Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Erlita Novitania
Novel Hi Serana Adreena (Dok. Pribadi/Erlita Novitania)

Novel Hi. Serana Adreena karya Gisela Orealine adalah kisah menyentuh tentang pengorbanan, keteguhan hati, dan perjuangan seorang anak perempuan yang harus menghadapi kenyataan hidup jauh lebih cepat dari usianya. Cerita ini berpusat pada tokoh Serana Adreena, anak sulung perempuan yang tiba-tiba harus memikul beban besar setelah orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan.

Sejak saat itu, Serana yang masih duduk di bangku SMA kelas 12, harus mengambil peran sebagai kepala keluarga untuk mengurus dan menghidupi dua adik laki-lakinya, Samuel dan Sakiel. Alih-alih melanjutkan pendidikan seperti remaja seusianya, ia memilih untuk bekerja demi masa depan adik-adiknya. Keputusan ini menandai awal dari perjuangan panjang yang melelahkan dan penuh tekanan, baik secara fisik maupun mental.

Serana bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran di mall. Namun, penghasilannya yang pas-pasan membuatnya mencari pekerjaan tambahan sebagai pengantar makanan. Dua pekerjaan tersebut menyita banyak tenaga hingga kesehatannya mulai terganggu.

Meski tubuhnya mulai menunjukkan gejala kelelahan seperti leher pegal dan rasa lemas, Serana terus memaksa diri karena kebutuhan hidup tidak bisa berhenti. Sayangnya, kondisi tubuh yang terus menurun membuat performanya sebagai pekerja juga ikut terdampak. Ia mulai kehilangan fokus hingga gajinya pun terpotong.

Puncaknya terjadi saat Serana berusia 21 tahun. Ia didiagnosis mengalami stroke ringan. Bagi gadis sekuat dirinya, kabar ini menjadi pukulan telak. Ia bukan hanya harus berhenti bekerja, tetapi juga menghadapi kekhawatiran baru: siapa yang akan membiayai pendidikan adik-adiknya? Untungnya, bos restoran tempatnya bekerja mengetahui kondisinya dan memutuskan untuk memberikan beasiswa kepada Samuel dan Sakiel. Bantuan ini menjadi titik terang di tengah masa kelam yang Serana alami.

Selain fokus pada perjuangan Serana sebagai kakak dan tulang punggung keluarga, novel ini juga menyentuh sisi emosional hubungan antara saudara. Samuel, sang adik kedua, sering kali berseberangan pendapat dengan Serana. Ia merasa tidak dipahami dan cenderung menuntut, membuat hubungan keduanya tegang. Sementara itu, Sakiel, si bungsu, justru menjadi penghibur dan sumber semangat bagi Serana. Dinamika antaradik ini membuat cerita terasa lebih nyata dan relate, terutama bagi para pembaca yang pernah mengalami konflik dalam keluarga.

Dalam perjalanan hidupnya, Serana juga dipertemukan kembali dengan Bastian, teman semasa SMA yang kini menjadi rekan kerjanya. Meski dulunya mereka tidak akrab, Bastian menunjukkan perhatian tulus yang perlahan memberi warna baru dalam kehidupan Serana. Hubungan ini belum terlalu banyak digali dalam bab awal, tapi keberadaannya menjadi angin segar di tengah kehidupan Serana yang suram.

Gaya bahasa dalam novel ini ringan dan mudah dicerna. Narasi yang ditulis Gisela Orealine begitu menyentuh, membuat pembaca ikut larut dalam penderitaan dan perjuangan Serana. Emosi yang ditampilkan sangat kuat dan realistis, membuat kisah ini terasa dekat dengan keseharian, terutama bagi pembaca yang merupakan anak sulung perempuan. Tekanan untuk kuat, tuntutan untuk selalu mendahulukan keluarga, dan perasaan harus menunda kebahagiaan pribadi tergambarkan secara jujur dalam cerita ini.

Menurut saya, Hi. Serana Adreena adalah novel yang sangat menggugah hati. Cerita ini bukan hanya tentang pengorbanan dan kerja keras, tapi juga tentang cinta dalam bentuk yang paling nyata, cinta seorang kakak kepada adik-adiknya.

Serana adalah representasi dari banyak anak pertama di luar sana yang harus tumbuh lebih cepat dan belajar menjadi dewasa dalam waktu singkat. Kisahnya bisa jadi cermin bagi kita untuk lebih menghargai perjuangan seseorang di balik senyuman dan ketegarannya. Saya sangat merekomendasikan novel ini untuk dibaca, terutama bagi yang menyukai cerita keluarga dengan konflik yang emosional dan menyentuh.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Erlita Novitania