Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Poster film Ballerina (IMDb)

Kalau kamu penggemar John Wick, pasti sudah nggak sabar buat menyaksikan From the World of John Wick: Ballerina yang rilis di bioskop pada 6 Juni 2025. Film ini adalah spin-off yang bikin semesta John Wick makin luas, dengan Ana de Armas sebagai bintang utama yang nggak kalah badass dari Keanu Reeves.

Disutradarai Len Wiseman dan ditulis Shay Hatten, Ballerina menghadirkan aksi memukau, drama emosional, dan sentuhan khas dunia pembunuh bayaran yang bikin kita ketagihan. Tapi, apa benar film ini sesuai ekspektasi penggemar? Yuk, simak aja ulasan berikut!

Ballerina berfokus pada Eve Macarro (Ana de Armas), seorang penari balet yang ternyata juga assassin terlatih dari organisasi Ruska Roma—tempat John Wick dibesarkan.

Ceritanya berlatar antara John Wick: Chapter 3 – Parabellum dan Chapter 4, jadi bisa dibilang ini John Wick 3.5, Eve punya misi balas dendam setelah ayahnya, Javier (David Castañeda), dibunuh oleh The Chancellor (Gabriel Byrne), antagonis utama yang memimpin sekte jahat di kota Hallstatt.

Dibantu Winston (Ian McShane) dan Charon (Lance Reddick dalam penampilan terakhirnya), Eve mengasah kemampuan bertarungnya untuk menghadapi musuh-musuh tangguh. Oh ya, John Wick sendiri muncul sebagai cameo, tapi jangan khawatir, kehadirannya nggak cuma numpang lewat kok!

Plotnya memang nggak jauh-jauh dari tema balas dendam, yang emang udah jadi ciri khas John Wick. Tapi, Ballerina punya pendekatan yang sedikit berbeda. Nuansa budaya Slavia dan elemen mitologi lokal bikin ceritanya terasa lebih kaya, meski kadang agak klise.

Sayangnya, beberapa subplot, seperti soal sekte The Chancellor atau hubungan Eve dengan adiknya, terasa kurang digali mendalam, bikin plot agak berantakan di beberapa bagian. Tapi, tenang, kekurangan ini tertutupi sama aksi yang bikin jantungan, kok Sobat Yoursay!

Review Film Ballerina

Salah satu adegan di film Ballerina (IMDb)

Kalau ngomongin John Wick, pasti yang pertama terlintas adalah aksi brutal dengan koreografi ciamik, dan Ballerina nggak mengecewakan di sini. Ana de Armas membuktikan dirinya sebagai bintang laga sejati.

Gaya bertarung Eve yang memadukan keanggunan balet dengan kekerasan ala assassin bikin setiap adegan laga terlihat seperti tarian mematikan. Dari pertarungan tangan kosong, tembak-tembakan, sampai aksi absurd memakai granat dan flamethrower—semuanya dikemas dengan sinematografi yang estetik banget.

Salah satu momen paling epic adalah saat Eve melawan segerombolan musuh dengan gerakan lincah, memanfaatkan benda-benda random seperti remote TV atau piring sebagai senjata. Meski begitu adegan laga di Ballerina sedikit di bawah standar John Wick: Chapter 4, tapi tetap bikin aku sebagai penonton bertepuk tangan saking kagumnya.

Koreografinya dirancang rapi, dan Ana de Armas keliatan banget effort-nya untuk menguasai setiap gerakan. Meski ada kritik soal Eve yang kadang terlalu cepat bangkit setelah kena pukulan berat (realistis nggak sih perempuan 50 kg tahan banting gitu?), tapi buat film aksi, hal ini masih bisa dimaklumi sih menurutku.

Ana de Armas sebagai Eve Macarro benar-benar mencuri perhatian. Dia berhasil memerankan peran perempuan tangguh yang dingin, tapi juga punya sisi emosional yang bikin kita simpati.

Chemistry-nya dengan Ian McShane (Winston) dan Lance Reddick (Charon) bikin cerita terasa lebih hidup. Keanu Reeves sebagai John Wick, meski cuma cameo, tetap bikin aku terpukau dengan aktingnya.

Gabriel Byrne sebagai The Chancellor juga oke banget sebagai villain yang bikin kesel, meski karakternya agak kurang dieksplor. Pemain pendukung seperti Norman Reedus dan Sooyoung dari Girls’ Generation juga menambah warna, meski peran mereka nggak terlalu besar.

Kelebihan Ballerina jelas ada di aksi dan sinematografinya. Visualnya gelap, elegan, dan penuh nuansa John Wick yang kita suka. Musik dari Tyler Bates dan Joel J. Richard juga menambah vibe epik di setiap adegan. Plus, lagu “Hand That Feeds” dari Halsey dan Amy Lee bikin soundtrack-nya makin nendang.

Tapi, ada beberapa kekurangan. Ceritanya terasa klise dan kurang mendalam dibandingkan John Wick pertama. Emosi Eve kadang terasa berlebihan, bikin karakternya agak kurang kuat sebagai assassin berdarah dingin.

Beberapa subplot juga terasa nanggung, seperti hubungan Eve dengan adiknya atau konflik sekte The Chancellor yang kurang jelas ujungnya. Buat penggemar John Wick yang mengharapkan pengembangan lore, mungkin bakal sedikit kecewa karena film ini lebih fokus ke aksi ketimbang narasi kompleks.

Beberapa penonton di salah satu media sosial juga memberi respon beragam. Ada yang bilang film ini “seru abis” dan memuji aksi Ana de Armas yang “badass,” tapi ada juga yang merasa plotnya “berantakan” dan kurang inovatif.

Secara keseluruhan, film ini berhasil memenuhi ekspektasi sebagai tontonan aksi yang menghibur, meski tak terlalu membuat revolusi di semesta John Wick.

Ballerina adalah film yang wajib masuk watchlist buat penggemar John Wick atau pencinta film aksi. Ana de Armas membawa energi baru sebagai Eve Macarro, dan aksi brutal bercampur keanggunan balet bikin film ini beda dari yang lain.

Meski ceritanya agak klise dan beberapa subplot kurang matang, koreografi laga yang fenomenal dan sinematografi ciamik bikin kekurangan itu nggak terlalu mengganggu.

Buat yang cuma pengin menikmati aksi tanpa mikir terlalu keras, Ballerina adalah paket hiburan yang pas. Jadi, siap-siap beli popcorn dan nikmati aksi Eve di bioskop mulai 4 Juni 2025 di Indonesia!

Rating dari aku: 8/10. Seru, brutal, dan elegan—tapi jangan terlalu berharap cerita yang bikin otak ngebul. Ana de Armas dan aksi koreografi adalah bintang utamanya!

Oh iya jangan bingung dengan film Ballerina (2023), film Korea di Netflix yang beda cerita. Ini versi 2025 dari semesta John Wick ya Sobat Yoursay!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ryan Farizzal