Pernah mendengar dongeng lama berjudul Andhe-Andhe Lumut? Rupanya, Andhe-andhe Lumut nggak hanya populer sebagai dongeng anak-anak saja, melainkan memiliki versi langgam campursari lho!
Langgam lawas berjudul Andhe-andhe lumut adalah sebuah lagu yang diciptakan oleh Anjar Ani, kemudian dipopulerkan oleh Waldjinah pada tahun 1995. Lagu ini sekaligus mengusung dongeng legendaris dari Jawa, mengenai tokoh fiksi bernama Andhe-andhe Lumut dalam menemukan cinta sejatinya.
Barangkali, kita sudah mendengar sekilas atau bahkan keseluruhan isi dongeng tersebut. Yakni mengenai seorang pemuda tampan nan gagah bernama Andhe-andhe Lumut yang mengadakan sayembara untuk mencari istri. Dimana kita akan menjumpai tokoh-tokoh seperti Kleting Ijo, Kleting Abang, Kleting Kuning, bahkan sang villain bernama Yuyu Kangkang.
Itu lho, siluman kepiting yang membantu menyebrangkan para perempuan cantik melewati sungai dengan imbalan berupa ciuman.
Yah, walau dia lantas dikalahkan oleh Kleting Kuning dengan gaman atau senjata Sada Lanang, yang membuat sungai mengering sehingga Kleting Kuning bisa menyebrang sungai dengan aman. Setidaknya, itulah versi yang saya dengar sejak kecil.
Kasak-kusuknya, Andhe-andhe Lumut mengisahkan tentang penyatuan kembali kerajaan besar yakni Kediri dan Jenggala. Entah betulan atau tidak ya, tetapi kisah ini juga bersinggungan dengan dongeng Keong Mas dimana kita menemui tokoh Galuh Candrakirana dan Pangeran Inu Kertapati.
Ditambah lagi, adanya sebuah desa bernama Dadapan yang muncul dalam dongeng Keong Mas rupanya nggak hanya nama fiksi lho. Desa ini betulan ada, dan terletak di kecamatan Gurah, kabupaten Kediri, yang masih ada hingga sekarang.
Lewat langgam Andhe-andhe Lumut yang nyambung ke dongengnya, sebenarnya memuat pengajaran mengenai loyalitas, kejujuran, hingga self confident.
Loyalitas disini mengacu pada kesetiaan antar pasangan, meski harus terpisah jarak alias LDR-an. Jadi, nggak ada alasan untuk selingkuh yang kerap digaungkan oleh mereka yang memang nggak loyal.
Lalu, nilai kejujuran ditekankan lewat scene dongeng saat masing-masing Kleting menemui Andhe-andhe Lumut. Mereka tidak jujur mengenai kondisi masing-masing, yakni sudah ‘tidak suci’ karena telah dicium oleh Yuyu Kangkang. Meski terdengar sepele di jaman sekarang, nyatanya kejujuran lebih baik diterapkan dalam segala aspek kehidupan.
Kemudian self confident ditunjukkan oleh badass-nya Kleting Kuning dalam mengalahkan Yuyu Kangkang. Pun ketika menghadap Andhe-andhe Lumut, dia pede saja meski dalam dongeng dikisahkan penampilannya buruk rupa. Tipe-tipe Cinderella versi Jawa sih ini, haha!
Selain itu, ada juga pengajaran mengenai menghormati orang yang lebih tua. Dalam hal ini dicerminkan lewat kalimat-kalimat sopan Andhe-andhe Lumut kepada ibu angkatnya. Jadi, sopan santun dan tata krama juga disisipkan di dalam langgam ini.
Langgam Andhe-andhe Lumut juga umumnya disenandungkan pada pementasan dramanya, sebagai pelengkap pementasan. Toh, langgam ini memang berisi percakapan oleh Andhe-andhe Lumut dan ibu angkatnya kala para perempuan alias para Kleting datang menghadap. Sebab, semasa saya sekolah dulu pernah ikut mementaskan drama ini di kelas.
Oh iya, funfac-nya, tradisi perempuan yang mendatangi laki-laki atau disebut ngunggah-unggahi ini masih berlangsung di daerah Kediri hingga Tulungagung lho. Yakni lamaran pertama dimulai dari pihak perempuan. Intinya, meski kedua calon mempelai sudah mendapat restu, tetapi acara lamaran resmi dimulai dari pihak perempuan baru dilanjutkan oleh pihak laki-laki.
Tapi umumnya tradisi itu dilakukan di daerah Kediri Selatan ya. Kalau Kediri daerah utara, umumnya lamaran tetap dilakukan oleh pihak laki-laki. Maka, jangan heran kalau ada perbedaan tradisi di suatu lokasi dalam kabupaten yang sama. Toh peribahasa Desa mawa cara, seje desa seje cara alias tiap desa atau daerah memiliki cara/tradisinya sendiri-sendiri.
So, menurutmu gimana?
Baca Juga
-
Blaka Suta: Kejujuran dalam Daily Life dan Hukum Tabur Tuai Lintas Generasi
-
Struktur Kata 'Ampil' Bahasa Jawa, Bisa Jadi Subjek, Predikat, Hingga Objek
-
Langgam 'Kuncung' Didi Kempot, Kesederhanaan Hidup yang Kini Dirindukan
-
Penalaran Kata 'Mundhut': Sama-sama Predikat Kalimat, tapi Dilarang Ambigu!
-
Struktur 'Sawang' dalam Daily Conversation, Kata Kerja atau Kata Benda Sih?
Artikel Terkait
-
Ananias Asona Luncurkan Lagu Baru, Gandeng Ayah Sampai Adik Garap 'Bintang Jatuh'
-
5 Fakta Menarik Lagu Selalu Ada di Nadimu, OST Menyentuh Film Jumbo
-
Deretan Lagu Hits Titiek Puspa Tetap Populer Sepanjang Masa
-
Lagu Kopassus Ternyata Ciptaan Titiek Puspa, Ini Liriknya yang Bikin Merinding
-
Makna Lagu Kupu-Kupu Malam Ciptaan Titiek Puspa, Deep Banget!
Ulasan
-
Review The Monkey: Film Horor yang Bikin Kamu Ngecek Bawah Tempat Tidur!
-
Ulasan Film Petak Umpet, Kisah Legenda Horor Hantu Wewe Gombel
-
Review Film That They May Face the Rising Sun: Sederhana tapi Begitu Lembut
-
Ulasan Film With You in the Future, Saat Jatuh Cinta pada Orang yang Tepat
-
Review The Residence: Drama Kriminal di Gedung Putih yang Bikin Ketagihan
Terkini
-
Prabowo Sibuk Gaungkan 'Indonesia Cerah', Sementara Rakyat Masih Gigit Jari
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Inspirasi Ki Hajar Dewantara: 'Manual Guide' Bidang Pendidikan dan Politik
-
Tamat Malam Ini, 7 Pemain Drama The Art of Negotiation Ucapkan Terima Kasih
-
Perampasan Aset Koruptor: Keadilan yang Tidak Boleh Dikompromikan