Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | aisyah khurin
Novel Menjadi (goodreads.com)

"Menjadi" karya Afutami adalah sebuah buku reflektif yang menawarkan pembaca perjalanan untuk lebih sadar terhadap dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya.

Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, Afutami mengajak kita untuk berhenti sejenak dari rutinitas yang melelahkan dan mulai memperhatikan apa yang benar-benar penting dalam kehidupan.

Buku ini dibuka dengan pertanyaan mendasar tentang siapa sebenarnya diri kita di balik semua label sosial, pekerjaan, dan peran-peran yang kita jalani.

Afutami menggiring pembaca untuk kembali ke inti, bahwa menjadi diri sendiri adalah proses panjang yang terus-menerus, bukan sebuah tujuan yang instan tercapai.

Salah satu kekuatan utama dari "Menjadi" adalah caranya menyampaikan konsep-konsep filsafat hidup dalam bahasa yang sangat membumi.

Alih-alih menggunakan teori-teori rumit, Afutami memilih untuk berbagi kisah-kisah kecil, pengalaman pribadi, dan pengamatan sehari-hari yang mudah dipahami, namun meninggalkan kesan mendalam.

Afutami menekankan pentingnya membangun kesadaran penuh (mindfulness) dalam segala aspek hidup.

Ia tidak hanya berbicara tentang meditasi atau keheningan, melainkan juga tentang bagaimana kita bisa hadir sepenuhnya dalam percakapan sederhana, saat berjalan, bahkan saat menghadapi kegagalan.

Tema lain yang kuat dalam buku ini adalah soal hubungan kita dengan sekitar, manusia lain, alam, dan kehidupan itu sendiri.

Afutami mengingatkan bahwa menjadi manusia bukan hanya tentang membangun diri, tetapi juga tentang berkontribusi dan berempati terhadap orang lain.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, ia mengajak kita untuk memperlambat langkah dan benar-benar melihat sekitar kita.

Dalam gaya bertuturnya, Afutami sering menggunakan analogi-analogi kreatif.

Misalnya, ia menggambarkan manusia seperti sungai yang mengalir, berubah bentuk, menemui hambatan, tapi terus bergerak.

Metafora seperti ini membuat gagasan-gagasan berat menjadi terasa lebih ringan dan inspiratif.

Salah satu bagian yang paling menyentuh adalah ketika Afutami membahas tentang kegagalan. Ia menulis bahwa kegagalan bukan akhir dari perjalanan, melainkan momen untuk ‘menjadi’ lebih utuh.

Dengan pendekatan yang penuh kelembutan, ia menyampaikan bahwa menerima ketidaksempurnaan diri justru menjadi bagian penting dalam proses pertumbuhan.

Dari segi struktur, buku ini tidak disusun secara kaku atau berurutan. Setiap bab terasa seperti percakapan santai namun bermakna. Ini membuat Menjadi sangat cocok dibaca perlahan, dinikmati sedikit demi sedikit, bahkan diulang kembali di waktu yang berbeda.

Meski demikian, ada pembaca yang mungkin merasa Menjadi kurang cocok jika mereka mencari buku self-help dengan formula konkret atau langkah-langkah praktis yang eksplisit.

Afutami lebih menawarkan ruang refleksi dibandingkan instruksi. Ini bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan, tergantung harapan pembaca.

Bahasa yang digunakan Afutami terasa sangat personal. Seolah-olah ia sedang berbicara langsung kepada pembaca sebagai seorang teman yang mengerti betul betapa membingungkannya proses mencari jati diri. Sentuhan kehangatan ini membuat buku terasa intim dan relatable.

Salah satu pelajaran terbesar dari "Menjadi" adalah bahwa hidup bukanlah tentang terus-menerus memperbaiki diri agar sesuai standar luar, melainkan tentang menyadari siapa diri kita sebenarnya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, lalu hidup setulus mungkin.

Secara keseluruhan, "Menjadi" adalah sebuah ajakan lembut untuk kembali ke dalam diri, untuk memperhatikan perjalanan kita sendiri dengan penuh kasih, dan untuk menyadari bahwa dalam setiap momen kecil pun, kita sedang terus ‘menjadi’. Ini adalah buku yang layak dibaca bagi siapa saja yang ingin menjalani hidup dengan lebih sadar dan bermakna.

Identitas Buku

Judul: Menjadi

Penulis: Afutami

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tanggal Terbit: 1 Oktober 2022

Tebal: 224 Halaman

aisyah khurin