Ada sesuatu yang sangat menenangkan dari buku anak-anak yang bercerita tentang kebaikan, komunitas, dan kebersamaan.
Thank You, Omu! karya Oge Mora adalah salah satunya. Buku ini sederhana, namun punya kekuatan emosional yang dalam.
Ilustrasinya seperti kolase yang sangat menarik untuk dilihat ditambah ceritanya yang hangat, buku ini sepertinya cocok dibaca untuk seluruh kalangan. Namun untuk pembaca anak-anak memang rasanya akan sangat disukai oleh mereka.
Cerita dimulai di sebuah apartemen kota, tempat seorang nenek yang dipanggil Omu sedang memasak sup yang sangat lezat.
Aromanya menyebar ke seluruh lingkungan, sampai ke jalan, dan menarik perhatian banyak orang. Satu per satu, tetangga-tetangganya datang mengetuk pintu, mengaku lapar karena bau sup yang menggoda.
Dan Omu, tanpa pikir panjang, dengan senang hati membagikan semangkuk supnya kepada setiap tamu yang datang.
Mulai dari anak-anak, polisi, hingga pejalan kaki di jalanan.
Namun, di akhir hari, ketika Omu akhirnya duduk untuk makan malam, ia sadar... supnya telah habis. Tidak tersisa satu sendok pun untuk dirinya sendiri.
Tapi di situlah keajaiban terjadi.
Semua orang yang menerima masakan dari Omu kembali sambil membawa masakan buatan mereka sendiri. Hal itu sebagai bentuk terima kasih mereka kepada Omu.
Mereka makan bersama, tertawa, dan merayakan kebaikan hati Omu. Dan, ya, itu adalah makanan terbaik yang pernah dinikmati Omu.
Thank You, Omu! adalah buku yang membuktikan bahwa cerita yang paling menyentuh tidak perlu rumit. Oge Mora berhasil menyampaikan nilai-nilai seperti kedermawanan, komunitas, dan rasa syukur dengan cara yang ringan, tapi sangat membekas.
Bukan hanya tentang memberi makan, tapi tentang kebaikan hati.
Omu sebagai tokoh utama menjadi sosok yang menebarkan kehangatan. Ia tidak segan menerima siapapun yang datang untuk mencicipi masakannya.
Semangat memberi tanpa pamrih ini terasa menyentuh, apalagi di zaman di mana kita sering kali hidup dalam kelekatan pada milik sendiri.
Ilustrasi kolase Mora juga menjadi kekuatan besar buku ini. Gaya visualnya unik, penuh warna, dan membawa energi yang ramah anak. Ada kesan “buatan tangan” yang membuat halaman-halamannya terasa hidup dan dekat.
Oge Mora menggunakan teknik kolase dengan media campuran dari kertas potong, cat, tekstur kain yang menjadikan setiap halaman penuh warna dan detail. Visualnya hidup, ceria, dan punya nuansa klasik yang mengingatkan pada cerita rakyat yang biasa dibacakan nenek atau ibu sebelum tidur.
Narasinya sederhana dan repetitif, membuatnya cocok dibacakan nyaring untuk anak-anak. Struktur ceritanya yang mengalir juga membuat pembaca dari segala usia mudah terhubung dengan pesannya: tentang kemurahan hati, rasa syukur, dan kekuatan komunitas.
Thank You, Omu! bukan hanya buku anak-anak. Ini adalah surat cinta untuk kebaikan, untuk komunitas, dan untuk orang-orang yang dengan tulus memberi—meski mereka sendiri tidak selalu punya banyak.
Melalui buku ini, kita diingatkan bahwa selalu berbagi kebaikan itu tidak membuat kita menjadi kekurangan.
Thank You, Omu! menjadi buku yang tidak hanya indah secara visual, tapi juga kaya makna. Direkomendasikan untuk siapa saja yang sedang mencari bacaan bergambar yang menyentuh dan merayakan kebaikan hati dalam bentuk yang paling murni.
Ini adalah buku yang layak dibaca berulang kali. Bahkan untuk dikenang, dibagikan, dan dijadikan inspirasi. Terima kasih, Omu, sudah mengingatkan kita bahwa semangkuk sup bisa jadi awal dari sesuatu yang lebih besar, yaitu kebersamaan.
Baca Juga
-
7 Our Family: Luka Keluarga dari Sudut Anak Paling Terlupakan
-
Belajar Self-Love dari Buku Korea 'Aku Nggak Baper, Kamu Yang Lebay'
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
-
Novel The Prodigy: Menemukan Diri di Tengah Sistem Sekolah yang Rumit
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Drakor Shin's Project: Ada Ahli Negosiator di Balik Kedai Ayam Goreng
-
Ulasan Novel Cantik Itu Luka: Ketika Kecantikan Menjadi Senjata dan Kutukan
-
Review Film The Carpenter's Son: Reinterpretasi Kitab Injil yang Apokrif
-
Review Film Wicked: For Good, Penutup Epik yang Bikin Hati Meleleh
-
Review Film Lupa Daratan: Cerminan Gelap Dunia Artis di Indonesia
Terkini
-
Hemat Waktu dan Tenaga, Ini 7 Cara Efektif Membersihkan Rumah
-
4 Cleanser Korea dengan Kandungan Yuja untuk Wajah Sehat dan Glowing
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Rilis Trailer, Film Alas Roban Kisahkan Teror Mistis di Hutan Angker
-
Totalitas Tanpa Batas: Deretan Aktor yang Rela Ubah Penampilan Demi Peran