Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Athar Farha
Poster Film Waktu Maghrib 2 (rapifilm)

Setelah sukses besar dengan ‘Waktu Maghrib’ (2023) yang menyita perhatian publik lewat pendekatan horor me-lokal dan spiritualitas yang membumi, Rapi Films dan Sutradara Sidharta Tata kembali melanjutkan kisah terornya lewat Film Waktu Maghrib 2

Sekuel ini nggak cuma membawa nuansa horor yang lebih kelam dan intens, tapi juga memperluas dunia film pertamanya dengan menambahkan elemen baru yang relevan dengan kehidupan anak-anak desa dan ketakutan yang diturunkan lintas generasi.

Kali ini kisahnya tentang siapa dan teror apa lagi sih? Yang kepo, sini merapat!

Sekilas tentang Film Waktu Maghrib 2

Berlatar dua dekade setelah kejadian menyeramkan di Desa Jatijajar, film ini pindah lokasi ke Desa Giritirto (desa fiktif yang nggak kalah misterius). Desa itu dikelilingi hutan dan kepercayaan masyarakat lama yang masih hidup.

Di desa itu, Sobat Yoursay bakal diajak mengenal Yogo (Sulthan Hamonangan), Dewo (Ghazi Alhabsyi), dan Wulan (Anantya Kirana). Mereka anak-anak SD yang masih lugu. Eh, tapi yang namanya anak-anak pastinya penuh rasa ingin tahu. 

Setelah mengalami kekalahan, mereka pulang ke desa pada waktu maghrib sambil melontarkan sumpah serapah, tanpa menyadari bahwa tindakan tersebut membangkitkan kembali Jin Ummu Sibyan yang kemudian meneror anak-anak di desa Giritirto.  

Dengan latar waktu menjelang maghrib, momen yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai waktu rawan gangguan makhluk halus, film ini kembali mengeksplorasi ketakutan yang Indonesia banget deh. 

Ngeri banget, kan? Gimana dengan pengalaman nonton film ini? Yuk, merapat dan terus kepoin!

Impresi Selepas Nonton Film Waktu Maghrib 2 

Sidharta Tata, yang kembali duduk di kursi sutradara, tampak matang dalam membangun atmosfer horor yang nggak bergantung pada jumpscare murahan. Ada juga selipan komedi yang lucu lho, di scene tertentu. 

Memang, dia tetap mempertahankan tone kelam seperti pada film pertamanya, tapi kali ini dengan skala yang sedikit lebih besar.

Dan menurutku, Visual film ini agaknya lebih bagus dari yang sebelumnya.Tata cahaya pada momen menjelang maghrib lumayan terlihat realistis di layar. Sekilas, sorot kamera seperti bermain-main dengan bayangan dan sudut pandang terbatas untuk menciptakan rasa nggak nyaman, tapi memang atmosfer semacam itu yang bikin aku terus terpaku.

Sulthan Hamonangan dan Ghazi Alhabsy di sini tampil oke banget, meyakinkan sebagai anak-anak yang berada di antara rasa bersalah, rasa takut, dan keinginan untuk memperbaiki kesalahan. Dan kerennya lagi, si Anantya Kirana jadi kejutan menyenangkan. 

Sementara Omar Daniel, sebagai guru bernama Adi, hadir sebagai satu-satunya sosok dewasa yang mencoba masuk ke dunia anak-anak tanpa menghakimi, dan tentunya jadi penghubung film pertama dan sekuelnya. 

Di balik terornya, Waktu Maghrib 2 juga menyelipkan renungan tentang bagaimana masyarakat seringkali menyalahkan anak-anak atas hal-hal yang nggak mereka pahami. Ketakutan pada hal gaib menjadi alasan untuk nggak mencari akar masalah sebenarnya. Ini menjadikan film ini nggak cuma sajian horor semata, tapi juga kritik sosial yang mulus. 

Jadi, apakah Film Waktu Maghrib 2 layak masuk daftar tonton Sobat Yoursay? 

Bagiku, ini kelanjutan yang layak dan bahkan dalam beberapa aspek melebihi film pertamanya. Dengan atmosfernya yang kuat, akting bintang anak-anak yang natural, serta teror horor yang makin menggigit, film ini jelas berhasil menunjukkan ke penonton kalau horor Indonesia masih punya ruang luas untuk berkembang. 

Maka, buat Sobat Yoursay yang menyukai horor dengan nuansa spiritual, mistis, dan grounded dalam budaya Indonesia, film ini jelas layak masuk daftar tonton. Jangan nonton sendirian ya, jangan pula pulang sendirian, apalagi saat waktu maghrib. Ups. 

Skor: 4/5

Athar Farha