Bagi sebagian besar dari kita, ibu adalah sinonim dari rasa aman. Ia adalah pelukan hangat saat kita terjatuh, suara yang menenangkan di tengah badai, dan sosok yang kita pikir kita kenal luar dalam.
Namun, bagaimana jika di balik sosok yang penuh kasih dan kelembutan itu, tersembunyi sebuah dunia yang tak pernah kita ketahui? Bagaimana jika keheningannya selama ini bukanlah pertanda kedamaian, melainkan sebuah benteng untuk melindungi sebuah rahasia maut?
Novel terbaru bergenre drama psikologis, The Quiet Mother, dengan penuh ketegangan menjelajahi kemungkinan yang mengerikan ini, membawa kita pada sebuah perjalanan untuk membongkar misteri yang paling dekat sekaligus paling jauh dari hidup kita, yaitu misteri seorang ibu.
Sebuah Kecelakaan yang Merobek Tirai Keheningan
Kisah ini dibuka melalui sudut pandang Sarah, seorang pengacara sukses yang terpaksa kembali ke rumah masa kecilnya setelah ibunya, Elara, mengalami sebuah kecelakaan aneh di rumah yang membuatnya terbaring dalam koma. Elara selama ini dikenal sebagai sosok ibu yang pendiam, lembut, dan sedikit menjaga jarak. Sarah selalu menganggap sifat ibunya itu sebagai bagian dari kepribadiannya yang pemalu.
Namun, kecelakaan ini menjadi peristiwa yang tanpa sengaja merobek tirai keheningan yang telah ibunya pasang selama puluhan tahun. Saat mulai membereskan barang-barang peninggalan ibunya, Sarah menemukan sebuah kotak rahasia berisi petunjuk-petunjuk ganjil yang menghubungkan ibunya dengan sebuah kasus pembunuhan brutal yang belum terpecahkan dari masa lalunya.
Rekonstruksi Memori: Saat Setiap Kenangan Dipertanyakan
Di sinilah novel ini menyajikan gagasan segarnya yang paling kuat. Perjalanan Sarah bukanlah perjalanan seorang detektif biasa yang mencari petunjuk di luar sana. Ini adalah sebuah perjalanan ke dalam, sebuah rekonstruksi total atas semua memori masa kecilnya. Setiap kepingan bukti baru yang ia temukan memaksanya untuk melihat kembali kenangannya dengan kacamata yang berbeda. Sikap ibunya yang dulu ia anggap sebagai cinta yang protektif, kini terasa seperti sebuah ketakutan yang disembunyikan.
Keheningannya yang dulu dianggap sebagai sifat bawaan, kini terlihat seperti sebuah beban berat. Novel ini dengan brilian menunjukkan bahwa horor yang sesungguhnya bukanlah pada penemuan mayat atau senjata pembunuhan, melainkan pada kesadaran bahwa fondasi ingatan yang membentuk diri kita ternyata dibangun di atas sebuah kebohongan.
Kasih Ibu sebagai Alibi dan Motif Sekaligus
Semakin dalam Sarah menggali, semakin ia dihadapkan pada sebuah dilema moral yang menghancurkan. Novel ini dengan cerdas menempatkan konsep kasih ibu dalam dua sisi mata uang yang ekstrem. Di satu sisi, citra Elara sebagai ibu yang pendiam dan penuh kasih adalah alibi terkuatnya. Siapa yang akan menyangka seorang perempuan lembut sepertinya mampu melakukan kekerasan? Identitas keibuannya menjadi sebuah topeng yang sempurna.
Namun, di sisi lain, novel ini menggiring kita pada sebuah kemungkinan bahwa justru kasih ibu yang tak terbatas itulah yang menjadi motif dari perbuatan paling kelam. Bahwa sebuah tindakan mengerikan mungkin saja dilakukan bukan karena kebencian, melainkan karena sebuah dorongan primitif untuk melindungi keluarga dari sebuah ancaman yang lebih besar.
Keheningan sebagai Warisan Terberat
Pada akhirnya, novel The Quiet Mother menyadarkan kita bahwa rahasia maut yang disimpan Elara bukanlah satu-satunya warisan yang ia tinggalkan untuk putrinya. Warisan yang paling berat dan abadi justru adalah keheningan itu sendiri. Setelah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, kini bola panas itu berada di tangan Sarah.
Apakah ia akan mengikuti jejak ibunya, menyimpan rahasia itu rapat-rapat demi melindungi nama baik keluarga dan kedamaian yang semu? Ataukah ia akan memilih untuk menyuarakan kebenaran, apa pun konsekuensinya? Novel ini tidak memberikan jawaban yang mudah. Ia justru menutup kisahnya dengan sebuah pertanyaan menggantung yang menyiratkan bahwa terkadang, sebuah rahasia keluarga adalah beban sunyi yang diturunkan dari satu generasi perempuan ke generasi berikutnya.
Secara keseluruhan, The Quiet Mother adalah sebuah novel yang ditenun dengan indah, sebuah cerita misteri yang detak jantungnya tidak berasal dari adegan aksi, melainkan dari debaran emosi penemuan. Buku ini adalah eksplorasi yang menghantui tentang pengorbanan seorang ibu, kompleksitas ikatan keluarga, dan harga yang harus dibayar dari sebuah keheningan.
Sebuah bacaan yang akan membuat Anda menatap lebih lama pada sosok ibu atau figur perempuan pendiam dalam hidup Anda, dan bertanya-tanya tentang pertempuran apa yang mungkin sedang mereka menangkan dalam sunyi.
Baca Juga
-
Ulasan Novel The Housemaid: Ketika Asisten Rumah Tangga Tak Lagi Aman
-
Ulasan Novel Death of the Author: Makna Tersembunyi dalam Kematian
-
Siswa dan Media Sosial: Menjadikan Media Sosial Sekutu Bukan Musuh Prestasi
-
Kekerasan di Lingkungan Sekolah: Sudah Darurat?
-
Jari Lincah, Pikiran Kritis: Menavigasi Labirin Digital Pelajar Masa Kini
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel The Housemaid: Ketika Asisten Rumah Tangga Tak Lagi Aman
-
Ulasan Novel Edensor: Kesetiakawanan, Cinta, dan Memperjuangkan Cita-cita
-
Review Film Tomb Watcher: Hantu Lunthom dan Peti Kaca yang Bikin Merinding
-
Museum Srihadi Soedarsono: Pameran Art Gallery Terbaru di Kota Bandung
-
Impresi Jujur Selepas Nonton Film Folktales
Terkini
-
Futsal dan Sepak Bola, Apa Bedanya dan Kenapa Banyak yang Pindah Haluan?
-
naevis Ungkap Perjalanan Emosional di Lagu Comeback Bertajuk 'Sensitive'
-
Bantu Berikan Perlindungan untuk Anak-Anak, Mark NCT Donasi Rp 1,1 Miliar
-
Serupa Tapi Tak Sama, Ini 5 Perbedaan MotoGP dan WorldSBK
-
BRI Super League: Maxwell Souza Tebar Janji Manis usai Resmi Gabung Persija Jakarta