Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ardina Praf
Buku The Art of Stoicism (gramedia.com)

Di dunia yang terlalu bising ini, mungkin kita butuh sedikit diam. Bukan diam tanpa makna, tapi ketenangan yang tahu arah.

Itulah kalimat yang terlintas di kepala saat membaca The Art of Stoicism, sebuah buku karya Adora Kinara yang secara cerdas dan sederhana membahas tentang filosofi hidup kuno yang masih sangat relevan dengan kehidupan kita hari ini.

Ketika dunia dipenuhi dengan notifikasi, kabar viral, pencapaian orang lain yang dipamerkan di media sosial, hingga tekanan untuk selalu berhasil dalam waktu yang serba cepat.

Adora Kinara seperti mengajak kita untuk istirahat sejenak dan merenung untuk mengenali diri sendiri melalui pandangan stoikisme.

Sinopsis Singkat

Dalam buku inspiratif ini, Adora Kinara membimbing pembaca untuk memahami filosofi Stoikisme, sebuah pandangan hidup dari zaman Yunani dan Romawi kuno yang mengajarkan tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap hal-hal di luar kendali mereka.

Penjelasan konsep stoikisme juga diengkapi dengan contoh-contoh yang ada di kehidupan sehari-hari kita. Jadi bukan hanya sekadar teori semata.

Beberapa contoh yang diambil antara lain berkaitan dengan kehidupan sosial di media seperti iri melihat teman liburan atau melihat standar kehidupan orang lain. Semuanya dijelaskan dalam buku ini.

Ulasan

Adora Kinara mengawali buku ini dengan definisi Stoikisme dalam bahasa yang ringan. Ia menjelaskan bahwa Stoikisme bukan tentang menjadi manusia tanpa emosi, tapi tentang belajar menerima kenyataan dengan kepala dingin dan hati lapang.

Dalam kehidupan modern yang penuh ketidakpastian ini, ajaran Stoikisme menjadi semacam pegangan agar kita tidak mudah terombang-ambing oleh hal-hal di luar kendali.

Menariknya, semua contoh yang ditulis Adora dalam buku ini banyak yang diambil dari situasi-situasi masa kini.

Misalnya, saat kita merasa iri dengan pencapaian orang lain yang berseliweran di Instagram, atau saat mulai mempertanyakan nilai diri sendiri hanya karena orang lain tampak lebih "berhasil".

Dengan memahami Stoikisme, kalian bisa terlatih untuk belajar mengendalikan respons terhadap situasi tertentu.

Selain hal itu, kita juga diajak untuk memahami pentingnya hubungan yang kita bangun dengan diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa memahami apa yang kita mau, sehingga hidup yang dijalankan tidak sia-sia.

Dengan melalui berbagai proses itu, nantinya kalian bisa menemukan makna pada setiap perjalanan hidup yang dilalui.

Adora mengingatkan bahwa kekuatan sejati datang dari kemampuan menerima diri apa adanya, paham akan kelebihan dan keterbatasan, serta tidak terjebak dalam ekspektasi orang lain.

Meskipun buku ini membahas tentang filsafat yang terdengar berat, kenyataannya tidak seperti itu. Penggunaan bahasa yang sederhana tanpa istilah-istilah rumit membuat buku ini akrab bagi pembacanya.

Dengan begitu, penjelasan mengenai sudut pandang stoikisme akan lebih mudah dipahami terutama bagi kalangan muda. Oleh sebab itu, buku ini bisa membantu mereka untuk membuka sudut pandang baru.

Ketika membaca buku ini, kamu akan merasa memiliki teman yang membisikkan sesuatu bahwa kamu tidak harus seperti mereka. Itulah kesan yang akan didapatkan saat membacanya. Gaya bahasanya tidak menggurui, tapi menenangkan.

Secara keseluruhan, The Art of Stoicism menjadi bacaan yang pas untuk para anak muda yang sedang belajar menerima dan menjalani hidup dengan lebih bijak.

Bukan hanya memperkenalkan Stoikisme, buku ini banyak memberikan contoh yang bisa dipraktikkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Cocok untuk kamu yang ingin lebih tenang, tidak mudah iri, lebih mengenal diri, dan punya pandangan hidup yang lebih jernih di tengah dunia yang sering memaksa kita untuk selalu berlomba. 

Ardina Praf