Meski hidup tak menjanjikan keindahan dan kebahagiaan, tak ada salahnya kalau kita hidup dengan semangat. Tak hanya punya cita-cita, tapi juga bisa menebar aura positif di bumi yang sudah banyak aura negatif ini. Mari jadi oksigen di antara karbon monoksida dan karbon dioksida.
Kalau semangat belajar lagi turun, alangkah baiknya kamu baca novel satu ini. Punya alur yang cukup familiar tentang harapan dan mimpi, karya ini bakal cocok kalau kamu suka buku-buku seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Fabulous Udin.
Identitas Buku
Judul: Orang Miskin Dilarang Sekolah
Penulis: Wiwid Prasetyo
Penerbit: Diva Press
Tahun Terbit: 2009
Tebal: 450 halaman
Sebuah Kritik Sosial dalam Balutan Kisah Anak Bangsa
Di balik judulnya yang menyentil dan provokatif, Orang Miskin Dilarang Sekolah adalah novel yang penuh makna, menggugah empati, dan sarat pesan sosial.
Ditulis oleh Wiwid Prasetyo dan diterbitkan oleh Diva Press pada 2009, buku setebal 450 halaman ini membawa kita menyelami realitas getir tentang ketimpangan akses pendidikan di negeri ini.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Faisal, yang sudah di kelas tahun 3 di SR Kartini. Anak dari keluarga miskin yang berjuang keras demi bisa tetap mengenyam pendidikan. Ia bukan tokoh fiksi yang jauh dari kenyataan—ia adalah gambaran dari ribuan anak Indonesia yang bermimpi bisa sekolah, tapi terhalang karena kemiskinan.
Dengan latar sosial yang sederhana namun penuh tekanan, cerita ini menyuguhkan dinamika antara harapan dan realitas yang menyesakkan. Pembaca diajak untuk tidak hanya bersimpati, tetapi juga berefleksi: betapa banyak dari kita yang memiliki kemudahan akses pendidikan namun sering lupa bersyukur.
Pendidikan Bukan Hak Istimewa, Tapi Hak Setiap Anak
Salah satu kekuatan novel ini adalah kemampuannya menyampaikan pesan moral secara gamblang namun puitis. Dalam salah satu kutipan penting disebutkan:
“Menulislah, atau kau akan hilang dalam pusaran sejarah.”
Kutipan ini menjadi pengingat bahwa keberadaan kita akan lenyap jika kita tidak bersuara, tidak mencatat, dan tidak ikut berpikir. Pendidikan bukan hanya soal buku dan ujian, tapi juga tentang kemampuan untuk menyatakan diri, menciptakan warisan pemikiran, dan bertahan di tengah zaman yang terus berubah.
Ada pula nasihat bernuansa kearifan lokal:
“Padi semakin berisi semakin merunduk.”
Artinya, semakin tinggi ilmu seseorang, seharusnya semakin sederhana dan rendah hati.
Namun, novel ini juga mengingatkan bahwa kecerdasan bisa diarahkan ke jalan yang salah jika tidak dibekali akhlak dan nilai. Di tangan yang salah, ilmu bisa berubah menjadi alat penindasan terhadap mereka yang tak tahu apa-apa.
Mimpi, Harapan, dan Keberanian Bermimpi
Selain kritik sosial, Orang Miskin Dilarang Sekolah juga menyuguhkan pesan penuh semangat untuk siapa pun yang merasa kecil:
“Siapa pun berhak memiliki mimpi, dan mereka punya kesempatan besar untuk mewujudkannya selama masih berani bermimpi dan berusaha.”
Di dunia nyata, mimpi memang sering terbentur realita. Tapi novel ini menyuarakan harapan: bahwa tak ada mimpi yang terlalu besar untuk orang kecil, asalkan mereka diberi kesempatan dan tidak menyerah.
Orang Miskin Dilarang Sekolah bukan hanya cerita, tapi cermin. Ia memantulkan wajah sistem yang timpang, juga wajah kita sendiri—yang mungkin selama ini lupa bersyukur. Novel ini mengetuk kesadaran, menyuarakan suara-suara yang terpinggirkan, dan mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah hak, bukan hadiah.
Buat kamu yang masih duduk di bangku sekolah, buku ini seperti menepuk bahu dan berkata:
“Kalau kau bisa sekolah hari ini, jangan sia-siakan. Ada banyak anak lain yang bahkan tak bisa bermimpi tentang hal itu.”
Sebuah bacaan wajib untuk siapa pun yang masih percaya pada kekuatan mimpi dan pentingnya keadilan pendidikan.
Baca Juga
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Mercusuar Cafe & Resto: Pesona Kastil Iblis Cocok untuk Pencinta Gotik!
-
Lafayette Coffee & Eatery: Nongkrong Cantik ala Princess Dubai di Malang!
-
4 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Dear X, Bikin Deg-degan Sekaligus Mikir!
-
Mengenal Boso Walikan Malang: Bahasa Gaul Penuh Sejarah Panjang Kemerdekaan
Artikel Terkait
-
Cegah Bentrok! Pendaftaran Siswa Baru Harus Dikawal Polisi
-
Menu of Happiness; Lanjutan Kisah di Balik Sepiring Makanan Detektif Rasa
-
Kedutaan Iran di Jakarta Gelar Acara Duka Cita, Warga Tunjukkan Dukungan
-
Mengungkap Kisah di Balik Hidangan di Novel The Kamogawa Food Detectives
-
Ungkit Narasi Kejar Koruptor, Rapor Mahfud MD soal Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo: Lumayan
Ulasan
-
Cinta Tulus di Penghujung Ajal, Film Sampai Titik Terakhirmu Sedih Banget!
-
Ulasan Buku Tidak Ada New York Hari Ini, Kumpulan Puisi Karya Aan Mansyur
-
Review Film Dopamin: Terlalu Nyata dan Getir
-
Setelah Suzume, Makoto Shinkai Bikin Pengumuman Mengejutkan Soal Proyek Film Selanjutnya
-
Mengurai Masalah Islam Kontemporer Lewat Buku Karya Tohir Bawazir
Terkini
-
Dukung Ekosistem Kampus, Alumni FISIP Unsoed Inisiasi 'Investasi Kolektif' Kafe dan Bentuk Yayasan
-
Ditodong Boiyen, Rafael Tan Akui Tak Punya Target Nikah dan Lebih Berserah
-
Pagi, Siang, atau Malam? Cari Tahu Kapan 'Jam Emas' Otakmu Bekerja Paling Optimal Buat Belajar
-
Usia 20-an Kena Diabetes? Cek Kebiasaanmu Sekarang Juga!
-
Runner Up Kumamoto Masters 2025: Gregoria Mariska Tunjung Tetap Bersyukur