Film Dendam Malam Kelam garapan Danial Rifki merupakan thriller yang bermain di antara batas tipis antara rasa bersalah, keinginan, dan penebusan. Dari menit awal, film ini sudah terasa menyimpan amarah yang lama terpendam dan baru siap meledak kapan saja.
Film ini merupakan remake dari Film The Body buatan sutradara Spanyol, Oriol Paulo. Dan sedang tayang di bioskop Indonesia (28 Mei 2025). Dengan produksi dari Falcon Pictures dan arahan Danial Rifki, film ini juga menandai usaha mereka untuk membuka gelombang film thriller-psikologis lokal yang lebih berani.
Premisnya sederhana, yakni perselingkuhan, pembunuhan, dan penyelidikan. Namun, yang membuatnya menarik adalah bagaimana semua itu dibungkus dalam atmosfer gelap yang terus menyesakkan, seakan-akan penonton pun ikut diajak tenggelam dalam rasa bersalah para karakternya.
Remake versi Indonesia ini menjaga gaya dan atmosfernya dengan tetap ngasih sentuhan lokal yang relevan buat penonton Indonesia.
Sekilas tentang Film Dendam Malam Kelam
Ceritanya tentang Jefri (Arya Saloka), dosen yang menjalin hubungan terlarang dengan mahasiswinya, Sarah (Davina Karamoy). Ketika hubungan itu semakin intens dan penuh gairah, keduanya mulai merasa satu-satunya cara untuk bersama adalah dengan menyingkirkan istri Jefri, Sofia (Marissa Anita). Pembunuhan pun terjadi. Namun, alih-alih selesai di situ, justru dari sinilah semuanya mulai benar-benar berantakan.
Sofia yang sudah meninggal, jenazahnya menghilang. Dan kehadiran Detektif Arya Pradana (Bront Palarae) membawa dimensi baru dalam cerita. Perlahan, lapisan demi lapisan kebenaran dikupas. Film ini pun, rupanya nggak cuma soal siapa membunuh siapa, tapi lebih dalam. Perihal bagaimana dosa masa lalu nggak pernah benar-benar mati, dan selalu mencari cara untuk menagih balas.
Asli, sebegitu menjijikan perselingkuhan yang mereka lakukan sampai membunuh seseorang, tapi ….
Sini deh kepoin gimana pengalaman nonton filmnya!
Impresi Selepas Nonton Film Dendam Malam Kelam
Aku suka dengan plot Film Dendam Malam Kelam yang nggak terburu-buru dalam bercerita. Temponya cenderung lambat di awal, tapi ini terasa pas karena ngasih ruang buat karakter-karakternya untuk berkembang.
Misal, hubungan Jefri dan Sarah digambarkan nggak cuma hubungan gelap biasa. Ada ketertarikan, manipulasi, sampai rasa takut kehilangan yang membutakan logika. Di sini tuh, Arya Saloka bermain cukup tenang tapi menyimpan ledakan emosi di dalam. Dan menurutku, penampilannya kian matang dan menunjukkan performa terbaiknya. Sementara Davina Karamoy tampil berani dengan berhasil bikin penonton melihat karakternya terlihat lugu, tapi menyimpan obsesi mengerikan.
Marissa Anita, meski screentime-nya terbatas, bisa ngasih kesan pada karakter Sofia. Sosoknya seperti arwah yang nggak pernah benar-benar pergi, bahkan saat dia sudah ‘tiada’. Dan tentu saja Bront Palarae, aktor Malaysia yang sudah sangat akrab di dunia perfilman Asia Tenggara, tampil meyakinkan sebagai detektif yang keras kepala tapi manusiawi. Kehadirannya bikin balance gitu, dalam narasi yang penuh kebohongan dan manipulasi ini.
Dan buat teknisinya, film ini jelas menarik! Tata kamera banyak bermain dengan cahaya remang dan sudut pandang terbatas, seakan-akan ingin menegaskan, kalau penonton tuh cuma dikasih ‘cuplikan’ dari kebenaran yang tipis dan perlu diraba dengan serius. Musik latar digunakan dengan hemat tapi efektif.
Berhubung ini bukan full horor, jadi nggak banyak teriakan atau jumpscare murahan di sini. Ketegangan muncul dari konflik batin dan perasaan was-was, bahwa ada sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Jika ada yang perlu dikritisi, mungkin di bagian tengah cerita yang sedikit terlalu banyak berputar pada relasi Jefri-Sarah, padahal detail-detail penyelidikan detektif Arya cukup menarik untuk bisa dieksplorasi lebih jauh. Namun untungnya, kisahnya kembali menguat di bagian akhir, dengan menghadirkan twist yang cukup memuaskan. Nggak sepenuhnya mengejutkan kok, tapi cukup untuk membuat penonton mengingat, bahwa nggak ada rahasia yang bisa benar-benar dikubur selamanya.
Oke deh kalau begitu, selepas nonton dan menganalisisnya, Film Dendam Malam Kelam yang bicara soal konsekuensi dari keputusan keliru, soal cinta yang beracun, dan bagaimana penyesalan terkadang datang terlalu lambat, bisa banget masuk daftar tontonmu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Tag
Baca Juga
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
Kontroversial dan Bikin Naik Darah! Film Ozora Sukses Mengaduk Emosi
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Review Film In Your Dreams: Serunya Petualangan Ajaib Menyusuri Alam Mimpi
-
Review Film Air Mata Mualaf: Mendalami Gejolak Batin Tatkala Pindah Agama
Artikel Terkait
-
Netflix Resmi Akuisisi Nouvelle Vague, Film Terbaru dari Sutradara Hit Man
-
Mission: Impossible 8 Pecahkan Rekor, Tom Cruise Ucapkan Terima Kasih
-
Mission Impossible - The Final Reckoning: Warisan Ethan Hunt Berlanjut?
-
Sinopsis Karate Kid: Legends, Kembalinya Jackie Chan dalam Kisah Haru Penuh Aksi
-
3 Alasan Upcoming Film Korea "Hi-5" Layak Dinanti Penayangannya
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Cillian Murphy Diincar Kembali Main dalam Film Ketiga 28 Years Later
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak