Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Film Elio (IMDb)

Tayang sejak 18 Juni 2025 di bioskop Indonesia, Film Elio, belum lima menit filmnya berjalan, air mata sudah tumpah. Bukan karena kematian tragis atau adegan menyentuh yang terlalu dibuat-buat, tapi karena kesedihan sederhana dari anak kecil yang hanya duduk dan diam, tapi wajahnya sudah berkata banyak. 

Namanya Elio (suara lembutnya diisi Yonas Kibreab), bocah 11 tahun yang kehilangan arah dan, entah kenapa, juga kehilangan tempatnya di dunia.

Air mata di pipinya nggak meledak-ledak seperti karakter kartun yang biasanya kita kenal di film animasi. Nggak ada suara isak. Hanya satu tetes air mata yang jatuh perlahan. Dan karena itu, luka emosionalnya terasa jauh lebih nyata. 

Elio menangis bukan karena dia tahu kenapa dirinya sedih. Dia menangis karena kesepian itu sudah terlalu lama membekas. Dan kadang, kita sebagai manusia juga begitu: merasa kosong tanpa tahu persis apa yang hilang.

Pixar, seperti biasa, bukan hanya membuat film animasi. Mereka menciptakan pengalaman emosional. Dan lewat Elio, mereka sekali lagi membuktikan, bahkan cerita tentang alien pun bisa jadi sangat manusiawi.

Sini merapat buat tahu detail-detail lain kisah Film Elio!

Sekilas tentang Film Elio

Elio tinggal bersama bibinya, Olga (disuarakan Zoe Saldaña), petugas di kesatuan angkatan udara. Sejak kehilangan kedua orangtuanya, Elio tumbuh dalam ruang yang terasa asing (bahkan di bumi sendiri). 

Elio nggak punya teman, nggak punya siapa pun untuk berbicara, dan satu-satunya tempat dirinya merasa bebas adalah di ruang planetarium tempat Olga bekerja. Di sanalah Elio bisa menatap langit dan membayangkan bahwa mungkin, mungkin saja, ada makhluk dari luar sana yang bersedia mendengarkannya.

Dan benar saja, suatu hari, harapan Elio terwujud. Hanya saja, tentu nggak seperti yang dirinya bayangkan. 

Alih-alih dijemput dan disambut bak pahlawan galaksi, Elio justru terseret ke tengah konflik antarplanet. 

Elio diyakini sebagai “Perwakilan Umat Manusia” sama dewan antar-galaksi dan dipaksa mewakili bumi dalam perdebatan politik luar angkasa. Kebayang kan? Bocah sebelas tahun jadi diplomat antarbintang?

Nah, di tengah kekacauan itu, Elio bertemu Glordon (Remy Edgerly), makhluk dari planet Hylurg. Sosok besar, lucu, dan sangat berbeda dari manusia. Namun justru dalam perbedaan itulah, keduanya menemukan ikatan. 

Glordon yang juga merasa terasing di dunia asalnya, akhirnya menjalin hubungan emosional dengan Elio. Dan dari situ, film ini pelan-pelan membalikkan makna kata alien. Karena di semesta ini, siapa pun bisa menjadi ‘makhluk asing’, bahkan terhadap dirinya sendiri.

Impresi Selepas Nonton Film Elio

Yang menarik dari Elio bukan hanya petualangannya yang seru di luar angkasa, tapi bagaimana film ini mengajak diriku memahami perasaan terasing bukanlah hal yang aneh. Bahkan alien pun bisa merasa kayak nggak punya tempat.

Momen ketika makhluk luar angkasa pertama kali mengunjungi bumi digambarkan sangat memukau. Ada aura misteri, sedikit horor, tapi juga magis. Dan untuk seseorang seperti Olga, yang rasional dan skeptis, kejadian itu seperti membuka kembali jendela kepercayaan pada hal-hal yang dulu dia anggap khayalan.

Trio sutradara Film Elio: Madeline Sharafian, Domee Shi (Turning Red), dan Adrian Molina (Coco), menggabungkan kretivitas mereka dengan cerdas. Nggak hanya dari sisi visual yang memukau, tapi juga cara mereka membangun emosi dari adegan-adegan sederhana. Sementara tim penulis skenario yang terdiri dari Julia Cho, Mark Hammer, dan Mike Jones juga berhasil menyuntikkan banyak momen yang sangat membumi, bahkan di tengah latar luar angkasa yang megah.

Sayangnya, meski hubungan Elio dan Glordon begitu menyenangkan untuk diikuti, bagian tengah film sedikit kehilangan arah. Ketika narasi berubah menjadi semacam buddy comedy generik, nuansa emosionalnya sempat mengendur. Dunia luar angkasa yang penuh warna hanya jadi latar tempelan visual, tanpa benar-benar dieksplorasi secara mendalam. Padahal, salah satu kekuatan utama Pixar selama ini adalah world-building yang imajinatif.

Untungnya, film ini berhasil pulih di babak akhir. Momen saat Elio melayang di luar angkasa dan menyadari dirinya nggak sendirian adalah klimaks emosional yang menghantam kuat. Kalimat sederhana seperti "Kamu nggak sendirian" bisa terasa sangat dalam ketika diucapkan ke seseorang yang sudah lama merasa hampa. Layaknya gravitasi, kalimat itu menarik Elio kembali, bukan ke bumi, tapi ke rasa dimiliki.

Bila Sobat Yoursay pernah merasa nggak dimengerti, merasa sendiri, atau hanya ingin tahu apakah di luar sana ada yang bisa benar-benar memahami isi hatimu, mungkin Film Elio bisa jadi teman yang kamu butuhkan. 

Skor: 4/5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha