film M3GAN 2.0 dan Ancaman Baru yang Lebih Sangar!
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
-
Bukan Lokasi Syuting Film Horor Biasa, Pabrik Gula Ini Saksi Bisu Kejayaan Industri Gula Indonesia
-
Ulasan Film 404 Run Run, Atmosfer Horornya Nusuk, Komedinya Pecah
Ulasan
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
Terkini
-
3 Pemain Kunci Timnas Yaman U-17 yang Perlu Diwaspadai oleh Skuad Indonesia
-
Lebaran Lebih Berwarna dengan Arisan Keluarga, Ada yang Setuju?
-
Masuk BaekSang Awards 2025, When Life Gives You Tangerines Raup 8 Nominasi
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Sidang Perdana, NewJeans Tolak Tawaran Lanjut di ADOR Tanpa Min Hee-jin