Di era film yang suka memainkan durasinya jadi lebih panjang, seperti halnya dengan blockbuster yang sering melewati durasi dua hingga tiga jam, Sutradara Takeshi Kitano justru mengambil arah yang berbeda.
Lewat ‘Broken Rage’, film yakuza-parodi berdurasi hanya ± 66 menit, dia membuktikan kalau cerita yang solid nggak butuh waktu berjam-jam untuk meninggalkan kesan mendalam.
Film ini pertama kali ditayangkan di Venice Film Festival 2024 dan diproduksi oleh Office Kitano, rumah produksi yang telah menangani banyak film Kitano sebelumnya. Dan dengan pendekatan unik yang mengecoh ekspektasi, film ini menawarkan pengalaman yang padat, cepat, dan penuh kejutan.
Sebagus apa sih? Sini merapat dan kepoin bareng!
Sekilas tentang Film Broken Rage
Ketika pertama kali mendengar tentang ‘Broken Rage’, yang sudah tayang di Prime Video sejak 15 Februari 2025, aku membayangkan sesuatu yang masih dekat dengan film-film yakuza khas Kitano. Dan memang, di awal film, kita dibawa ke dunia yang familier, yakni seorang pembunuh bayaran bernama Mr. Mouse (Nezumi) yang diperankan sendiri sama Takeshi Kitano, tengah menjalankan misinya. Dia bertemu dengan informan di kafe, membuntuti target, dan menghadapi intrik dunia kriminal dengan gaya yang agak nyeleneh.
Ya, sosoknya tuh nggak terlihat seperti pembunuh dingin yang biasa kita temui dalam film sejenis. Cara jalannya canggung, ekspresi wajahnya seperti orang bingung, dan setiap gerakannya terasa lebih seperti komedi fisik daripada aksi kriminal.
Lucu ya? Begitulah, tapi ini lebih dari itu. Dan seperti apa kesan film ini? Kalau kamu ingin nonton tapi masih ragu, di sinilah tempat yang tepat buat kamu. Sini kepoin lebih lanjut!
Impresi Selepas Nonton Film Broken Rage
Bagiku Ini bukan film yakuza biasa. Ibaratnya, Takeshi Kitano sedang bermain-main dengan konvensi genre.
Apa lagi saat masuk ke paruh kedua, semuanya semakin kacau. Film tiba-tiba "mengulang" dirinya sendiri, tetapi kali ini dalam format slapstick yang nyaris kartun. Adegan-adegan yang sebelumnya serius berubah jadi kekonyolan yang semakin liar.
Takeshi Kitano seolah-olah sedang menertawakan semua konvensi film kriminal yang selama ini dia garap sendiri. Aku nggak bisa menahan tawa melihat bagaimana karakter-karakter yakuza yang biasanya garang justru bertingkah seperti badut dalam dunia yang semakin nggak masuk akal.
Kalau bicara soal Takeshi Kitano, aku selalu kagum dengan bagaimana dia bisa memiliki dua sisi yang bertolak belakang dalam filmnya. Di satu sisi, dia bisa menyutradarai film yakuza yang dingin dan penuh kekerasan seperti ‘Sonatine’ dan ‘Outrage’. Namun, di sisi lain, dia juga suka bikin ala-ala komedian absurd kayak dalam ‘Getting Any?’ dan ‘Kikujiro’.
Dengan Film Broken Rage, Takeshi Kitano berhasil menyatukan dua dunianya ini dalam satu film pendek yang penuh kejutan. Dia nggak hanya mengolok-olok formula film yakuza, tapi juga seolah-olah menertawakan dirinya sendiri sebagai sineas yang seringkali dicap serius dan filosofis.
Bisa dibilang, film ini seperti surat cinta—atau mungkin lebih tepatnya surat ejekan—terhadap genre yang sudah lama dia tekuni.
Terkait durasi yang pendek, tentu saja, ada beberapa orang mungkin merasa durasinya terlalu pelit. Aku pun sempat berpikir begitu. Namun, setelah menonton, aku sadar ‘Broken Rage’ sudah terasa pas dengan durasi segitu. Setiap menitnya diisi dengan sesuatu yang menarik, dan nggak ada waktu yang terbuang sia-sia. Malah, kalau film ini lebih panjang, mungkin justru akan kehilangan impact-nya.
Ini adalah bukti kalau Takeshi Kitano masih punya kejutan di balik lensa kameranya, dan Sobat Yoursay beruntung bila menyaksikannya.
Skor: 4/5
Baca Juga
-
Daya Pikat Film Good Boy, Melihat Setan dari Mata Seekor Anjing
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
Saat Lyto Pictures Menyuguhkan Luka Melalui Film Sampai Titik Terakhirmu
-
A24 Hadirkan Rom-Com Afterlife Paling Menyentuh Lewat Film Eternity
-
Menariknya Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung, Sekuel yang Berani Ganti Sudut Pandang
Artikel Terkait
-
Deretan Fakta Menarik Film Pabrik Gula, Awalnya Tuai Kontroversi Kini Raup Banyak Penonton
-
Pengabdi Setan Origins: Batara, Darminah, dan Asal Mula Teror
-
Review Film Exorcism Chronicles - The Beginning: Visual Ajaib tapi Cerita Kacau?
-
Makin Menua, Potret Jackie Chan di Film Karate Kid: Legends Tuai Sorotan
-
Sinopsis Film 'Virus', Bae Doona Terjangkit Virus yang Bikin Jatuh Cinta
Ulasan
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
-
Les Temptes de la Vie: Ketika Musik, Paris, dan Badai Hidup Menyatu
Terkini
-
Bunda Maia Beri Pesan Hidup pada Marshanda dan Maria Theodore: Pengalaman?
-
Gagal Redam Lawan, Bukti Skema Dua Bek Tengah Tak Cocok di Timnas Indonesia
-
4 Toner Lokal Calendula, Penyelamat Atasi Kulit Meradang dan Iritasi Ringan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Indra Sjafri Minta Diberi Waktu usai Timnas Indonesia U-23 Dibungkam India