Drama Korea Pinocchio bukan sekadar kisah cinta dua insan muda yang berjuang di tengah kerasnya dunia kerja. Lebih dari itu, drama yang tayang pada 2014 ini menghadirkan kritik sosial tajam terhadap media massa dan bagaimana informasi bisa membentuk atau menghancurkan kehidupan seseorang. Berikut ulasan lengkapnya.
Tokoh utama dalam drama ini adalah Choi Dal-po (diperankan oleh Lee Jong Suk), seorang pemuda cerdas dengan masa lalu kelam. Ia tumbuh besar dengan identitas palsu dan menyimpan trauma mendalam akibat ayahnya yang menjadi korban pemberitaan media yang tidak berimbang.
Sementara itu, Choi In-ha (Park Shin Hye) hadir sebagai karakter yang unik dan ikonik. Ia mengidap sindrom Pinocchio, kondisi fiktif yang membuatnya cegukan setiap kali berbohong. Sindrom ini membuatnya menjadi simbol kejujuran dalam dunia yang penuh manipulasi.
Cerita Pinocchio berfokus pada perjuangan keduanya menjadi reporter yang berintegritas. Mereka masuk ke industri penyiaran, menghadapi sistem yang sering kali lebih mementingkan rating daripada kebenaran. Dilansir dari berbagai sumber, drama ini menyajikan konflik yang kaya dan kompleks, mulai dari politik redaksi hingga pertarungan nurani dalam peliputan berita.
Kekuatan utama drama ini terletak pada keseimbangan antara berbagai genre. Elemen romansa, komentar sosial, thriller, dan drama keluarga dijahit dengan rapi dalam satu rangkaian cerita yang dinamis.
Chemistry antara Lee Jong Suk dan Park Shin Hye pun menjadi daya tarik tersendiri. Keduanya berhasil menghidupkan hubungan Dal-po dan In-ha dengan cara yang alami, manis, dan jauh dari kesan berlebihan.
Yang membuat drama ini masih layak ditonton pada tahun 2025 adalah relevansi temanya. Dunia jurnalistik yang dibingkai dalam drama ini tetap mencerminkan realita masa kini: berita bisa menjadi alat pembela kebenaran, tapi juga bisa menjadi senjata yang mematikan.
Dengan latar belakang karakter yang kuat, penonton diajak memahami alasan di balik pilihan-pilihan sulit yang mereka buat. Dal-po, misalnya, harus berdamai dengan masa lalunya sembari mencari keadilan melalui profesinya.
Begitu pula In-ha, yang kejujurannya kerap menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia dipercaya sebagai reporter yang tidak mungkin berbohong. Namun di sisi lain, sindrom tersebut membuatnya rentan dalam situasi-situasi tertentu yang menuntut strategi atau diplomasi.
Soundtrack drama ini juga berperan penting dalam membangun suasana emosional cerita. Musik latar yang menyentuh mengiringi adegan-adegan penting, menambah kekuatan narasi yang sudah solid.
Tidak ada tokoh antagonis yang menonjol dalam drama ini, tetapi justru di situlah kekuatannya. Konflik utama datang dari sistem, bukan dari individu jahat semata. Ini menjadikan Pinocchio sebagai refleksi yang lebih realistis dan menyentuh bagi penonton yang ingin memahami dunia kerja yang rumit.
Drama ini juga menyajikan pesan moral yang kuat: bahwa kebenaran sering kali tidak mudah ditemukan, dan dibutuhkan keberanian besar untuk menyuarakannya. Kejujuran dan integritas menjadi nilai yang terus-menerus diuji dalam setiap episode.
Sebagaimana disampaikan dalam berbagai ulasan, drama ini tidak hanya menghibur tapi juga mendidik, terutama bagi penonton yang memiliki minat terhadap profesi wartawan atau dunia media secara umum.
Dengan konflik personal yang kuat, naskah yang matang, serta kritik sosial yang relevan, Pinocchio adalah drama yang berhasil mengajak penonton berpikir lebih dalam tanpa kehilangan sisi emosionalnya.
Pinocchio adalah tontonan yang bukan hanya layak untuk dikenang, tetapi juga tetap relevan hingga kini. Di balik kisah cinta dan sindrom cegukan, tersimpan pesan besar tentang bagaimana berita seharusnya ditulis: dengan nurani, bukan hanya demi sensasi.
Baca Juga
-
Pieter Huistra Beberkan Progres Eksperimen di Lini Belakang PSS Sleman
-
PSBS Biak Berani Pasang Target Tinggi, Status Tim Promosi Tak Jadi Halangan
-
Blak-blakan! Gustavo Franca Ungkap Jalan Terjal Persib Bandung Menuju Juara
-
Persebaya Harusnya Bisa Cetak 8 Gol ke Gawang Persik, Ini Kata Paul Munster
-
Persib Bandung Angkat Trofi Tanpa Perlu Keluar Keringat Lagi, Kok Bisa?
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel A Publicity Stunt: Perjuangan Mayra Mempertahankan Klub Jurnalistik Sekolah
-
Kembali Jadi Pengacara, Lee Jong Suk Blak-blakan Soal Perannya di Seochodong
-
Sinopsis The Remarried Empress, Drama Korea yang Dibintangi Shin Min Ah dan Lee Jong Suk
-
Ulasan Film The Call, Harga yang Harus Dibayar oleh Para Pengingkar Takdir!
-
Ju Ji-hoon Siap Jadi Suami Shin Min-A pada Drama Baru The Remarried Empress
Ulasan
-
Penuh Fantasi! Ini 4 Rekomendasi Webtoon Reinkarnasi yang Wajib Kamu Baca
-
Ulasan Film Perang Kota: Drama Sejarah yang Bikin Hati Bergetar
-
Review Film The Quiet Family, Perpaduan Dark Komedi yang Menggelitik Nurani
-
Review Film Drawing Closer: Menemukan Arti Hidup di Tengah Batas Waktu
-
Review Film I'm Beginning to See the Light: Tentang Kehilangan dan Penerimaan
Terkini
-
5 Drama Populer Shen Yue Tayang di iQIYI, The Comic Bang yang Paling Anyar
-
Bukan di Piala AFF, Thom Haye Bisa Wujudkan Impian Derby Nusantara di Event Bentukan PSSI
-
RIIZE Tulis Lagu Cinta untuk BRIIZE Lewat Single Bertajuk 'Inside My Love'
-
Pendidikan Karakter ala Militer di Jawa Barat: Solusi atau Masalah Baru?
-
Culinary Class Wars Jadi Variety Show Pertama Raih Daesang di Baeksang